Pelajaran di Balik Terjadinya Wabah Virus Corona

Kamis, 26 Maret 2020 - 05:07 WIB
Pelajaran di Balik Terjadinya Wabah Virus Corona
Pelajaran di Balik Terjadinya Wabah Virus Corona
A A A
Mochammad Sa'dun Masyhur
Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran

Tulisan sebelumnya telah diuraikan siklus perubahan alam dan hubungannya dengan perhitungan atas jatuhnya bulan haram, khususnya bulan Rajab, sebagai bulan ketujuh dalam urutan kalender Hijriyah. Ternyata bulan Rajab ini, dalam catatan para ahli astronomi Jawa, ditandai sebagai masa puncak terjadinya penyebaran wabah penyakit yang menyerang seluruh makhluk hidup di dunia. (Lihat: Wabah Covis-19 di Saat Bulan Haram, Siklus Semesta Alam? )

Aspek yang sangat menarik dari QS. 9. Attaubah, ayat 36 yang menerangkan tentang perhitungan empat bulan haram, persis pada bagian tengah ayat itu memuat larangan agar manusia tidak menzalimi nafs (sebagai sel-sel genetik), dirimu sendiri, (falaa tathzlimuu fiihinna anfusakum).

Kandungan ayat di atas relevan dinyatakan berhubungan dengan perihal menjaga kesehatan nafs. Dan dijamin dapat dibuktikan secara ilmiah, bahwa nafs yang dimaksud Al-Quran adalah sel genetik.

Dunia medis menemukan bahwa pada setiap makhluk hidup, memiliki materi genetik yang terdiri atas kromosom, gen, DNA, dan RNA, yang akan diturunkan melalui proses reproduksi. Struktur sel genetik adalah suatu molekul besar kompleks yang saling berpilin membentuk heliks ganda, berupa polimer dari ratusan hingga ribuan nukleotida. Setiap nukleotida ini terdiri dari: gula pentosa deoksiribosa, gugus fosfat, dan basa nitrogen. Dalam kaitan itu, otomatis unsur-unsur lain yang bertentangan dan berlebihan, utamanya unsur gula apalagi sintetis, lemak jenuh dan polutan atau radikal bebas akan merusak sel genetik.

Tentang muasal nafs sebagai sel genetik ini, sepenuhnya diciptakan dan berasal langsung dari Allah SWT. Untuk pertama kalinya nafs itu diciptakan, bersamaan dengan penciptaan Adam dan istrinya, yang dinyatakan Alquran sebagai min nafsin wahidatin, tepat dimaknai sebagai sebagian daripada sel-sel genetik yang tunggal.

Fakta temuan mutahir berkaitan dengan bahan sel genetik di dunia, sangat mengejutkan. Ternyata nafs semula, memang bukan berasal dari bumi. Fakta itu diketahui dalam Prosiding National Academy of Sciences, (Nov 2019). Dalam jurnal ilmiah itu, Furukawa, seorang ilmuwan dari Universitas Tohoku, Jepang menyatakan, bahwa untuk pertama kalinya ilmuwan menemukan gula dan blok bangunan penting kehidupan, termasuk asam amino (komponen protein) dan nukleobase (komponen DNA dan RNA) pada meteor yang jatuh ke bumi. Subhanallah.

Sayangnya, dalam kesempatan sempit ini tidak mungkin membahas secara menyeluruh perihal nafs, yang disebut Al-Quran sebanyak 198 kali itu. Semoga Allah melimpahkan keberkahan umur, untuk membahas bersama, setelah menyelesaikannya dalam bentuk buku, yang sudah separuh jalan.

Setidaknya dari jejak ayat sebelumnya, pada QS. 9. Attaubah, ayat 35, menyebut secara eksplisit bagian lambung (junuub), tulang belakang (thzuhur) dan dahi (jibah, sebagai pelindung), merupakan bagian-bagian tubuh, penentu dalam mekanisme dan metabolisme pertumbuhan atau kerusakan sel genetik, yang berujung kematian (kullu nafsin dzaaiqotul maut).

Mengingat berbahayanya kerusakan sel genetik tersebut, beriring dengan keterangan awal ayat itu tentang siksa neraka jahanam, pada ujung ayat yang sama disampaikan ancaman yang keras. “Inilah harta benda (nutrisi) yang kamu simpan (berlebihan) untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (sakit akibat kerusakan nafsmu itu), karena apa-apa yang kamu simpan sendiri”.

Dari berbagai keterangan di atas dan berkaitan dengan kandungan ayat yang menerangkan tentang jatuhnya bulan haram serta mewabahnya virus corona di dunia, prinsip utama amalan yang tepat dilakukan kaum muslimin adalah semua amalan, yang dapat menjaga kesehatan nafs sebagai sel genetik. (bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4777 seconds (0.1#10.140)