Kisah Nabi Adam dan Siti Hawwa setelah Tergoda Bujukan Iblis
loading...
A
A
A
Allah Ta'ala memerintahkan Adam as dan Hawwa untuk tinggal di surga dan mempersilakan mereka memakan apa saja yang disukainya dari makanan surga. Akan tetapi mereka berdua dilarang untuk mendekati sebuah pohon.
Allah Ta'ala berfirman, "Hai Adam, tempatilah oleh kamu dan istrimu surga ini. Makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." ( QS Al-Baqarah : 35)
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" yang diterjemahkan Abdullah Haidir menjadi " Kisah Para Nabi " (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, 1997 M) mengatakan tidak dijelaskan apa nama pohon tersebut. Ada yang berkata bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon anggur. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pohon gandum atau pohon kurma. "Seandainya ada manfaat dalam penyebutannya, niscaya hal tersebut sudah disebutkan oleh Allah Ta'ala," tulis Ibnu Katsir.
Mengetahui bahwa Allah melarang Adam as dan Hawwa memakan salah satu pohon yang ada di surga, maka Iblis membisikkan Adam dan isterinya dengan berpura-pura ingin menasihati dan menghendaki kebaikan kepadanya.
Dia katakan bahwa alasan larangan tersebut bertujuan agar Nabi Adam as tidak menjadi malaikat dan kekal di surga. Karena itu, dia menyebut pohon yang dimaksud dengan sebutan pohon Khuldi (pohon keabadian). Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang menutup mereka yaitu auratnya.
Setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (di dalam surga)." (QS Al-A’raf: 20)
Boleh jadi sifat-sifat pohon tersebut diterangkan sebagiannya dalam hadis Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Sungguh di surga ada sebuah pohon di mana jika seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun.” (HR Muslim)
Adam dan Hawwa terpedaya oleh bujuk rayu setan. Hawwa makan lebih dahulu sebelum Adam dan dialah yang membujuk Adam untuk memakannya, wallahua‟lam. Karena itu ada sebuah hadis terkait dengan masalah ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Kalau bukan karena karena Bani Israil niscaya daging tidak akan busuk, dan kalaulah bukan karena Hawwa‟ niscaya seorang istri tidak khianat kepada suaminya.” (Muttafaq alaih; Riwayat Bukhari, no. 3218, dan Muslim, no. 1468)
Setelah mereka mencicipi pohon terlarang tersebut, seketika itu pula aurat mereka tersingkap. Lalu mereka mencari dedaunan di surga untuk menutupi auratnya. Di saat itulah Allah menegur dan mengingatkan mereka akan larangan sebelumnya.
Tatkala keduanya telah merasakan pohon itu, nampaklah aurat keduanya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, "Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" ( QS. Al-Baqarah : 22)
Maka keduanya mengakui kesalahannya dan saat itu juga bertobat kepada Allah Ta'ala sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan di hadapan-Nya.
Keduanya berdoa, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." ( QS Al-A'raf : 22)
Maka Allah pun menerima taubatnya ( QS. Al-Baqarah : 37)
Allah Ta'ala berfirman, "Hai Adam, tempatilah oleh kamu dan istrimu surga ini. Makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." ( QS Al-Baqarah : 35)
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" yang diterjemahkan Abdullah Haidir menjadi " Kisah Para Nabi " (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, 1997 M) mengatakan tidak dijelaskan apa nama pohon tersebut. Ada yang berkata bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon anggur. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pohon gandum atau pohon kurma. "Seandainya ada manfaat dalam penyebutannya, niscaya hal tersebut sudah disebutkan oleh Allah Ta'ala," tulis Ibnu Katsir.
Mengetahui bahwa Allah melarang Adam as dan Hawwa memakan salah satu pohon yang ada di surga, maka Iblis membisikkan Adam dan isterinya dengan berpura-pura ingin menasihati dan menghendaki kebaikan kepadanya.
Dia katakan bahwa alasan larangan tersebut bertujuan agar Nabi Adam as tidak menjadi malaikat dan kekal di surga. Karena itu, dia menyebut pohon yang dimaksud dengan sebutan pohon Khuldi (pohon keabadian). Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang menutup mereka yaitu auratnya.
Setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (di dalam surga)." (QS Al-A’raf: 20)
Boleh jadi sifat-sifat pohon tersebut diterangkan sebagiannya dalam hadis Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Sungguh di surga ada sebuah pohon di mana jika seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun.” (HR Muslim)
Adam dan Hawwa terpedaya oleh bujuk rayu setan. Hawwa makan lebih dahulu sebelum Adam dan dialah yang membujuk Adam untuk memakannya, wallahua‟lam. Karena itu ada sebuah hadis terkait dengan masalah ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Kalau bukan karena karena Bani Israil niscaya daging tidak akan busuk, dan kalaulah bukan karena Hawwa‟ niscaya seorang istri tidak khianat kepada suaminya.” (Muttafaq alaih; Riwayat Bukhari, no. 3218, dan Muslim, no. 1468)
Setelah mereka mencicipi pohon terlarang tersebut, seketika itu pula aurat mereka tersingkap. Lalu mereka mencari dedaunan di surga untuk menutupi auratnya. Di saat itulah Allah menegur dan mengingatkan mereka akan larangan sebelumnya.
Tatkala keduanya telah merasakan pohon itu, nampaklah aurat keduanya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan dedaunan surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, "Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" ( QS. Al-Baqarah : 22)
Maka keduanya mengakui kesalahannya dan saat itu juga bertobat kepada Allah Ta'ala sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan di hadapan-Nya.
Keduanya berdoa, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." ( QS Al-A'raf : 22)
Maka Allah pun menerima taubatnya ( QS. Al-Baqarah : 37)
(mhy)