Pertarungan Sengit Nafsu Manusia, Begini Penjelasan Imam Al Ghazali

Sabtu, 28 Mei 2022 - 08:56 WIB
loading...
Pertarungan Sengit Nafsu...
Allah taala menjadikan nafsu dalam dua bentuk yaitu nafsu mutmainah dan nafsu lawwamah, kedua nafsu ini selalu bertarung setiap harinya dalam diri manusia. Foto ilustrasi/ist
A A A
Alkisah, ada pertempuran sengit tentang nafsu manusia . Ketika Allah ta'ala menjadikan nafsu dalam dua bentuk yaitu nafsu mutmainah dan nafsu lawwamah.

"Bukankah aku ini Tuhanmu?" berkata Allah kepada kedua nafsu tersebut.

Lantas nafsu mutmainah menjawab, "Benar Ya Allah. Kami bersaksi, Engkaulah Tuhan kami."

Nafsu ini senantiasa tunduk dan patuh terhadap perintah Allah. Ia mengakui bahwa Allahlah yang paling tinggi. Nafsu mutmainahlah yang akan mengarahkan manusia agar selalu mendengarkan perintah Allah. Orang-orang yang memihak pada nafsu mutmainah akan selalu diridhai Allah.



Namu hal sama tak terjadi pada nafsu lawwamah. Ketika ditanya pertanyaan yang sama, ia terdiam, tidak menolah tapi juga tidak mengiyakan. Karena itu, Allah memasukkan nafsu lawwamah ke dalam neraka Jahim. Walau dihadapkan pada api neraka Jahim, nafsu ini tetap diam. Setelah diangkat dari tempat terhina itu, Allah kembali menanyakan hal yang sama. Namun nafsu lawwamah masih tak bergeming.

Kemudian Allah tempatkan nafsu lawwamah di neraka Jahanam. Api neraka telah membakar nafsu ini, sedang ia masih membisu. Setelah diangkat lagi dan ditanyakan hal yang sama, ia masih bungkam.

Akhirnya Allah menempatkan nafsu lawwamah ke neraka Wail. Nereka yang menyiksa penghuninya dengan suhu yang sangat dingin. Nafsu ini ternyata tak tahan dan berteriak meminta ampun seraya berkata, "Benar, Ya Allah. Kami bersaksi, Engkaulah Tuhan kami." Lalu Allah mengangkat dan dijadikan satu dengan nafsu mutmainah.

Nafsu lawwamah mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan mutmainah. Ia terus saja mengingkari bahwa Allah adalah Tuhannya. Sifat membangkangnya itu yang kemudian membuat Allah memasukkanya ke dalam neraka Wail. Orang-orang yang memihak pada nafsu lawwamah akan selalu mengedepankan kepentingan pribadi dan membela pada keadaan.

Kelak di dunia, mereka akan selalu bersaing mengenai siapa yang paling berkuasa terhadap suatu manusia tergantung jalan hidup yang pilihnya. Jika seseorang hendak beramal dengan keadaan uang yang pas-pasan, maka berkatalah nafsu mutmainah, “Sesungguhnya uang yang engkau amalkan akan menolongmu ketika di hari pembalasan.”

Sedangkan nafsu yang satunya, lawwamah akan berkata, “Sungguh dirimu dalam keadaan kekurangan hari ini. Hendaknya engkau beramal ketika mempunyai uang yang lebih banyak.”

Menurut Imam Al Ghazali, perang dan pertarungan melawan nafsu berlangsung setiap saat. Dalam pertarungan ini, kita bisa menang pada suatu waktu, tetapi kalah pada waktu yang lain. Begitulah seterusnya, menang dan kalah silih berganti.

Namun, bagi orang-orang tertentu, yang terpelajar dan terlatih, serta mendapat pertolongan dari Allah, mereka mampu menaklukkannya dan keluar sebagai pemenang. Mereka itulah yang dinamakan petarung sejati. Allah SWT menjanjikan kemuliaan dan surga kepada mereka. "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal-(nya)." (QS al-Nazi`at:40-41).


3 Tingkatan Perang Melawan Hawa Nafsu

Dalam buku Mizan al-'Amal, Imam Ghazali menyebutkan tiga tingkatan manusia dalam pertempuran hawa nafsu ini. Yakni:

1. Orang yang sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsunya dan tidak dapat melawannya sama sekali.
Ini merupakan keadaan manusia pada umumnya. Dengan begitu, ia sungguh telah mempertuhankan hawa nafsunya seperti dimaksud ayat ini:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ


''Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.'' (Al-Jatsiyah: 23).

2. Orang yang senantiasa dalam pertarungan melawan hawa nafsu.

Pada suatu kali ia menang dan pada kali yang lain ia kalah. Kalau maut merenggutnya dalam pertarungan ini, maka ia tergolong mati syahid. Dikatakan demikian, karena ia sedang dalam perjuangan melawan hawa nafsu sesuai perintah Nabi SAW, ''Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.'' Ini merupakan tingkatan manusia yang tinggi di bawah para nabi dan wali-wali Allah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2536 seconds (0.1#10.140)