Begini Cara Ibrahim Menyuruh Ismail Menceraikan Istrinya

Rabu, 15 April 2020 - 13:41 WIB
loading...
Begini Cara Ibrahim Menyuruh Ismail Menceraikan Istrinya
Nabi Ismail berkata, Dia adalah bapakku. Dia menyuruhku menceraikanmu. Ilustrasi Youtube.
A A A
NABI Ibrahim meninggalkan istrinya, Siti Hajar bersama Ismail yang masih bayi di padang tandus tanpa penghuni. Beruntunglah, satu ketika ada Bani Jurhum yang tengah dalam perjalanan melihat ada sumur Zamzam di sana. Mereka meminta izin kepada Siti Hajar untuk tinggal di sana.

“Apakah engkau mengizinkan kami untuk tinggal di dekat airmu?” pinta pimpinan Bani Jurhum kepada Siti Hajar.

“Boleh saja. Namun kalian tidak berhak atas air ini,” ujar Siti Hajar senang.

Siti Hajar menerima mereka dengan baik karena dia ingin punya teman. Mereka pun menetap dan mengirimkan utusan kepada warganya untuk tinggal bersama mereka di sana sehingga setelah itu berdirilah beberapa rumah.

Sang bayi pun tumbuh menjadi pemuda. Dia belajar bahasa Arab dari mereka. Mereka menyayangi Ismail. Setelah dia baligh, mereka menikahkan dengan salah seorang perempuan dari suku mereka. Tidak lama kemudian ibu Ismail, Hajar meninggal dunia.

Di kemudian hari Ibrahim datang menjenguk Ismail. Hanya saja, dia tidak menemukan buah hatinya itu. Di rumah hanya ada istri Ismail.

“Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami,” ujar perempuan itu ketika ditanya ke mana Ismail.

Kemudian Ibrahim menanyakan ihwal penghidupan dan kesejahterannya. Istri Ismail menjawab, “Kami dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan”.

Setelah itu Ibrahim berpamitan. “Apabila suamimu datang, sampaikan salam saya kepadanya dan sampaikan pesan bahwa dia harus mengubah ambang pintunya,” ujar Ibrahim menitip pesan kepada istri Ismail.

Begitulah, saat Ismail datang, maka istri Ismail seolah-olah lupa akan sesuatu. Untunglah Ismail bertanya, “Apakah tadi ada orang yang datang?”

Istrinya pun menjawab, “Ya, tadi ada orang tua begini. Dia bertanya kepadaku ihwal engkau, maka aku menceritakannya dan dia pun bertanya ihwal kehidupan kita, dan aku pun menceritakannya bahwa kita hidup dalam kepayahan dan kesusahan”.

“Apakah dia berpesan sesuatu kepadamu?” tanya Ismail kemudian.

“Benar. Dia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu dan menyuruhmu mengubah ambang pintu rumahmu,” jawabnya.

“Dia adalah bapakku. Dia menyuruhku menceraikanmu. Maka kembalilah kamu kepada keluargamu,” ujar Ismail. Selanjutnya Ismail pun menceraikan istrinya, kemudian mengawini wanita lain dari Bani Jurhum.

Pada suatu ketika, Ibrahim datang lagi ke rumah Ismail. Sayangnya, Ismail juga sedang tidak ada di rumah. Ibrahim hanya mendapati istri Ismail yang baru. “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami,” kata istri Ismail kepada Ibrahim.

“Bagaiman keadaan penghidupan dan kondisi kalian?” tanya Ibrahim kemudian.

“Kami baik-baik saja dan berkecukupan,” jawab istri Ibrahim sembari memuji kepada Allah Ta’ala.

“Apa yang kalian makan?” Ibrahim bertanya lagi.

“Daging,” jawab istri Ismail.

“Apa yang kalian minum?” lagi-lagi Ibrahim bertanya.

“Air,” jawab istri Ismail.

Selanjutnya Ibrahim berdoa, “Ya Allah, berkahlah mereka pada daging dan air”.

Rasulullah SAW bersabda, "pada saat itu, mereka belum memiliki makanan pokok berupa biji-bijian. Seandainya mereka punya, niscaya Ibrahim akan mendoakannya supaya biji-bijian itu diberkati."

Nabi bersabda, "Daging dan air memang ada pada selain penduduk Mekkah, namun tidak cocok menjadi makanan pokok”.

“Apabila suamimu datang, sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhlah dia menetapkan ambang pintu rumahnya,” ujar Ibrahim berpamitan.

Seperti biasa, ketika Ismail datang, dia bertanya, apakah ada orang yang datang? Si istri menjawab, “Ada seorang tua yang baik penampilannya (si istri memuji Ibrahim) dan dia menanyakan ihwalmu kepadaku, lalu aku pun menceritakannya”.

“Dia bertanya kepadaku ihwal penghidupan kita, maka akupun menyampaikannya bahwa kehidupan kami baik-baik saja.”

“Adakah dia pesan sesuatu kepadamu?” Ismail bertanya.

Si istri menjawab, “Dia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu untuk mengokohkan ambang pintu rumahmu”.

“Dia adalah ayahku dan engkau merupakan ambang pintu itu. Dia menyuruhku untuk tetap mempertahankan perkawinan kita,” ujar Ismail.

Beberapa waktu kemudian, Ibrahim datang lagi. Kala itu, Ismail tengah meraut anak panah di bawah pohon Dauhah dekat sumur Zamzam. Ketika Ismail melihatnya, dia bangkit dan menyambutnya dengan ceria.

“Hai Ismail, sesungguhnya Allah memberiku sebuah perintah,” ujar Ibrahim beberapa saat kemudian.

“Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhanmu,” jawab Ismail.

“Apakah kamu akan membantuku?”

“Aku akan membantumu,” jawab Ismail lagi.

“Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sana,” ujar Ibrahim sembari menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya. Selanjutnya, [ada saat itu keduanya meninggikan fondasi Baitullah.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1619 seconds (0.1#10.140)