Rampasan Perang Persia dan Nasehat Ali bin Abi Thalib kepada Umar bin Khattab

Kamis, 29 Oktober 2020 - 15:07 WIB
loading...
A A A
Teringat ia akan keagungan Persia, kemegahannya yang menjulang begitu tinggi. Bertambah sedih hati mengenangnya. Terbayang di depan matanya sosok Rustum dan segala yang disebutnya dulu tentang ramalan-ramalan nujum. Di mana sejarah silam itu sekarang, tatkala nenek moyangnya bergerak dari Iran ke Irak, lalu menyusur sepanjang pantai Tigris, dan ketika mereka berada di Cteciphon (Mada'in) yang berhadapan dengan Seleusia (Saluqiah) , an ketika Cteciphon diperluas dan kota-kota sekitarnya digabungkan ke dalamnya, lalu kota ini dan Seleusia disatukan, yaitu Mada'in, kemudian Seleusia diberi nama Bahrasir supaya masa jayanya dulu dilupakan orang! Kalau ada kota Yunani bertahan dengan kebebasannya sendiri, maka itulah Sparta.

Tetapi mana sekarang sejarah masa kisra-kisra nenek moyangnya dari dinasti Sasani yang dulu telah menaklukkan dunia itu? Dari masa kakeknya Ardasyir, yang telah membangun Istana Kisra dan Ruang Sidangnya yang paling megah dan mewah?! ( )

Sekarang dia menjadi seorang raja yang sudah tidak lagi berkuasa, terusir dari ibu kota kerajaannya, lalu lari seperti pengecut. Tabahkah dia menghadapi kekalahan itu, menghadapi bencana yang menimpanya? Adakah nasib masih akan mendukung pasukan Muslimin untuk terus mengejarnya sampai sejauh mana pun?

Darah mudanya yang dulu mendidih dan keteguhan hatinya yang terus memberikan harapan, masih adakah harapan itu baginya, ataukah kekalahannya sudah membuat keteguhan hatinya mencair dan darah mudanya sudah tidak lagi mendidih, sehingga segala cita-cita dan harapannya hilang terbawa angin?

Haekal menceritakan, tatkala pertama kali tinggal di Hulwan tak ada yang dipikirkan oleh anak muda yang sudah kalah itu. la sudah menawarkan perdamaian kepada pasukan Muslimin atas dasar Sungai Tigris sebagai pembatas antara dia dengan mereka. Ya, sesudah mereka membebaskan Mada'in, cukupkah dengan itu dan hanya sampai di situ? Kalau mereka lakukan ini berarti mereka ikut mewujudkan cita-citanya, dan hari depan cukup untuk menjamin kekuasaannya. Tetapi mereka pihak yang menang, dan pihak yang menang tak mengenal gencatan senjata. ( )

Angkatan bersenjatanya yang dulu banyak berlimpah, sudah beterbangan kian ke mari mencari selamat. Serahkanlah semua itu kepada masa yang akan datang! Dan hari esok bagi yang mengawasinya itu dekat! (Bersambung)
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1992 seconds (0.1#10.140)