Begini Cara Merayakan dan Memaknai Lebaran dan Idul Fitri

Jum'at, 08 Mei 2020 - 16:23 WIB
loading...
Begini Cara Merayakan dan Memaknai Lebaran dan Idul Fitri
Idul Fitri diperkirakan akan jatuh pada 23 Mei 2020. Jika itu terjadi berarti puasa tahun ini digenapkan 30 hari. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
HARI ini, Ramadhan telah memasuki pertengahan. Tanggal 15 Ramadhan 1441 bertepatan dengan Jumat 8 Mei 2020. Alhamdulillah Allah SWT masih memberi kita kesehatan dan keberkahan. Bumi masih berputar sebagaimana biasanya. Kiamat yang diisukan bakal terjadi tanggal 15 Ramadhan hanya sebagai pengingat bagi kita bahwa kiamat sudah pasti datang dan hanya Allah yang tahu kapan terjadinya. Manusia hanyalah mereka-reka saja. (

Lebaran sebentar lagi. Idul Fitri diperkirakan akan jatuh pada tanggal 24 Mei 2020. Jika itu terjadi berarti puasa tahun ini digenapkan 30 hari. Semoga saja, kita meraih label muttaqin setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa serta ibadah sunnah lainnya. Amin.

Makna Idul Fitri
Di Indonesia idul fitri dikenal sebagai lebaran. Lebaran berasal dari akar kata lebar yang maknanya tentu agar di hari raya kita harus berdada lebar (lapang dada). Sifat lapang dada untuk meminta dan sekaligus memberi maaf (al-‘afwu: menghapus, yakni menghapus kesalahan) kepada sesama.

Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.

Hari raya Idul Fitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablun minnannas). Dengan begitu, terbentuklah garis plus tanda positif (+) dari persinggungan antara yang vertikal dan horizontal.

Sedangkan Idul Fitri , menurut Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc MAg dalam "Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (6): Idul Fithri" merupakan gabungan dua kata id (عيد ) dan fithr (فطر ). Id itu pada asalnya pecahan dari kata al-aud berarti kembali yang juga bisa berarti berulang karena terjadinya bukan hanya sekali tapi berulang-ulang, sedangkan kata fithr berarti makan atau berbuka. Sehingga gabungan dari dua kata ini berarti kembali makan atau kembali berbuka setelah satu bulan lamanya berpuasa di bulan ramadhan.

Walaupun ada sebagian orang yang memaknainya dengan kembali fitrah (suci) atas dasar bahwa fithr diartikan dengan fitrah. Hal demikian boleh juga dibenarkan sebagai doa dan harapan yang dijanjikan oleh Allah swt melalui sabda baginda Rasulullah SAW.

Abi Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda:

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحّ

‘Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan Adha itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan’.” (Hadits Shahih Riwayat At-Tirmidzi)

Anas bin Malik, dia berkata, “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke Madinah, sedangkan penduduk Madinah mempunyai dua hari raya yang selalu mereka rayakan. Beliau bertanya, “Dua hari raya apakah ini?" Mereka menjawab “Kami merayakannya pada masa jahiliyah.’ Beliau bersabda, ‘Allah telah mengganti dua hari raya ini dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu ‘Idul Adlha dan ‘Idul Fithri.” (HR. Abu Dawud, No:1134, An Nasa’I No:1557, Ahmad 3/103,178,235,250.)

Lalu bagaimana adab seorang muslim dalam merayakan hari nan fitri ini?

Pertama, seorang muslim seyogyanya betul-betul memperhatikan hari ied ini; membersihkan badan dengan mandi dan memakai wangi-wangian.

Sekelompok ulama menganggap bahwa perbuatan tersebut adalah sunnah. Al Fakih bin Sa’d --ia seorang sahabat Nabi-- berkata, “Rasulullah selalu mandi di hari idulfitri, iduladlha dan hari Arafah.” dan Al Fakih sendiri selalu memerintahkan keluarganya untuk mandi pada hari-hari itu. (HR. Ibnu Majah, 1306). Dan diceritakan dari Ibnu Umar bahwa beliau mandi sebelum pergi menghadiri shalat ied (Muwaththa’ Malik: 1/189)

Kedua, mengenakan pakaian paling bagus yang dimiliki. Dan diceritakan dari Ibnu Umar bahwa dia memakai pakaiannya yang paling indah pada dua hari raya. (Sunan Al-Baihaqi: 3/281)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan Nabi memakai pakaian yang paling indah pada dua hari raya, maka beliau memiliki pakaian khusus yang dipakainya pada dua hari raya dan hari Jum’at.” (Zadul Ma’ad: 1/441)

Ketiga, makan sebelum salat Id. Dianjurkan sebelum keluar menuju tempat salat Id untuk menyantap beberapa biji kurma dengan jumlah yang ganjil, baik tiga biji, atau lima atau tujuh biji.

Dari Anas ra berkata: Rasulullah saw tidak keluar pada pagi hari idul fitri sehingga beliau dari rumah sampai tiba di tempat salat dan imam hadir untuk mengimami salat.memakan beberapa biji kurma dan beliau memakannya dalam jumlah yang ganjil. (Shahih Bukhari: 1/302 no: 953)

Keempat, bertakbir sejak keluar dari rumahnya menuju tempat salat sehingga imam memasuki tempat salat. Dan takbir ini disyari’atkan berdasarkan kesepakatan ulama empat mazhab. Berjalan kaki ke tempat salat dan pergi pulang lewat jalan yang berbeda.

Dianjurkan untuk mendatangi tempat salat dengan berjalan kaki. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hisyam bin ‘Ammar bahwa Rasulullah berangkat menuju salat id dengan berjalan, demikian juga ketika kembali. (HR. Ibnu Majah, 1284)

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Pada hari ied beliau pulang pergi lewat jalan yang berbeda.” (Bukhari 986, Baihaqi 3/308)

Ini adalah pendapat jumhur ulama, Imam Malik dan Syafi’i. (Salsabil fi ma’rifati dalil, 2/32, Al Majmu’ 5/15)

Kelima, saling mengucapkan ucapan selamat. Muhammad bin Ziad berkata, “Saya bersama abi Umamah Al Bahiliy dan yang lainnya dari para sahabat Rasulullah, maka apabila mereka pulang dari salat ied, mereka saling mengucapkan:

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ

“Semoga Allah menerima amal kita dan amalmu semua” (Ahmad berkata, “Isnadnya bagus”)

Keenam, setelah menunaikan salat subuh dianjurkan segera pergi ke tempat salat walaupun matahari belum terbit, kecuali imam. Ini adalah pendapat Hanafi, Syafi’i da Hambali. Sedangkan menurut Madzhab Malikyah disunnahkan setelah terbitnya fajar. (Fiqih ‘ala Madzahil Arba’ah 1/318)

Ketujuh, hendaknya menampakkan wajah yang berseri-seri penuh kebahagiaan kepada siapa saja yang ditemuinya dari orang-orang mukmin. (Fiqih ‘ala Madzahil Arba’ah 1/318)

Takbir ‘Idul Fitri
Salat idul fitri merupakan sunah Rasulullah yang dikerjakan setelah berpuasa di bulan Ramadhan. Sebelum kita menunaikannya, kita disunahkan untuk mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil. Berikut ini adalah penjelasan tentang tata cara takbir menjelang salat idul fitri.

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan takbir tersebut dimulai: Pertama, sejak tengggelamnya matahari di malam ‘Ied. Ini adalah pendapat Sa’id bin Musayyib, Abu Salamah, Urwah, Zaid bin Aslam dan Syafi’i. Berdasarkan firman Allah:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

…Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2] : 185)

Bisa dipahami bahwa sempurnanya bilangan shaum Ramadhan satu bulan adalah dengan tenggelamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan dan terbitnya hilal Syawal. Dari situlah takbir dimulai.

Kedua, sejak berangkat menuju tempat salat. Ini adalah pendapat jumhur ulama, Ali, Umar, Abu Umamah dan sebagian besar para sahabat. Juga pendapat Abdurrahman bin Abi Laila, Sa’id bin Jubair, An Nakha’i, Abu Zanad, Umar bin Abdul Aziz, Ubay bin Utsman, Abu Bakar bin Muhammad, Al Hakam, Hammad, Imam Malik, Ishak, Abu Tsaur dan juga Auza’i. Mereka berdalil dengan perkataan Nafi’:

”Ibu Umar bertakbir pada hari ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, beliau bertakbir dan mengeraskan suaranya.” (Ad Daruquthni 2/45, Baihaqi 3/279)

Abu Jamilah Masyawah bin Ya’kub berkata, “Saya melihat Ali keluar pada hari ‘Ied, ia terus bertakbir sampai ke tempat salat”. (Daruqutni 2/44)

Kemudian para ulama juga berbeda pendapat tentang kapan takbir ini diakhiri; menurut salah satu riwayat dari Imam Abu Hanifah takbir ini diakhiri ketika sampai di tempat salat, dan dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau berpendapat takbir ini berakhir hingga salat dilaksanakan.

Menurut pendapat mazhab Hambali takbir idul fithri sampai selesai khutbah lebih kuat daripada takbir pada malam hari idul fitri. Karena sesuai dengan firman Allah, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2] : 185) Karena takbir menampakan syi’ar-syi’ar Islam dan mengingatkan orang lain.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa takbir boleh dikumandangkan di rumah-rumah, masjid-masjid, pasar, dan jalanan, yaitu mulai pagi hari hingga sebelum salat dengan suara keras sampai dimulainya salat.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa; Beliau [Rasulullah] keluar pada hari ‘Idul Fitri dan bertakbir sampai tiba di tempat salat dan melaksanakan salat. Jika selesai salat, beliau menghentikan takbir. (Ibnu Abi Syaibah, Silsilah Ahadits Shahihah no. 170)

Bentuk Takbir
Menurut Hanafi dan Hambali lafazh takbir idul Fitri adalah sebagai berikut:

اَلله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ الله أَكْبَرُ ، الله أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

“Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian” (Diriwayatkan oleh Ibnu A bi Syaibah 2/168 dengan isnad yang shahih.), sebagai pengamalan dari riwayat Jabir, Nabi, juga ucapan dua khalifah dan ucapan Ibnu Mas’ud.

Adapun bentuk takbir menurut penganut madzhab Maliki dan Syafi’i dalam pendapat baru adalah sebagai berikut:

اَلله أَكْبَرُ، الله أَكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.” menurut Maliki ini adalah lafazh yang paling baik. Dan jika ditambah dengan lafazh:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ الله أَكْبَرُ ، الله أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian.” Maka itu juga baik. Sebagai bentuk pengamalan terhadap riwayat Jabir dan Ibnu Abbas.

Menurut Imam Syafi’i , setelah takbir ketiga dianjurkan untuk menambah dengan lafazh:

الله أَكْبَرُ كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيلاً

“Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.” Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi , ketika berada di bukit shafa. Dan disunahkan pula untuk mengucapkan lafazh berikut, setelah mengucapkan lafazh di atas:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَ الله أَكْبَرُ

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan kami tidak menyembah kecuali Dia. Tulus ikhlas untuk agama-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata. Dia telah membenarkan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan kelompok-kelompok kafir dengan sendirian. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar.”

Menurut penganut Madzhab Hanafi, tambahan di atas boleh dibaca atau tidak. Kemudian ditutup dengan salawat kepada Nabi:

اللهمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَصْحَابِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ تضسْلِيْمًا كَثِيْراً

“Ya Allah berilah salawat dan salam yang banyak kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepada para sahabatnya, dan juga para istrinya.”

Sunnah-sunnah idul fitri ini untuk dipraktikkan bila kondisi normal, tidak dalam kondisi seperti saat ini. Wabah virus corona atau Covid-19 yang masih menyerang membuat kita mendahulukan keselamatan diri dan orang lain. Salat id dan ritual idul fitri kita lakukan di rumah masing-masing dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang telah digariskan dalam ajaran Islam. Wallahu'alam. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2315 seconds (0.1#10.140)