Unta Nabi Shaleh: Badannya Terbuat dari Emas dan Kakinya dari Perak

Sabtu, 09 Mei 2020 - 03:17 WIB
loading...
Unta Nabi Shaleh: Badannya Terbuat dari Emas dan Kakinya dari Perak
Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar. Ilustrasi/Ist
A A A
Kisah berikut dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”.

Nabi Shaleh Alaihis Salam (AS) diutus pada kaum Tsamūd. Beliau dikaruniai mukjizat berupa unta betina yang keluar dari batu sebagai bekal dalam berdakwah. Dalam daftar 25 nabi , Nabi Shaleh berada di urutan kelima, setelah Nabi Hud dan sebelum Nabi Ibrahim . (Baca Juga: Kisah Nabi Shaleh dan Hancurnya Kaum Tasmud
Allah SWT berfirman: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS al-A’raaf:73).

Dia adalah Shaleh bin Kanuk yang diutus oleh Allah kepada kabilah Tsamud. As-Sadi mengatakan, Tsamud adalah nama sebuah sumur yang ada di daerah perbatasan antara Hijaz dan Syam. Ibn Ishaq mengatakan, setelah Allah membinasakan kaum ‘Ad dengan angin, kaum Tsamud memakmurkan negeri mereka. Mereka menjadikan gunung sebagai rumah yang dilubangi dengan dipahat. Di rumah itu mereka membuat pintu yang terbuat dari kayu yang dilapisi besi. Allah telah melapangkan kaum Tsamud dengan banyaknya harta.

Allah berfirman: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS al-A’raaf:74).

Setelah mereka mendapatkan tempat di bumi, mereka berlaku sewenang-wenang, melanggar perintah Allah dan menyembah berhala. Maka, Allah mengutus Shaleh AS kepada mereka.

Al-‘Azizi mengatakan, Kanuk, bapaknya Shaleh AS, adalah orang yang mengurusi berhala. Pada suatu hari, dia melakukan sujud kepada berhala yang besar. Ketika dia sujud, berhala yang dia sujudi menundukkan kepalanya. Kanuk merasa kaget akan kejadian itu. Lalu Allah menjadikan berhala itu bisa berbicara dan berkata kepada Kanuk, “Hai Kanuk, sesungguhnya engkau mempunyai keturunan yang akan menjadi nabi yang diutus kepada kabilah Tsamud.”

Tatkala mendengar hal itu, Kanuk lari terbirit-birit. Ketika malam tiba, Allah mengutus seorang malaikat kepadanya dalam rupa seekor burung. Burung tersebut kemudian membawa Kanuk ke sebuah lembah yang memiliki banyak pepohonan dan airnya. Setelah bangun pagi, Kanuk berjalan-jalan di lembah tersebut. Dia melihat sebuah gunung yang tinggi; di sana terdapat sebuah gua. Kemudian dia pergi ke gunung itu; lalu dia masuk ke dalam gua itu. Setelah berada di dalam gua tersebut, Allah membuatnya tertidur sekitar 100 tahun.

Raja kabilah tersebut mencari-carinya setiap hari, tetapi tetap tidak menemukannya. Akhirnya, untuk mengurusi berhala, raja mengangkat pelayan lain. Atas kepergian Kanuk ini, isterinya menangis siang dan malam. Ketika isteri Kanuk sedang menangis, tiba-tiba datang seekor burung gagak yang bergaok-gaok di atas pintu. Isteri Kanuk menghampirinya dan berkata kepada burung tersebut, “Hai burung, betapa indah suaramu.”

Lalu Allah menjadikan burung gagak itu bisa berbicara kepadanya. Burung itu berkata, “Aku adalah burung yang telah diutus oleh Allah kepada Qabil bin Adam setelah dia membunuh saudaranya, Habil, agar aku memperlihatkan kepadanya bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.”

Burung itu berkata lagi kepadanya, “Apa gerangan yang membuatmu terus menangis?” Dia menjawab, “Sudah seratus tahun suamiku hilang.” Burung itu berkata, “Maukah engkau aku bawa kepadanya.” Dia menjawab, “Menakjubkan sekali, seandainya engkau bisa membawaku kepadanya.”

Burung berkata, “Apakah engkau heran dengan ketetapan Allah?” Ketika itu juga isteri Kanuk berdiri; lalu dia berjalan mengikuti burung gagak yang terbang didepannya. Allah menjadikan perjalanan tersebut terasa ringan bagi isteri Kanuk, padahal itu dilakukan di tengah malam, sampai akhirnya dia sampai ke lembah tempat suaminya berada.

Kemudian burung gagak itu bertengger di atas pintu gua dan berkata kepada isteri Kanuk, “Masuklah!” Isteri Kanuk pun masuk dan di sana dia melihat suaminya sedang tidur. Burung gagak mendekati Kanuk dan berkata kepadanya, “Wahai Kanuk, bangunlah dengan kekuasaan Allah!”

Kanuk pun bangun, lalu dia duduk, kemudian isterinya menghampirinya dan keduanya saling berpelukan. Kemudian mereka bersenggama. Setelah itu, istri Kanuk mengandung anaknya, Shaleh AS.

Setelah bersenggama dengan istrinya, pada saat itu juga Kanuk meninggal. Maka, istrinya pergi meninggalkannya, lalu dia pergi bersama burung gagak sampai memasuki negeri Tsamud. Semua itu berjalan di malam hari. Dan setelah kandungannya sempurna, istri Kanuk melahirkan Shaleh AS. Kelahiran Shaleh AS terjadi pada malam Jumat di bulan Muharram. Di malam kelahirannya, semua berhala tertunduk.

Berita itu sampai kepada raja, dan dia pun sangat sedih. Dia berkata, “Siapa orangnya yang telah menundukkan berhala-berhala kami?”

Pada saat itu, Iblis masuk ke dalam berhala dan berkata, “Hai penduduk Tsamud, di lingkungan kalian ada seorang anak yang lahir, namanya Shaleh, yang akan merusak agama kalian.”

Setelah Nabi Shaleh tumbuh besar, dia menjadi orang yang paling elok di zamannya dan lisannya fasih berbahasa Arab. Ketika dia menginjak umur empat puluh tahun, Allah mewahyukan kepadanya agar mengajak kaum Tsamud untuk mengesakan Allah dan melarang mereka dari menyembah berhala.

Setelah menerima wahyu itu, Shaleh AS pergi ke kaumnya; dia melihat mereka sedang berkumpul dalam hari raya mereka. Mereka telah menjejerkan berhala-berhala mereka yang terbuat dari emas. Lalu Shaleh AS datang dan berdiri di hadapan raja.

Dia berkata kepadanya, “Ketahuilah! Aku datang kepada kalian sebagai seorang rasul (utusan) Tuhan semesta alam. Aku mengajak kalian untuk mengesakan-Nya.”

Raja berkata kepada Nabi Shaleh AS, “Hai Shaleh, sesungguhnya kabilah-kabilah Tsamud tidak rela bila orang sepertimu menjadi rasul yang diutus kepada mereka.”

Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Allah mengkhususkan utusan-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya.”

Kemudian raja itu menghadap kepada kaumnya dan berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian?”

Mereka menjawab, “Shaleh itu amat pendusta lagi sombong.”

Tidur 40 Tahun
Selanjutnya Nabi Shaleh AS membangun sebuah masjid di tengah-tengah kabilah Tsamud. Setiap hari dia selalu beribadah dan mengajak kaum Tsamud untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tetap dalam kesesatannya.

Dakwah itu dilakukan oleh Nabi Shaleh AS selama tujuh puluh tahun. Lalu Allah memandulkan istri, sapi-sapi, dan domba-domba piaraan mereka. Tumbuh-tumbuhan mereka pun dikeringkan dan kuda-kuda lari dari mereka.

Pada saat itu, mereka bermaksud membunuh Nabi Shaleh AS. Maka, Nabi Shaleh AS pun lari meninggalkan mereka pergi ke sebuah gunung yang ada guanya. Dia masuk ke dalam gua itu. Di dalamnya dia melihat sebuah ranjang yang terbuat dari emas. Di atas ranjang tersebut ada hamparan yang sangat mewah. Dia melihat permata yang bisa menerangi keadaan di dalam gua.

Melihat hal itu, Nabi Shaleh AS pun terheran-heran, lalu dia tidur di atas hamparan dan ranjang tersebut. Lamanya tidur Nabi Shaleh AS tersebut kira-kira mencapai empat puluh tahun dan tidak ada seorang pun yang tahu ke mana perginya.

Ketika Nabi Shaleh AS terjaga dari tidurnya, Allah mewahyukan kepadanya, “Kembalilah kepada kaum Tsamud, ajaklah mereka untuk bertauhid.”

Maka Nabi Shaleh AS pun datang kepada kaumnya ketika mereka sedang berkumpul dalam hari raya mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya. Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”

Unta dari Dalam Batu
Tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh AS, berhala-berhala berjatuhan sehingga raja berkata kepada Shaleh AS, “Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”

Nabi Shaleh AS menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”

Kaum Tsamud berkata, “Unta itu harus mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh. Ia harus mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak.

Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas. Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya.

Ia harus datang kepada kami ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras. Ia tidak boleh digembalakan di tempat penggembalaan kami, tidak boleh membuang kotoran di tempat binatang ternak kami, air dibagi untuk kami satu hari dan untuk unta satu hari.”

Salah seorang di antara kaum itu mengatakan, “Aku ingin yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta kepada kami dengan sifat-sifat tersebut, maka kami akan mempercayai risalahmu.”

Raja berkata, “Bahkan keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta dengan sifat-sifat tersebut, aku akan beriman kepadamu dan risalahmu.”

Nabi Shaleh AS berkata, “Wahai kaumku, kalian telah meminta persyaratan yang begitu banyak. Akan tetapi, aku hanya meminta satu syarat. Yaitu siapa pun tidak boleh menungganginya, tidak melemparinya dengan batu ataupun pedang, dan janganlah ia dilarang untuk minum air, dan syarat ini juga berlaku untuk anaknya.”

Kaum Tsamud semuanya menjawab, “Ya, kami setuju.”

Setelah Nabi Shaleh AS menyelesaikan perjanjian dengan mereka, dia berdiri lalu salat dua rakaat. Kemudian dia mengangkat tangannya ke arah langit seraya berdoa kepada Allah. Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.

Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”

Disembelih
Ibnu Abbas RA mengatakan, unta tersebut tingginya 700 siku dan lebarnya 100 siku, dan ia kuat menampung 7000 (tujuh ribu) muatan rumput. Ketika raja melihat unta tersebut, pada saat itu juga dia berdiri dan kemudian mencium kepala Nabi Shaleh AS serta berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Shaleh AS adalah utusan Allah.”

Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput.

Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya. Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh AS; ia diam di sana beserta anaknya. Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama.

Hewan-hewan ternak milik kaum Tsamud lari menjauhi unta ketika unta itu datang menghampiri air.

Di dalam kaum itu, ada seorang wanita elok dan cantik yang bernama Qatham. Dia adalah kekasih seorang lak-laki bernama Mashda, seorang laki-laki yang zalim. Mashda suka berkumpul dengan seorang temannya yang bernama Qadar.

Pada suatu hari, Mashda dan Qadar berkumpul di rumah Qatham sambil mabuk-mabukan. Qatham memberi mereka berdua arak murni. Lalu keduanya meminta air kepada Qatham untuk dicampurkan dengan arak. Akan tetapi, Qatham tidak mendapatkan air, lalu dia memintanya kepada tetangganya, tetapi dia tetap tidak mendapatkannya.

Kedua orang itu menanyakan sebabnya mengapa tidak mendapatkan air. Dikatakan kepadanya air tidak ada karena diminum oleh unta. Mendengar jawaban tersebut, Mashda dan Qadar bertekad untuk menyembelih unta itu. Mashda mendatangi kelompoknya dan berkata kepada mereka, “Aku bermaksud menyembelih unta itu, apakah kalian akan membantuku?” Mereka menjawab, “Ya.”

Itulah firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan (QS an-Naml:48). Qadar bersembunyi di suatu tempat di gunung tempat unta merumput. Ketika unta itu datang ke gunung tersebut, lalu merumput dan mendekati Qadar, dia memukulnya dengan pedang sehingga unta itu terbunuh; kemudian Qadar mencari anak unta itu.

Setelah unta terbunuh dan berita tentangnya telah menyebar; kaum tersebut selanjutnya memotong-motong dagingnya, tidak ada satupun rumah yang tidak kebagian dagingya. Daging tersebut mereka makan sambil tertawa-tawa kegirangan. Tatkala Nabi Shaleh AS datang dari bepergiannya, mereka memberitahunya bahwa unta telah terbunuh. Sekelompok orang berkata kepadanya, “Kami tidak ikut campur dalam menyembelih unta. Yang melakukannya adalah Qadar.”

Mendengar ucapan mereka itu, Nabi Shaleh AS berkata, “Pergilah kalian, seandainya kalian bisa menemukan anak unta itu, mudah-mudahan azab tidak akan ditimpakan kepada kalian.”

Mereka pun berpencar pergi mencarinya. Akhirnya, mereka menemukannya sedang bersembunyi dekat batu yang menjadi tempat asal keluarnya. Maka Nabi Shaleh AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”

As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”

Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Bersenang-senanglah di rumah kalian selama tiga hari. Setelah itu azab akan datang kepada kalian. Tanda-tandanya adalah di hari pertama, wajah-wajah kalian akan berubah warna menjadi merah. Pada hari kedua, akan berubah menjadi kuning, dan pada hari ketiga, berubah menjadi hitam.”

Ketika mereka melihat tanda-tanda yang telah disebutkan oleh Nabi Shaleh AS tampak pada wajah mereka, maka mereka bermaksud untuk membunuh Nabi Shaleh AS. Nabi Shaleh AS pun lari dan bersembunyi di rumah seorang kepala suku mereka.

Kaum tersebut mendatanginya dan berkata, “Apakah di rumahmu ada Shaleh?”

Kepala suku itu menjawab, “Ya, benar. Akan tetapi, aku tidak akan menyerahkannya kepada kalian karena dia ada dalam perlindunganku.”

Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh AS untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman kepadanya.

Menetap di Makkah
Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh AS pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina.

Ketika kaum Tsamud bangun pagi di hari keempat, mereka merasakan telah diselimuti oleh kematian. Mereka kenakan kain kafan dan menunggu turunnya azab. Ketika tiba hari Ahad tanggal 12 Shafar, ada sebuah teriakan dari langit datang kepada mereka sehingga jantung mereka berjatuhan dari dada-dada mereka. Mereka semua mati, baik yang tua maupun yang mudanya. Itulah firman Allah: Maka jadilah mereka mayat-mayat bergelimpangan di tempat tinggal mereka (QS al-A’raaf:78).

Setelah dari Palestina, Nabi Shaleh AS pergi menuju Makkah. Dia senantiasa menangisi unta siang dan malam. Maka, Jibril datang kepadanya dan memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah akan membangkitkan unta tersebut di Hari Kiamat dan dia akan menungganginya.

Mendengar kabar tersebut, hati Nabi Shaleh AS pun menjadi tenang. Dia terus menetap di Makkah hingga wafatnya. Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepadanya. Dia meninggal kira-kira dalam umur 180 tahun. Abdurrahman bin Sabith mengatakan, “Antara Rukun dan Maqam Ibrahim telah dikuburkan tujuh puluh nabi. Di antara mereka adalah Nabi Hud, Nabi Shaleh AS, dan Nabi Isma’il AS.”
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1872 seconds (0.1#10.140)