Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan

Rabu, 02 Desember 2020 - 15:13 WIB
loading...
Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan
Seorang yang baik akhlaknya menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sesungguhnya disyari’atkan bagi setiap muslim untuk berakhlak yang baik . Karena di antara tujuan diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata, Rasulullah bersabda;

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ.

”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

(Baca juga : Nasehat Syaikh Al-Utsaimin Tentang Pakaian Muslimah )

Seorang yang baik akhlaknya menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

”Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud )

Ustadz Dr. Irfan Yuhadi, M.S.I, dai dari konsultasiislam menjelaskan, akhlak yang baik juga merupakan pemberat timbangan kebaikan.

(Baca juga : Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman )

Sebagaimana sabda Rasulullah ,

أَثْقَلُ شَيْءٌ فِي الْمِيْزَانِ اَلْخُلُقُ الْحَسَنُ

”Sesuatu yang lebih berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad. Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله dalam As-Silsilah Ash-Shahihah Juz 2 : 876)

Menurutnya, akhlak yang baik meliputi akhlak kepada Allah Ta'ala dan akhlak kepada sesama manusia. Berikut uraiannya:

(Baca juga : Pertemuan Mengharukan Dua Saudara Sepersusuan )

A. Akhlak Kepada Allah Ta'ala

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa akhlak yang baik kepada Allah mencakup tiga hal, antara lain :

1. Menerima berita yang datang dari Allah dengan cara membenarkannya

Apapun berita yang datang dari Allah Ta'ala, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, baik yang mampu dicerna dengan akal maupun tidak, maka berita tersebut harus diterima. Allah Ta'ala berfirman;

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيْثًا.

“Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (HR. Ahmad)

(Baca juga : Habib Rizieq: Revolusi Akhlak Bukan Upaya Menggulingkan Pemerintahan Sah )

2. Menerima hukum Allah Ta'ala, dengan cara melaksanakan dan menerapkannya

Baik itu hukum yang bersifat perintah maupun larangan. Di antara hukum Allah Ta'ala yang berupa larangan adalah firman- Nya;

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275)

Maka seorang muslim harus menjauhi berbagi bentuk ribawi. Baik itu riba fadhl maupun riba nasi’ah.

(Baca juga : Stimulus Fiskal Dorong Pemulihan Ekonomi, Lanjutkan! )

3. Menerima Takdir Allah Ta'ala dengan sabar dan ridha

Ketetapan Allah Ta'ala atas para hamba-Nya mencakup hal yang baik dan hal yang buruk. Ketika seorang hamba mendapatkan takdir yang buruk, maka ia harus bersabar dan berupaya untuk ridha terhadap takdir tersebut.

B. Akhlak Kepada Sesama Manusia

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menyebutkan bahwa akhlak yang baik terhadap sesama manusia ada tiga, yaitu:

1. Tidak mengganggu (كَفُّ الْأَذَى)

Hendaknya seorang muslim tidak mengganggu manusia lainnya, terutama terhadap orang-orang dekat dengannya.

(Baca juga : Bawaslu Ungkap Modus Baru Politik Uang Berkedok Kupon di Pilbup Bandung )

Diriwayatkan dari Abu Syuraih, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda;

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، قِيْلَ : وَمَنْ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ : اَلَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارَهُ بَوَائِقَهُ

“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Ditanyakan, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

2.Bersikap dermawan (بَذْلُ النَّدَى)

"Hendaknya seorang muslim bersikap dermawan terhadap muslim yang lainnya. Dan Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan, bahkan beliau lebih dermawan dari pada angin yang berhembus," (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk bentuk kedermawanan adalah dengan memaafkan kesalahan manusia yang lainnya.

(Baca juga : Rumah Dinas Gubernur DKI yang Jadi Tempat Isolasi Anies Baswedan Sudah Berusia 114 Tahun )

3. Bersikap ramah (طَلَاقَةُ الْوَجْهِ)

Hendaknya seorang muslim bersikap ramah ketika bertemu dengan saudaranya. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu'anhu ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku;

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan apapun, walaupun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim)

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)