Cahaya Allah dan Ciri Orang yang Mendapatkannya
loading...
A
A
A
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya”. (HR. Muslim).
(Baca juga: Mantul, Nilai Bitcoin Tembus Rp2,8 Miliar untuk Pertama Kalinya )
Ciri-ciri Orang yang Mendapatkan Cahaya Allah
Ustadz DR. Amir Faishol Fath, MA menjelaskan, sesungguhnya jiwa manusia sangat membutuhkan siraman cahaya wahyu. Tidak mungkin manusia menghindar dari cahaya tersebut. Siapa yang menghindar pasti celakai dirinya sendiri. Ini adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena hanya dengan cahaya tersebut manusia menjadi manusia. Tanpa cahaya wahyu, manusia hanya tinggal bentuknya manusia, tapi isinya binatang. Semua fasilitas jasmani yang diberikan Allah otomatis tidak berfungsi sebagaimana tujuan yang Allah kehendaki. Sebab, mata, Otak, hati, dan kecerdasan yang ia miliki hanya digunakan untuk kesia-siaan.
Allah sendiri menyebut rumah-Nya di Makkah dengan nama “baytullah” (rumah Allah). Sebab kata rumah menunjukkan makna lebih khusus. Dan fitrah manusia selalu ingin punya kekhususan (privacy). Islam telah membuat aturan kekhususan ini. Karenanya dalam Al-Qur’an kita diajarkan adab bertamu ke rumah orang Iain. Di antaranya dengan memberikan salam dan tidak boleh langsung masuk ke dalamnya agar tidak melihat aurat rumah tangga tersebut.
(Baca juga : Kewajiban Uji Swab Pengunjung Bali, DPR: Penerapan Protokol Kesehatan Lebih Penting )
Maka sebagaimana Allah telah menjadikan untuk DiriNya rumah “baytullah”, Allah juga telah mengizinkan hamba-hamba-Nya agar memperbanyak rumah rumah-Nya di muka bumi. Bahkan Allah telah persiapkan bumi untuk dijadikan masjid.
Karenanya di mana pun Nabi Shallallahu alaihi wa sallam singgah, beliau selalu membangun masjid di situ. Ketika singgah di Quba saat hijrah, beliau langsung membangun masjid yang dinamakan Masjid Quba. Inilah masjid yang pertama kali Nabi saw bangun sejak diangkat sebagai nabi. Nabi saw sangat suka masjid ini. Setiap hari sabtu Nabi saw mengkhususkan diri datang ke Masjid Quba dalam kedaan suci dari rumahnya. Dalam rangka ini Nabi saw bersabda. “Siapa yang bersuci di rumahnya. lalu mendatangi masjid dan shalat dua rakaat di dalamnya maka akan dapat pahala umrah.”
Begitu pula saat Nabi tiba di Madinah. Yang pertama beliau tentukan adalah sepetak tanah untuk membangun masjid di atasnya. ltulah Masjid Nabawi.
(Baca juga : Turki: Sanksi AS Tak Pengaruhi Kesepakatan Helikopter dengan Pakistan )
Tinggalkan Urusan Dunia
Demikianlah Allah dan rasul-Nya sangat mencintai rumah-rumah yang di dalamnya disebut nama nama-Nya. Jadi, semua rumah pada hakikatnya sama. Yang membuat berbeda adalah karena rumah-rumah tersebut dijadikan tempat ibadah dan berzikir kepadaNya. Di situlah semua urusan dunia ditinggalkan. Karena itu Allah memerintahkan ketika seseorang akan masuk masjid hendaklah ia tinggalkan urusan binisnya di luar masjid.
“Hai orang-orang beriman. apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu Iebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al-Jumuah: 9).
Bahkan Nabi mendoakan orang yang berdagang dalam masjid agar jangan diberi keuntungan, dan orang yang mengumumkan barang hilangnya dalam masjid agar jangan sempai diketemukan.
(Baca juga : Muhammadiyah Tarik Dana dari Bank Syariah Hasil Merger, Ada Apa? )
Demikianlah rumah-rumah itu menjadi berkah karena dijauhkan dari urusan dunia dan semata dijadikan tempat zikir dan ibadah kepada Allah Ta'ala. Sungguh keterlaluan orang yang seharian menjadikan hidupnya dalam urusan dunia, lalu ketika ia masuk masjid masih juga membawa urusan dunia!
Wallahu A'lam
(Baca juga: Mantul, Nilai Bitcoin Tembus Rp2,8 Miliar untuk Pertama Kalinya )
Ciri-ciri Orang yang Mendapatkan Cahaya Allah
Ustadz DR. Amir Faishol Fath, MA menjelaskan, sesungguhnya jiwa manusia sangat membutuhkan siraman cahaya wahyu. Tidak mungkin manusia menghindar dari cahaya tersebut. Siapa yang menghindar pasti celakai dirinya sendiri. Ini adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena hanya dengan cahaya tersebut manusia menjadi manusia. Tanpa cahaya wahyu, manusia hanya tinggal bentuknya manusia, tapi isinya binatang. Semua fasilitas jasmani yang diberikan Allah otomatis tidak berfungsi sebagaimana tujuan yang Allah kehendaki. Sebab, mata, Otak, hati, dan kecerdasan yang ia miliki hanya digunakan untuk kesia-siaan.
Allah sendiri menyebut rumah-Nya di Makkah dengan nama “baytullah” (rumah Allah). Sebab kata rumah menunjukkan makna lebih khusus. Dan fitrah manusia selalu ingin punya kekhususan (privacy). Islam telah membuat aturan kekhususan ini. Karenanya dalam Al-Qur’an kita diajarkan adab bertamu ke rumah orang Iain. Di antaranya dengan memberikan salam dan tidak boleh langsung masuk ke dalamnya agar tidak melihat aurat rumah tangga tersebut.
(Baca juga : Kewajiban Uji Swab Pengunjung Bali, DPR: Penerapan Protokol Kesehatan Lebih Penting )
Maka sebagaimana Allah telah menjadikan untuk DiriNya rumah “baytullah”, Allah juga telah mengizinkan hamba-hamba-Nya agar memperbanyak rumah rumah-Nya di muka bumi. Bahkan Allah telah persiapkan bumi untuk dijadikan masjid.
Karenanya di mana pun Nabi Shallallahu alaihi wa sallam singgah, beliau selalu membangun masjid di situ. Ketika singgah di Quba saat hijrah, beliau langsung membangun masjid yang dinamakan Masjid Quba. Inilah masjid yang pertama kali Nabi saw bangun sejak diangkat sebagai nabi. Nabi saw sangat suka masjid ini. Setiap hari sabtu Nabi saw mengkhususkan diri datang ke Masjid Quba dalam kedaan suci dari rumahnya. Dalam rangka ini Nabi saw bersabda. “Siapa yang bersuci di rumahnya. lalu mendatangi masjid dan shalat dua rakaat di dalamnya maka akan dapat pahala umrah.”
Begitu pula saat Nabi tiba di Madinah. Yang pertama beliau tentukan adalah sepetak tanah untuk membangun masjid di atasnya. ltulah Masjid Nabawi.
(Baca juga : Turki: Sanksi AS Tak Pengaruhi Kesepakatan Helikopter dengan Pakistan )
Tinggalkan Urusan Dunia
Demikianlah Allah dan rasul-Nya sangat mencintai rumah-rumah yang di dalamnya disebut nama nama-Nya. Jadi, semua rumah pada hakikatnya sama. Yang membuat berbeda adalah karena rumah-rumah tersebut dijadikan tempat ibadah dan berzikir kepadaNya. Di situlah semua urusan dunia ditinggalkan. Karena itu Allah memerintahkan ketika seseorang akan masuk masjid hendaklah ia tinggalkan urusan binisnya di luar masjid.
“Hai orang-orang beriman. apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu Iebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al-Jumuah: 9).
Bahkan Nabi mendoakan orang yang berdagang dalam masjid agar jangan diberi keuntungan, dan orang yang mengumumkan barang hilangnya dalam masjid agar jangan sempai diketemukan.
(Baca juga : Muhammadiyah Tarik Dana dari Bank Syariah Hasil Merger, Ada Apa? )
Demikianlah rumah-rumah itu menjadi berkah karena dijauhkan dari urusan dunia dan semata dijadikan tempat zikir dan ibadah kepada Allah Ta'ala. Sungguh keterlaluan orang yang seharian menjadikan hidupnya dalam urusan dunia, lalu ketika ia masuk masjid masih juga membawa urusan dunia!
Wallahu A'lam
(wid)