Kisah Khulafaur Rasyidin: Dua Tahun Kekhalifahan Abu Bakar yang Krusial

Senin, 28 Desember 2020 - 16:00 WIB
loading...
Kisah Khulafaur Rasyidin: Dua Tahun Kekhalifahan Abu Bakar yang Krusial
Ilustrasi Abu Bakar Ashidiq/Ist/miftah
A A A
MASA kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a . kurang lebih hanya dua tahun. Dalam waktu yang singkat itu terjadi beberapa kali krisis yang mengancam kehidupan Islam dan perkembangannya. Perpecahan dari dalam, maupun rongrongan dari luar cukup gawat. ( )

Di utara, pasukan Byzantium (Romawi Timur) yang menguasai wilayah Syam melancarkan berbagai macam provokasi yang serius, guna menghancurkan kaum muslimin Arab, yang baru saja kehilangan pemimpin agungnya.

Dekat menjelang wafatnya, Rasulullah s.a.w. merencanakan sebuah pasukan ekspedisi untuk melawan bahaya dari utara itu, dengan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima. Tetapi belum sempat pasukan itu berangkat ke medan juang, Rasulullah wafat.

Setelah Abu Bakar r.a. menjadi Khalifah dan pemimpin ummat, amanat Rasulullah dilanjutkan. Pada mulanya banyak orang yang meributkan dan meragukan kemampuan Usamah, dan pengangkatannya sebagai panglima pasukan dipandang kurang tepat. Usamah dianggap masih ingusan. Lebih-lebih karena pasukan Byzantium jauh lebih besar, lebih kuat persenjataannya dan lebih banyak pengalaman. Apa lagi pasukan Romawi itu baru saja mengalahkan pasukan Persia dan berhasil menduduki Yerusalem. ( )

Di kota suci ini, pasukan Romawi berhasil pula merebut kembali "salib agung" kebanggaan kaum Nasrani, yang semulanya sudah jatuh ke tangan orang-orang Persia .

Dengan dukungan sahabat-sahabat utamanya, Khalifah Abu Bakar r.a. berpegang teguh pada amanat Rasulullah s.a.w. Dalam usaha meyakinkan orang-orang tentang benar dan tepatnya kebijaksanaan Rasulullah s.a.w., Imam Ali r.a. memainkan peranan yang tidak kecil. Akhirnya Usamah bin Zaid tetap diserahi pucuk pimpinan atas sebuah pasukan yang bertugas ke utara. ( )

Pengangkatan Usamah sebagai Panglima ternyata tepat. Usamah berhasil dalam ekspedisinya dan kembali ke Madinah membawa kemenangan gemilang.

Bahaya desintegrasi atau perpecahan dalam tubuh kaum muslimin mengancam pula keselamatan ummat. Muncul oknum-oknum yang mengaku dirinya sebagai "nabi-nabi". Muncul pula kaum munafik menelanjangi diri masing-masing.

Beberapa kabilah membelot secara terang-terangan menolak wajib zakat. Selain itu ada kabilah-kabilah yang dengan serta merta berbalik haluan meninggalkan Islam dan kembali ke agama jahiliyah.

Pada waktu Rasulullah masih segar bubar, mereka itu ikut menjadi "muslimin". Setelah beliau wafat, mereka memperlihatkan belangnya masing-masing. Seolah-olah kepergian beliau untuk selama-lamanya itu dianggap sebagai pertanda berakhirnya Islam. ( )

Demikian pula kaum Yahudi . Mereka mencoba menggunakan situasi krisis sebagai peluang untuk membangun kekuatan perlawanan balas dendam terhadap kaum muslimin.

Tidak kalah berbahayanya ialah gerak-gerik bekas tokoh-tokoh Quraiys, yang kehilangan kedudukan setelah jatuhnya Makkah ke tangan kaum muslimin. Mereka itu giat berusaha merebut kembali kedudukan sosial dan ekonomi yang telah lepas dari tangan.

Tentang mereka ini Khalifah Abu Bakar r.a. sendiri pernah berkata kepada para sahabat: "Hati-hatilah kalian terhadap sekelompok orang dari kalangan 'sahabat' yang perutnya sudah mengembang, matanya mengincar-incar dan sudah tidak bisa menyukai siapa pun juga selain diri mereka sendiri.

Awaslah kalian jika ada salah seorang dari mereka itu yang tergelincir. Janganlah kalian sampai seperti dia. Ketahuilah, bahwa mereka akan tetap takut kepada kalian, selama kalian tetap takut kepada Allah…"

Berkat kepemimpinan Abu Bakar r.a., serta berkat bantuan para sahabat Rasulullah s.a.w., seperti Umar bin Khattab r.a., Ali r.a., Ubaidah bin Al-Jarrah dan lain-lain, krisis-krisis tersebut di atas berhasil ditanggulangi dengan baik. ( )

Watak Abu Bakar r.a. yang demokratis, dan kearifannya yang selalu meminta nasehat dan pertimbangan para tokoh terkemuka, merupakan, modal penting dalam tugas menyelamatkan ummat yang baru saja kehilangan Pemimpin Agung, Nabi Muhammad s.a.w.

Dengan masa jabatan yang singkat, Khalifah Abu Bakar r.a. berhasil mengkonsolidasi persatuan ummat, menciptakan stabilitas negara dan pemerintahan yang dipimpinnya dan menjamin keamanan dan ketertiban di seluruh jazirah Arab.

Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. memang seorang tokoh yang lemah jasmaninya, akan tetapi ramah dan lembut perangainya, lapang dada dan sabar. Sesungguhpun demikian, jika sudah menghadapi masalah yang membahayakan keselamatan Islam dan kaum muslimin, ia tidak segan-segan mengambil tindakan tegas, bahkan kekerasan ditempuhnya bila dipandang perlu.

Konon ia wafat akibat serangan penyakit demam tinggi yang datang secara tiba-tiba. Menurut buku Abqariyyatu Abu Bakar, yang di tulis Abbas Muhammad Al 'Aqqad", sebenarnya Abu Bakar r.a. sudah sejak lama terserang penyakit malaria. Yaitu beberapa waktu setelah hijrah ke Madinah. Penyakit yang dideritanya itu dalam waktu relatif lama tampak sembuh, tetapi tiba-tiba kambuh kembali dalam usianya yang sudah lanjut. Abu Bakar r.a. wafat pada usia 63 tahun. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2129 seconds (0.1#10.140)