Rumah Tangga Islami adalah Rumah Tangga yang Tanpa KDRT

Selasa, 29 Desember 2020 - 18:22 WIB
loading...
Rumah Tangga Islami adalah Rumah Tangga yang Tanpa KDRT
Para suami atau istri sebaiknya semaksimal mungkin menghindari KDRT. Foto ilustrasi/ist
A A A
Islam adalah agama yang mengusung perdamaian dan anti kekerasan . Ketika kekerasan terjadi dipastikan keharmonisan keluarga terkoyak dan berbagai prahara tidak terelakkan. Batin menderita lantaran orang yang semestinya mencurahkan segala cinta dan perhatiannya justru berbalik arah dengan melakukan kezaliman dalam ucapan maupun perbuatan.

(Baca juga: Muhasabah, Amalan Utama Orang Beriman )

Dalam hadis qudsi Allah ta’ala berfirman :

يَاعِبَا دِيْ إِِنِّيْ حَرَمْتُ الظُلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتَُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَا لَمُوْ

“Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman atas diriku. Dan aku menetapkannya sebagai perkara yang diharamkan diantara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi”. (Shalih Muslim).

Termasuk dalam kekerasan yang diharamkan dalam Islam adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam beberapa kasus, KDRT adalah sebuah perkara yang sering kali menghiasi kehidupan pernikahan . Terkadang perceraian terjadi karena suami melakukan KDRT atau sebaliknya istri membangkang dan tidak mau mentaati suaminya.

(Baca juga: Lima Panduan Bermuhasabah Agar Makin Dicintai Allah )

KDRT tak hanya identik dengan tindakan yang menjurus pada kriminalis nyata seperti pemukulan, penganiayaan, intimidasi dan hal yang melukai badan. Namun perkara yang sifatnya spiritual emosional , dan perkara-perkara yang tidak kasat mata juga dikategorikan sebagai KDRT.

Abu Hamzah 'Abdul Lathif al-Ghamidi menjelaskan, sebenarnya, KDRT tidak perlu terjadi ketika suami atau istri saling memahami hakikat pernikahan. Suami istri juga harus saling menghormati serta mencintai pasangan karena Allah Ta'ala. Sebab, permasalahan apapun yang terjadi dalam rumah tangga ebuah kehidupan itu ibarat roda yang berputar, tidak selamanya selalu di atas dan tidak selamanya selalu di bawah.

(Baca juga: Gambaran Menakjubkan Perhiasan Bagi Para Penghuni Surga )

Begitupun kehidupan rumah tangga tidak selalu berjalan lurus seperti yang diimpikan. Banyak prahara yang sering terjadi misalnya kekerasan yang dilakukan oleh suami.

Maka janganlah seorang suami itu menzholimi istrinya. Suami juga hendaknya jangan menuntut istrinya untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin ia sanggupi. Suami juga tidak boleh melupakan peranannya dan melalaikan tugasnya serta menzalimi orang yang paling berhak menerima perlakuan baiknya, yakni istri.

(Baca juga: Jadi Kandidat Doktor di Malaysia, Ini Judul Disertasi Habib Rizieq Shihab )

Suami harus menghargai istri karena telah mencurahkan cinta dan hatinya, menyerahkan kehormatan dan harga dirinya yang telah memberikan ketundukan dirinya dengan penuh ketaatan dan keridhoan kepada suami.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: Rasulullah bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ

"Yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya. Dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

(Baca juga: Investasi Properti di Asia Pasifik Diramal Naik hingga 20 Persen pada 2021 )

Ironisnya, istri yang seharusnya disayang, diperhatikan, dikasihani, dan diperlakukan dengan lemah lembut tidak jarang ditindas dan disakiti hatinya, dijatuhkan kemuliaannya, diusik ketenangannya, direnggut kebahagiaannya serta dizholimi haknya. Semua itu dilakukan dengan serangkaian tindak kekerasan yang tiada terkira dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ, فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisaa': 19).

Jika seorang mencari pasangan hidup sempurna tanpa cacat silahkan ia mencarinya dalam surga jannatun na'im sebab semua itu hanya ada disana. Adapun di dunia, semua yang dirasakan hanya bersifat sesaat dan semua akan dimintai pertanggungjawaban.

(Baca juga: Ancaman Buat Siswa dan Guru, Tunda Sekolah Tatap Muka Awal 2021 )

“Sesungguhnya ada seseorang berkata kepada Rasulullah saw; Wahai Rasulullah, saya mendengar doamu tadi malam, maka doa yang sampai kepadaku adalah engkau mengucapkan :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي ، وَوَسِّعْ لِي فِي دَارِي ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا رَزَقْتَنِي

ALLOHUMMAGHFIRLI ZANBI WA WASSI’LI FI DARI WA BARIKLI FIMA ROZAQTANI

”Ya Allah, ampuni dosa saya, berilah saya rasa kelapangan di rumah saya sendiri, dan berkatilah rezeki saya.”

Doa ini bersumber dari hadis riwayat Imam Tirmizi dari Abu Hurairah.

(Baca juga: WNA Dilarang Masuk Indonesia, Satgas: Hubungan Antarnegara Harus Dijaga )

Para suami atau istri sebaiknya semaksimal mungkin menghindari KDRT. Kelapangan di rumah itu bukan berarti rumah harus luas. Luasnya rumah tidak menjamin kebahagian dan ketentraman rumah tangga. Oleh karena itu, keluasan di sini bermakna ketentraman, istri salehah atau suami saleh, dan anak yang saleh.

Walaupun rumah sempit, tapi kalau hati kita tenang, rumah itu terasa begitu luas. Berdoa lah selalu untuk memperlancar usaha dan kerja keras untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Karena dengan doa saja tak cukup untuk mencapai rumah tangga bahagia. Berikut beberapa usaha yang perlu dilakukan untuk mengawetkan rumahtangga bahagia

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1259 seconds (0.1#10.140)