Salat Jumat Di-Lockdown, Lakukan Ini Agar Berkah Jumat Tetap Didapat

Jum'at, 17 April 2020 - 11:32 WIB
loading...
Salat Jumat Di-Lockdown, Lakukan Ini Agar Berkah Jumat Tetap Didapat
Ada tujuh amalan di hari Jumat yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan berkah Jumat. Foto/dok SINDOnews
A A A
Dampak wabah Covid-19 (Corona) tidak hanya melumpuhkan ekonomi, tetapi juga mengganggu aktivitas ibadah. Masjid-masjid ditutup dan ibadah salat Jumat ditiadakan. Sedih dan perih, namun inilah keputusan terbaik untuk kemaslahatan bersama.

Menurut Ustaz Hakimuddin Salim, Doktor Ushul Tarbiyah Islamiyah Universitas Islam Madinah, salat Jumat bagi seorang muslim bukan sekadar Faridhah Usbu'iyah (kewajiban pekanan), Sayyidul Ayyam (hari terbaik) dan Mukaffirah Adz-Dzunûb (penghapus dosa), tetapi Jumat juga merupakan Mahatthatul Hayâh (terminal kehidupan).

"Agar fungsi tarbawi (kependidikan) Jumat tersebut tidak ikut ter-lockdown, ada beberapa amalan istimewa di Hari Jumat yang tetap bisa dilakukan di rumah," ungkap Ustaz Hakimuddin Salim yang disiarkannya dari Madinah, Saudi Arabia, belum lama ini.

Ada 7 Amalan Mulia di Hari Jumat:

1. Tetap Memperbanyak Salawat
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam (SAW) pernah bersabda: "Perbanyaklah salawat kepadaku pada hari Jum'at dan malam Jum'at. Barangsiapa yang bersalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Al-Baihaqi).

Salawat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallah adalah bukti cinta kepadanya. Saat kadang diri lalai melantukannya setiap hari, targhîb (anjuran) untuk memperbanyaknya pada malam dan hari Jum'at menjadi semacam cegatan, agar tidak keterusan lalai sepanjang pekan. Dan itu tidak terkait dengan Salat Jum'at.

2. Tetap Salat Subuh Berjamaah.
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda:
"Seutama-utamanya salat di sisi Allah adalah salat Shubuh pada hari Jumat secara berjamaah." (HR. Al-Baihaqi).

Keutamaan salat Shubuh di hari Jumat ini bertambah lagi dengan membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam hal ini (HR. Al-Bukhari No. 851).

Ibnu Hajar dalam Fathul Bâri menjelaskan, "Hikmahnya di dalam dua surat ini terdapat petunjuk kejadian yang ada di dalamnya berupa penciptaan Adam dan kejadian hari kiamat; karena hal itu akan terjadi pada hari Jumat".

Dalam kondisi sekarang ini, semoga Salat Subuh yang kita laksanakan berjamaah di rumah bersama keluarga, tetap tercatat sebagai amalan paling utama dan paling dicintai Allah Ta'ala dan menjadi pengingat diri akan dahsyatnya huru-hara kiamat.

3. Tetap Melakukan Mandi Besar.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudhri, Rasulullah SAW bersabda: "Mandi Jumat itu wajib atas setiap orang yang telah baligh." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa mandi besar di hari Jum'at hukumnya wajib. Ini mengandung hikmah shihhiyâh (kesehatan) yang dahsyat. Dimana menjadi sekat pengingat, agar seorang Muslim rutin melakukan bersih-bersih diri, minimal sepekan sekali. Itu selain mandi Junub karena mimpi basah atau hubungan suami-isteri.

Apalagi jika didukung dengan memotong kuku, membersihkan bulu kemaluan, membersihkan bulu ketiak, dan memotong kumis, sebagaimana termaktub dalam hadits Khomsun minal Fithrah (Lima Kesucian). Maka dengan tetap melakukannya, kita tidak kehilangan Tarbiyah Shihhiyah dari Jum'atan.

4. Tetap Membaca Surat Al-Kahfi.
Dari Abu Sa'id Al-Khudzri, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat." (HR. An-Nasa'i).

Keutamaan di atas tidak terikat khusus dengan pelaksanaan Salat Jum'at. Maka jangan sampai ditinggalkan. Justru dengan tidak keluar rumah, kita punya lebih banyak waktu untuk tidak sekadar membacanya, tapi juga mentadabburi makna dan tafsirnya.

Karena dibalik anjuran untuk membaca Surah Al-Kahfi berulang tiap pekan, pasti ada hikmah istimewa dan pelajaran besar yang harus kita ambil darinya. Seperti kisah Ashhâbul Kahfi, Nabi Musa bersama Nabi Khidir, dan DzulQornain.

5. Tetap Dengarkan Khutbah Jumat.
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata tentang khutbah Rasulullah SAW: "Rasulullah SAW menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk di antara keduanya, (dan dalam khutbah itu) beliau membaca Al-Qur'an dan mengingatkan manusia." (HR. Muslim)

Di antara hikmah disyariatkannya Salat Jumat, ia adalah momentum untuk menyampaikan wasiat kebaikan. Khutbah yang berisi ajakan untuk meningkatkan takwa dan menyampaikan ilmu itu, adalah oase hati bagi seorang Muslim.

Dengan adanya Salat Jumat, seorang muslim seperti "dipaksa" mendengarkan nasihat minimal sepekan sekali. Maka agar hari Jumat tidak kehilangan hikmah dan fungsi tarbawi-nya, tetaplah dengarkan khutbah melalui berbagai media dan teknologi yang ada.

Seperti khutbah yang disiarkan oleh Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi. Dimana meski Salat Jum'at padanya tertutup untuk umum, namun tetap bisa dinikmati melalui televisi atau live streaming YouTube.

6. Tetap Lakukan Evaluasi dan Planing.
Sebagaimana tersirat dalam surat Al-Hasyr ayat 18, kita sebagai seorang muslim dituntut untuk menjadi pribadi yang evaluatif sekaligus visioner. Dan untuk melakukan evaluasi (muhâsabah) atau merencanakan masa depan (takhthîth) perlu adanya momentum dan periodesasi.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Salat lima waktu, antara Jumat ke Jumat berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, itu dapat menghapus dosa antara itu semua, selagi menjauhi dosa besar". (HR. Muslim).

Dalam hadits di atas selain berbicara tentang keutamaan berupa pengampunan dosa, sebenarnya juga tersirat periodesasi kehidupan yang bisa dijadikan momentum perubahan diri bagi seorang Muslim.

Salah satunya adalah hari Jumat yang bisa dijadikan momentum evaluasi dan planing dalam periode waktu satu pekan. Tentu selain Salat Fardhu (harian), Ramadhan (Tahunan) dan dalam riwayat yang lain Haji atau Umrah (seumur hidup).

7. Tetap Berdoa di Waktu Mustajab.
Di antara keistimewaan hari Jumat adalah adanya waktu tertentu yang mustajab untuk berdoa. Meskipun ada riwayat menyebutkan bahwa waktu mustajab itu adalah antara dua khutbah dalam salat Jumat, namun riwayat yang lain menyebutkan bahwa ia ada antara habis Ashar hingga menjelang Maghrib.

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: "Pada hari Jumat terdapat 12 jam, di antara waktu itu ada waktu dimana tidaklah seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah 'Ashar." (HR. Abu Dawud).

Maka sesudah salat Ashar, terutama menjelang waktu Maghrib, hentikan semua aktivitas, segera masuk ke musalla rumah dan berdoa dengan khusyu' memohon ampunan dan kebaikan dari Allah Ta'ala, terutama keselamatan dari wabah Corona.

Semoga dengan mengamalkan tujuh hal di atas, meski masjid-masjid sementara ditutup, fungsi tarbawi dan berkah Jumat tidak ikut ter-lockdown. Ia tetap menjadi Sayyidul Ayyam (hari terbaik), Mukaffirah Adz-Dzunûb (penghapus dosa), dan Mahatthatul Hayâh (terminal kehidupan).
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.3025 seconds (0.1#10.140)