Ringan Meminta Maaf, Kunci Menjaga Kepercayaan

Senin, 18 Januari 2021 - 06:59 WIB
loading...
Ringan Meminta Maaf, Kunci Menjaga Kepercayaan
Mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah wujud kerendahan hati dan bentuk membuka diri dalam pergaulan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah makhluk yang punya banyak kelemahan . Sering lupa dan berbuat salah sehingga membuat orang lain juga merasa kecewa. Maka dari itu mudahkanlah diri untuk meminta maaf ketika berbuat salah.



Pentingnya meminta maaf adalah kunci untuk menjaga kepercayaan . Inilah tausiyah KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym selengkapnya tentang hal tersebut yang dikutip dari laman daaruttahuid.org. Berikut paparannya: Tidak sedikit orang yang sudah berbuat salah tetapi tetap saja merasa benar. Malah banyak juga yang justru menyalahkan orang lain. Tidak sedikit orang yang keras kepala dan angkuh untuk mengakui kesalahannya apalagi untuk meminta maaf.

Orang yang demikian akan sulit berkembang dan mudah sekali kehilangan kepercayaan. Karena bagaimana mau berkembang jika sulit mengakui kekurangan diri. Juga selalu merasa sudah benar dan sudah hebat. Ia akan sulit memperbaiki yang kurang-kurang.



Bagaimana orang mau percaya jika meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya saja susah. Padahal mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah wujud kerendahan hati dan bentuk membuka diri dalam pergaulan. Sulit mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah wujud kesombongan.

Jika seseorang hatinya sudah dikotori dengan penyakit sombong maka ini adalah alarm berbahaya. Karena kesombongan akan melahirkan berbagai penyakit lainnya. Jika dibiarkan maka akan membuat seseorang tersesat semakin jauh.



Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا ۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا ﴿الإسراء : ۳۷

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. al-Isra’ : 37).

Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar biji zarah.” (HR. Muslim).



Kemudian latihlah diri kita agar mudah berterima kasih kepada orang lain yang sudah menjadi jalan kebaikan. Sekecil apa pun kebaikan itu, syukuri dan berterima kasihlah. Karena sesungguhnya kecil besar sebuah kebaikan itu hanyalah pada pandangan kita sebagai manusia. Makhluk yang segala penilaiannya semu. Sedangkan dalam penilaian Allah Ta’ala kebaikan sesederhana apa pun akan bernilai besar.

Jika Allah Ta’ala memiliki sifat as-Syakur yaitu Maha Mensyukuri kebaikan hamba-Nya, apalagi kita makhluk yang semestinya sangat patut untuk bersyukur dan berterima kasih. Ucapkan terima kasih pada orang lain yang selama ini sudah banyak membantu kita. Mengucapkan terima kasih tidak hanya kepada atasan yang sudah banyak membimbing kita. Namun juga kepada bawahan yang mana tanpa mereka tentulah kita akan sangat keteteran menyelesaikan berbagai macam urusan.



Rasa terima kasih juga akan lebih baik lagi jika tidak hanya diucapkan namun juga diungkapkan. Yaitu dengan cara membalas kebaikan mereka. Meskipun tentu saja mereka berbuat baik kepada kita tanpa berharap pamrih.

Membalas kebaikan dengan kebaikan akan menebarkan rasa kasih sayang di antara sesama manusia. Juga akan membiasakan diri kita untuk hanya fokus pada kebaikan orang lain terhadap kit, lalu mengesampingkan kekurangan-kekurangannya.

Tidak sedikit orang yang benar-benar terbawa dengan peribahasa ‘Karena nila setitik rusak susu sebelanga’, sekian banyak kebaikan orang lain terhijab oleh satu saja kekurangan. Padahal manusia memang tempatnya salah dan lupa.



Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang segera bertaubat kepada Allah Ta’ala.” (HR. Tirmidzi).

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1610 seconds (0.1#10.140)