Begini Pengaruh Mengingat Maut Dalam Memperbaiki Jiwa
loading...
A
A
A
Mengingat maut sungguh berpengaruh besar dalam memperbaiki jiwa , sebab jiwa lebih mengutamakan dunia dan kelezatannya, serta berhasrat untuk kekal selama-lamanya di dunia. Terkadang jiwa cenderung pada dosa dan maksiat , serta malas beramal.
Buku Ensiklopedia Kiamat karya Dr. Umar Sulaiman al Asygar memaparkan jika maut selalu berada dalam pikiran seorang hamba, ia akan menganggap kecil dunia dan membuatnya selalu berupaya memperbaiki diri.
Al-Baihaqi dalam Sya'b a-Iman, Ibn Hibban dalam Shahihnya, dan al-Bazzar dalam Musnadnya meriwayatkan dengan sanad hasan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni maut. Maut itu jika diingat dalam kesempitan hidup, ia akan melapangkannya, dan jika tidak diingat dalam keluasan hidup, ia akan menyempitkannya.” (Shahih al-Jami' ash-Shaghir, 1 h. 388, hadis no. 1222)
Ibn al-Mubarak dalam kitabnya az-Zuhd wa ar-Raqa'iq menyebutkan bahwa seorang saleh berkata, “Lupa mengingat maut walau sesaat sungguh membuat hatiku rusak.”
Ad-Daqqaq berkata, “Siapa yang sering ingat mati, akan dimuliakan karena tiga hal: segera dalam bertobat, hati yang kanaah, dan giat beribadah. Siapa yang melupakan maut, biasanya melakukan tiga hal: memperlambat tobat, meninggalkan rida Allah demi kecukupan dunia, dan malas beribadat.”
Imam Qurthubi berkata, “Ketahuilah bahwa ingat mati menimbulkan hasrat menjauhi dunia yang fana, dan setiap saat menghadapkan diri ke negeri akhirat yang baka.”
Diriwayatkan bahwa seorang wanita mengadu kepada Aisyah mengenai hatinya yang keras. Aisyah menjawab, “Perbanyaklah ingat mati, niscaya itu akan melunakkan hatimu.” Wanita itu melakukan saran Aisyah, dan akhirnya lunaklah hatinya.
Imam Qurthubi berkata, “Ulama mengatakan bahwa ingat mati dapat menjauhi maksiat, melunakkan hati yang keras, menghapus kebanggaan terhadap dunia, dan meringankan musibah”
Imam Ourthubi dalam kitabnya a-Adzkirah juga berkata, para ulama mengatakan bahwa tiada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada ziarah kubur, terlebih bagi hati yang keras.
Bagi yang berhati keras, obatnya ada tiga.
Pertama, mencabut hal-hal buruk yang menempel pada dirinya, dengan menghadiri majlis ilmu yang berisi nasihat, peringatan, kabar gembira, ancaman dan kisah orang-orang saleh, sebab itu semua dapat mclunakkan hati.
Kedua, ingat mati. Hendaknya banyak mengingat penghancur kelezatan, pemisah kelompok dan pembuat anak-anak jadi yatim.
Ketiga, menyaksikan orang yang sedang sekarat . Sebab, melihat orang mati beserta sekaratnya, serta membayangkan keadaan setelah kematian termasuk hal yang memutuskan kelezatan jiwa, mengusir kesenangan hati, membuat mata tidak tidur, membuat badan tidak berisirahat, memotivasi diri untuk beramal, dan menambah kesungguhan dan kerja keras dalam beramal.
Disebutkan dari Hasan al-Basri bahwa ia menjenguk orang sakit, lalu ia mendapatinya dalam keadaan sekarat. Beliau menyaksikan kesulitan sekarat dan betapa berat hal yang dihadapi orang itu. Beliau kembali ke keluarganya dengan wajah yang sungguh beibeda dengan saat beliau pergi.
Mereka berkata, “Makanlah, semoga Allah memberi rahmat padamu?”
Beliau menjawab, “Wahai keluargaku, waspadalah dengan makanan dan minuman kalian! Demi Allah, aku baru saja melihat kejadian mengerikan yang aku senantiasa beramal untuk menghadapinya sampai aku menemuinya.”
Abu Darda' berkata, “Orang yang banyak ingat mati, rasa gembira dan irinya mengecil.
Buku Ensiklopedia Kiamat karya Dr. Umar Sulaiman al Asygar memaparkan jika maut selalu berada dalam pikiran seorang hamba, ia akan menganggap kecil dunia dan membuatnya selalu berupaya memperbaiki diri.
Al-Baihaqi dalam Sya'b a-Iman, Ibn Hibban dalam Shahihnya, dan al-Bazzar dalam Musnadnya meriwayatkan dengan sanad hasan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni maut. Maut itu jika diingat dalam kesempitan hidup, ia akan melapangkannya, dan jika tidak diingat dalam keluasan hidup, ia akan menyempitkannya.” (Shahih al-Jami' ash-Shaghir, 1 h. 388, hadis no. 1222)
Ibn al-Mubarak dalam kitabnya az-Zuhd wa ar-Raqa'iq menyebutkan bahwa seorang saleh berkata, “Lupa mengingat maut walau sesaat sungguh membuat hatiku rusak.”
Ad-Daqqaq berkata, “Siapa yang sering ingat mati, akan dimuliakan karena tiga hal: segera dalam bertobat, hati yang kanaah, dan giat beribadah. Siapa yang melupakan maut, biasanya melakukan tiga hal: memperlambat tobat, meninggalkan rida Allah demi kecukupan dunia, dan malas beribadat.”
Imam Qurthubi berkata, “Ketahuilah bahwa ingat mati menimbulkan hasrat menjauhi dunia yang fana, dan setiap saat menghadapkan diri ke negeri akhirat yang baka.”
Diriwayatkan bahwa seorang wanita mengadu kepada Aisyah mengenai hatinya yang keras. Aisyah menjawab, “Perbanyaklah ingat mati, niscaya itu akan melunakkan hatimu.” Wanita itu melakukan saran Aisyah, dan akhirnya lunaklah hatinya.
Imam Qurthubi berkata, “Ulama mengatakan bahwa ingat mati dapat menjauhi maksiat, melunakkan hati yang keras, menghapus kebanggaan terhadap dunia, dan meringankan musibah”
Imam Ourthubi dalam kitabnya a-Adzkirah juga berkata, para ulama mengatakan bahwa tiada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada ziarah kubur, terlebih bagi hati yang keras.
Bagi yang berhati keras, obatnya ada tiga.
Pertama, mencabut hal-hal buruk yang menempel pada dirinya, dengan menghadiri majlis ilmu yang berisi nasihat, peringatan, kabar gembira, ancaman dan kisah orang-orang saleh, sebab itu semua dapat mclunakkan hati.
Kedua, ingat mati. Hendaknya banyak mengingat penghancur kelezatan, pemisah kelompok dan pembuat anak-anak jadi yatim.
Ketiga, menyaksikan orang yang sedang sekarat . Sebab, melihat orang mati beserta sekaratnya, serta membayangkan keadaan setelah kematian termasuk hal yang memutuskan kelezatan jiwa, mengusir kesenangan hati, membuat mata tidak tidur, membuat badan tidak berisirahat, memotivasi diri untuk beramal, dan menambah kesungguhan dan kerja keras dalam beramal.
Disebutkan dari Hasan al-Basri bahwa ia menjenguk orang sakit, lalu ia mendapatinya dalam keadaan sekarat. Beliau menyaksikan kesulitan sekarat dan betapa berat hal yang dihadapi orang itu. Beliau kembali ke keluarganya dengan wajah yang sungguh beibeda dengan saat beliau pergi.
Mereka berkata, “Makanlah, semoga Allah memberi rahmat padamu?”
Beliau menjawab, “Wahai keluargaku, waspadalah dengan makanan dan minuman kalian! Demi Allah, aku baru saja melihat kejadian mengerikan yang aku senantiasa beramal untuk menghadapinya sampai aku menemuinya.”
Abu Darda' berkata, “Orang yang banyak ingat mati, rasa gembira dan irinya mengecil.
(mhy)