Isra Miraj (7): Naik ke Sidratul Muntaha Bertemu Allah dan Mendapat Keringanan Sholat
loading...
A
A
A
Isra Miraj Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berakhir di Sidratul Muntaha. Dalam-perjalanan terakhir ini, Rasulullah diperlihatkan surga dan neraka. Beliau diangkat ke tempat paling tertinggi hingga bertemu Allah 'Azza wa Jalla.
Berikut lanjutan kisahnya disampaikan Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha sebagai tempat perhentian terakhir perjalanan agung beliau.
Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat.
Dari akar kaki Sidratul Muntaha mengalir sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama 70 tahun. Buahnya menyerupai kelapa, namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.
Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada Malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas.
Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: "Wahai Jibril, sungai-sungai apakah ini?" Jibril menjawab: "Kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai Nil dan Alfurat."
Rasulullah Minum dari Sungai Al-Kautsar
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabila. Dari mata air Salsabila ini mengalir dua sungai salah satunya yaitu Al-Kautsar. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyaksikan Sungai Al-Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud. Dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat.
Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم: "Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad dan sungai lainnya adalah sungai rahmat." Nabi صلى الله عليه وسلم mandi di dalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.
Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم melihat Jibril dengan 600 sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menelusuri Al-Kautsar hingga masuk ke dalam Surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah melihat pada pintunya tertulis:
الصدقة بعشر أمثالها و القرض بثمانية عشر
"Satu sedekah diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi utang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat".
Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: "Wahai Jibril, mengapa memberikan utang lebih utama daripada memberi sedekah?". Jibril berkata: "Karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan."
Ketika melanjutkan perjalanan, Nabi menyaksikan sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai itu terdapat kubah-kubah dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember besar.
Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan". Rasulullah menjawab: "Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi, dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar."
Diperlihatkan Neraka
Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم diperlihatkan keadaan neraka. Neraka adalah tempat kemurkaan Allah dan siksanya Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya maka akan dilahapnya. Rasulullah menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang sedang memakan bangkai. Rasulullah bertanya kepada Jibril: "Siapakah mereka wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka sedang memakan daging-daging manusia."
Nabi صلى الله عليه وسلم menyaksikan Malaikat penjaga neraka seperti lelaki bermuka garang yang kemurkaan dan dendam sangat terlihat di wajahnya. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya dan kemudian neraka dikunci kembali.
Bertemu Allah dan Berdialong dengan-Nya
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha, beliau diselimuti awan yang berwarna-warni. Itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Rasulullah kemudian diangkat ke tempat sangat tinggi hingga Nabi mendengar suara goretan Al-Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat seorang lelaki yang samar-samar di balik cahaya 'Arsy. Rasulallah bertanya: "Siapakah gerangan orang itu? apakah Malaikat?" Maka dijawab: "Bukan". Rasulullah bertanya kembali, "Apakah dia seorang Nabi?". Dijawab: "Bukan".
Berikut lanjutan kisahnya disampaikan Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha sebagai tempat perhentian terakhir perjalanan agung beliau.
Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat.
Dari akar kaki Sidratul Muntaha mengalir sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama 70 tahun. Buahnya menyerupai kelapa, namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.
Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada Malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas.
Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: "Wahai Jibril, sungai-sungai apakah ini?" Jibril menjawab: "Kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai Nil dan Alfurat."
Rasulullah Minum dari Sungai Al-Kautsar
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabila. Dari mata air Salsabila ini mengalir dua sungai salah satunya yaitu Al-Kautsar. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyaksikan Sungai Al-Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud. Dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat.
Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم: "Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad dan sungai lainnya adalah sungai rahmat." Nabi صلى الله عليه وسلم mandi di dalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.
Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم melihat Jibril dengan 600 sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menelusuri Al-Kautsar hingga masuk ke dalam Surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah melihat pada pintunya tertulis:
الصدقة بعشر أمثالها و القرض بثمانية عشر
"Satu sedekah diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi utang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat".
Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: "Wahai Jibril, mengapa memberikan utang lebih utama daripada memberi sedekah?". Jibril berkata: "Karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan."
Ketika melanjutkan perjalanan, Nabi menyaksikan sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai itu terdapat kubah-kubah dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember besar.
Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan". Rasulullah menjawab: "Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi, dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar."
Diperlihatkan Neraka
Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم diperlihatkan keadaan neraka. Neraka adalah tempat kemurkaan Allah dan siksanya Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya maka akan dilahapnya. Rasulullah menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang sedang memakan bangkai. Rasulullah bertanya kepada Jibril: "Siapakah mereka wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka sedang memakan daging-daging manusia."
Nabi صلى الله عليه وسلم menyaksikan Malaikat penjaga neraka seperti lelaki bermuka garang yang kemurkaan dan dendam sangat terlihat di wajahnya. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya dan kemudian neraka dikunci kembali.
Bertemu Allah dan Berdialong dengan-Nya
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم diangkat ke Sidratul Muntaha, beliau diselimuti awan yang berwarna-warni. Itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Rasulullah kemudian diangkat ke tempat sangat tinggi hingga Nabi mendengar suara goretan Al-Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat seorang lelaki yang samar-samar di balik cahaya 'Arsy. Rasulallah bertanya: "Siapakah gerangan orang itu? apakah Malaikat?" Maka dijawab: "Bukan". Rasulullah bertanya kembali, "Apakah dia seorang Nabi?". Dijawab: "Bukan".