Isra Miraj (8/Tamat): Perjalanan Pulang Rasulullah Sedih karena Abu Jahal Mendustakannya

Senin, 15 Maret 2021 - 10:40 WIB
loading...
Isra Miraj (8/Tamat): Perjalanan Pulang Rasulullah Sedih karena Abu Jahal Mendustakannya
Ketika Rasulullah SAW turun dari langit beliau kembali ke Baitul Maqdis Palestina menaiki Al-Buraq. Sesampainya di Kota Makkah, beliau sedih karena didustakan Abu Jahal dan diolok-olok kaumnya. Foto/Ilustrasi Buraq
A A A
Perjalanan agung Isra Miraj Rasulullah صلى الله عليه وسلم berakhir di Sidratul Muntaha hingga bertemu Allah 'Azza wa Jalla. Dalam perjalanan pulang, Rasulullah dibuat sedih karena Abu Jahal dan kaumya mendustakannya.

Sayyidina Abu Bakar-lah orang pertama yang membenarkan perjalanan Nabi Muhammad. Ketika Rasulullah turun dari langit beliau kembali ke Baitul Maqdis Palestina menaiki Buraqnya.



Pengasuh Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah, Al-Habib Ahmad Bin Novel Bin Salim Bin Jindan menceritakan, dalam perjalanan pulang Nabi صلى الله عليه وسلم melewati kafilah pedagang bangsa Quraisy di tempat tertentu. Di kafilah itu ada seekor unta yang membawa dua karung dagangan. Satu karung berwarna hitam dan satu karung lagi berwarna putih.

Pada saat Nabi berpapasan dengan mereka tiba-tiba unta itu menjadi liar ketakutan dan berlari berputar putar hingga akhirnya pingsan dan tersungkur.

Di perjalanan pulang Rasulullah juga melewati kafilah lainnya yang telah kehilangan seekor unta yang memikul dagangan Bani Fulan, maka Nabi mengucap salam untuk mereka, beberapa orang dari mereka berkata: "Ini adalah suara Muhammad." Hingga akhirnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiba di Kota Makkah sebelum Subuh.

Di pagi hari, Rasulullah صلى الله عليه وسلم duduk bersedih kerena menyadari bahwa orang-orang pasti akan mendustainya. Tiba-tiba Musuh Allah, Abu Jahal melewati Rasulullah dan mendatanginya dan kemudian duduk bersamanya. Maka berkatalah Abu Jahal kepada Nabi dengan nada menghina: "Apakah ada sesuatu, wahai Muhammad?".

Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: "Benar". Abu jahal berkata: "Apa itu?". Nabi menjawab: "Aku diperjalankan semalam". Abu jahal bertanya: "Ke mana?". Nabi menjawab, "Ke Baitul Maqdis". Maka Abu jahal berkata: "Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali lagi di tengah-tengah kami?". Nabi menjawab: "Betul."

Maka Abu Jahal berpura-pura mempercayainya. Kemudian Abu Jahal berkata: "Bagaimana pendapatmu apabila aku memanggil kaummu dan engkau kabarkan kepada mereka apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku?"

Nabi menjawab, "Boleh". Maka Abu Jahal memanggil kaumnya: "Wahai sekalian Bani Ka'ab bin Lu'ay kemarilah". Maka mereka berdatangan hingga mereka duduk kepada keduanya. Kemudian Abu Jahal berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. "Ceritakanlah kepada kaummu apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku."

Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, "Sesungguhnya aku telah diperjalankan semalam". Mereka bertanya, "Kemana?". Nabi menjawab, "Ke Baitul Maqdis". Lalu mereka kembali bertanya: "Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali di tengah-tengah kami?". Nabi menjawab, "Benar".

Mendengar yang demikian mereka bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepalanya karena terkagum-kagum, serta mengolok-olok Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم hingga mereka bergemuruh ramai mendengar kabar yang disampaikan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Berkatalah Al-Muth'im bin Adiy: "Setiap perkara dan kasus mengenaimu sebelum hari ini begitu mudah dan kecil, namun hari ini lain". Wahai Muhammad! Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah pembohong. Kami bersusah payah menuju Baitul Maqdis satu bulan perjalanan dan kembali dari Baitul Maqdis satu bulan perjalanan, lalu engkau mendatanginya dan kembali ke Makkah dalam satu malam? Demi latta dan uzza aku tidak mempercayaimu."

Abu Bakar Benarkan Rasulullah
Maka Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata: "Wahai Al- Muth'im alangkah buruknya perkataanmu kepada keponakanmu (Nabi Muhammad). Engkau menanggapinya dengan kebencian hingga engkau mendustainya. Aku bersaksi bahwasannya dia telah berkata jujur". Maka mereka berkata: "Wahai Muhammad! sifatkanlah kepada kami tentang Baitul Maqdis, bagaimana bangunannya, bagaimana keadaannya, dan bagaimana dekatnya dari gunung? Karena sesungguhnya banyak di sini saat ini yang telah mengunjunginya".

Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم mensifatkan kepada mereka. "Bangunannya begini, keadaannya seperti ini, dan dekatnya dari gunung seperti ini". Ketika Nabi sedang menjelaskan kepada mereka dengan sejelas jelasnya, tiba-tiba ada bagian dari Baitul Maqdis yang luput dari perhatian beliau saat Isra dan Mi'raj, maka Nabi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat besar.

Di saat itulah Allah menampakkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم Masjid Al-Aqsha hingga beliau menyaksikannya seakan diletakkan dekat rumah Aqil atau Uqal. Orang-orang ketika melihat Nabi kebingungan, mereka mendesaknya dengan berbagai pertanyaan. "Berapa pintu pada masjid tersebut?" Padahal Nabi صلى الله عليه وسلم datang ke Masjid Al-Aqsho bukan untuk menghitung pintunya. Namun, setelah Allah menampakkan masjid Al-Aqsha kepadanya, beliau menjawab pertanyaan mereka dengan lengkap dan tepat.

Abu Bakar tiada henti berkata: "Engkau benar, engkau benar, aku bersaksi bahwasannya engkau adalah utusan Allah." Maka orang-orang berkata, "Adapun gambarannya tentang Masjid Al-Aqsha itu, demi Allah semua itu benar".

Kemudian mereka berkata kepada Abu Bakar : "Apakah kamu mempercayainya bahwa dia telah berjalan semalam ke Baitul Maqdis dan kembali ke Makkah sebelum Subuh?". Abu Bakar menjawab: "Iya, sungguh aku mempercayai apa yang lebih hebat dari itu semua. Aku mempercayainya dengan segala kabar langit yang dia kabarkan setiap pagi maupun sore hari". Oleh sebab itulah Abu Bakar dijuluki Ash Shiddiq.

Nabi صلى الله عليه وسلم berkata: "Di perjalanan aku melalui Kafilah Bani fulan di daerah Rouha' dan mereka semua sedang mencari unta mereka yang hilang, maka aku berhenti dan menghapiri tempat peristirahatan mereka. Aku tidak menjumpai satupun dari mereka karena mereka sedang mencari unta yang hilang. Saat itu aku sempat meminum dari air mereka yang di letakkan di sana. Kemudian aku melewati kafilah Bani Fulan di tempat tertentu.

Di kafilah itu ada seekor unta yang membawa dua buah karung dagangan, satu karung berwarna hitam dan satu karung berwarna putih. Pada saat berpapasan dengan mereka tiba-tiba unta itu menjadi liar ketakutan dan berlari berputar putar hingga akhirnya pingsan dan tersungkur. Kemudian aku melewati kafilah Bani fulan di Tan’im. Kafilah itu dipimpin oleh unta yang berwarna abu-abu dengan pelana hitam dan dua tali kekang yang berwarna hitam, dan kafilah itu akan datang kepada kalian dari Bukit Tsaniyah dipimpin oleh unta tersebut.

Mereka berkata: "Kapan mereka datang?" Nabi menjawab: "Pada hari Rabu". Maka pada hari itu para pembesar Quraisy menunggu kafilah tersebut, hingga matahari hampir tenggelam pada hari itu dan kafilah tak kunjung datang.

Nabi صلى الله عليه وسلم berdoa agar dipanjangkan hari itu sesaat. Pada hari itu matahari ditahan, hingga datanglah kafilah tersebut. Saat itu orang-orang kafir Quraisy bertanya kepada rombongan kafilah, "Apakah unta kalian hilang?". Mereka berkata, "Benar". Mereka bertanya kepada kafilah yang lain: "Apakah unta berwarna merah milik kalian tersungkur hingga pingsan?".

Mereka berkata, "Iya". Mereka bertanya kembali: "Apakah kalian memiliki tempat air?". Maka seorang lelaki berkata: "Demi Allah aku telah meletakannya dan tidak seorangpun dari kami meminumnya dan tidak juga tumpah ke tanah." Kemudian mereka semua menuduh Nabi صلى الله عليه وسلم sebagai seorang penyihir.

Maka Allah menurunkan wahyu-Nya:

و ما جعلنا الرؤيا التي أريناك إلا فتنة للناس

"Dan tidak kami jadikan penampakan yang kami perlihatkan kepadamu kecuali ujian bagi manusia."

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Isra: 1)

Sungguh agung engkau wahai Muhammad yang telah dimuliakan Allah dengan anugerah dan karunia agung ini. Martabat yang semua ciptaan Allah telah putus asa untuk meraihnya, martabat yang tidak ada lagi diatasnya martabat. Tidak seorangpun mengetahui apa yang telah engkau ketahui di malam indah itu. Bahkan Allah pun merahasiakan dari seluruh makhluknya apa yang telah Allah wahyukan dan anugrahkan untukmu.

فأوحى إلى عبده ما أوحى ما كذب الفؤاد ما رأى

"Maka Allah mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyukan. Hati (Muhammad) tidak mendustai apa yang (Muhammad) lihat."

Duhai Rasulullah..! Apa yang Allah wahyukan kepadamu saat itu? Apa yang engkau lihat saat itu hingga hati meyakininya dan tidak mendustainya? Allah merahasiakannya dari seluruh makhluk-Nya. Rahasia yang hanya diketahui oleh dua kekasih. Dari seluruh ciptaan Allah yang sangat banyak, hanya engkau yang terpilih untuk martabat agung ini.

Sholawat serta salam untukmu wahai sebaik-baiknya makhluk.
Sholawat serta salam untukmu wahai imam para Nabi dan Rasul.
Sholawat serta salam untukmu wahai pemilik sandal yang telah memijak Sidratul Muntaha.
Hijab-hijab agung berbangga ketika mencium telapak kakimu.
Kepala alam semesta menjadi mulia ketika berada di bawah telapak kakimu.

Demikian kisah perjalanan agung Isra Miraj Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sebenarnya masih banyak hikmah yang dapat digali dari perjalanan agung itu. Allah telah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan bagaimana DIA memuliakan Nabi Muhammad dengan nikmat yang luar biasa. Semoga kita termasuk umat yang mencintai Nabi dan dicintai Nabi dan kelak mendapat syafaat dari beliau. Aamiin Yaa Rabb.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1803 seconds (0.1#10.140)