Alqomah, Anak Durhaka yang Akan Dibakar Nabi Itu Hanya Kisah Bohong?
loading...
A
A
A
Alqomah adalah seorang ahli ibadah. Tatkala dia dalam sakaratul maut , lidahnya tidak dapat mengucapkan kalimat La Ilaha illallah. Rasulullah SAW pun mendatanginya seraya bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah ibunya masih hidup?”
Jawab mereka, “Masih.”
Sang ibu pun dihadirkan, lantas menjelaskan bahwa dirinya telah mengutuk si anak (Al-Qomah) disebabkan dia lebih mengutamakan istrinya daripada dirinya.
Nabi SAW meminta kepada sang ibu untuk mencabut kutukannya. Namun dia tidak bersedia, lantaran sudah kadung sakit hati.
Akhirnya Nabi SAW pun menyuruh para sahabatnya agar mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Al-Qamah, supaya lekas mati.
Bagaimanapun juga, sebagai seorang ibu, dia tak tega putranya mengalami nasib seperti itu, lalu mencabut kutukannya.
Sedetik kemudian Al-Qamah mampu mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Lalu wafatlah dia.”
Kisah ini sangat masyhur dan laris, dipasarkan oleh para khatib di mimbar-mimbar, dan masyhur disampaikan di sekolah-sekolah terutama dalam buku-buku kurikulum atau dalam acara yang biasa disebut sebagai “Hari Ibu” yaitu pada tanggal 22 Desember.
Takhrij Kisah
Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at (3/37). Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir (3/461), Al-Khara’iti dalam Masawi’ Al-Ahlaq 120, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6/197 dari jalan Faid Abu Warqa’ dari Abdullah bin Abi Aufa.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul "Waspada Terhadap Kisah-Kisah Tak Nyata" berpendapat derajat kisah ini adalah maudhu' alias bohong.
Letak kecacatan kisah ini karena pada sandarnya terdapat rawi yang bernama Faid Abu Warqa’. Oleh karenanya, Al-Haitsami berkata “Hadis riwayat Ath-Thabrani dan Ahmad secara ringkas sekali, tetapi dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Faid Abu Warqa’, dia seorang yang matruk (ditinggalkan).”
Imam Ahmad juga berkata, “Matruk.”
Ibnu Ma’in berkata, “Lemah dan tidak dipercaya.”
Abu Hatim berkata: “Hadis-hadisnya dari Abdullah bin Abi Aufa adalah batil. Seandainya ada orang yang bersumpah bahwa seluruh hadisnya (Faid bin Abu Warqa’) palsu, tidaklah dia disebut seorang pengecut.”
Imam Bukhari berkata, “Munkarul Hadits.”
Al-Hakim berkata, “Dia meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa hadis-hadis maudhu’
Komentar Ulama
1. Ibnul Jauzi juga berkata: “Hadis ini tidak shahih dari Rasulullah SAW.” (Al-Maudhu‘at (3/87)
2. Imam Adz-Dzahabi dalam Mizanul I’tidal menyebutkan kisah ini secara ringkas dan berkata: “Termasuk musibah Dawud bin Ibrahim adalah perkataannya: “Menceritakan kami Ja’far bin Sulaiman, menceritakan kami Faid dari Ibnu Abi Aufa.” kemudian beliau (Adz-Dzahabi) menyebutkan kisah ini lalu berkata, “Faid adalah seorang yang hancur.”
3. Al-Hafizh Ibnu Hajar juga mengatakan hal serupa dalam Lisanul Mizan.
4. Al-Hafizh Al-Haitsami berkata dalam kitabnya Majma’uz Zawaid, “Hadis riwayat Ath-Thabrani dan Ahmad secara ringkas sekali, tetapi dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Faid Abu Warqa’, dia seorang yang matruk.”
Kisah ini juga dilemahkan oleh para ulama lainnya seperti al Uqaili, al-Baihaqi, al-Mundziri, adz-Dzahabi, Ibnu Arraq, asy-Syaukani dan sebagainya.
Kesimpulanya, hadis ini adalah maudhu’, tidak shahih.
Siapakah Alqomah Sebenarnya? Nama Alqomah dalam kisah ini tidak jelas dan tersembunyi. Nampaknya, nama Alqomah hanyalah dibuat-buat oleh para pemalsu hadis. Sebab, sahabat Nabi yang bernama Al-Qamah sangat jauh dari kisah batil ini.
Hal tersebut sangat jelas bagi mereka yang membaca sejarah sahabat yang bernama Al-Qamah seperti dalam kitab Al-Ishobah (4/262) no. 5654-5474 oleh Ibnu Hajar dan Usdul Ghabah (4/81) oleh Ibnu Atsir.
Oleh karena itu, ujar Abu Ubaidah, dalam kisah ini kita tidak mendapati secara jelas namanya, baik ayah, kakek, nama kabilah, kunyahnya dan lain sebagainya.
Jawab mereka, “Masih.”
Sang ibu pun dihadirkan, lantas menjelaskan bahwa dirinya telah mengutuk si anak (Al-Qomah) disebabkan dia lebih mengutamakan istrinya daripada dirinya.
Nabi SAW meminta kepada sang ibu untuk mencabut kutukannya. Namun dia tidak bersedia, lantaran sudah kadung sakit hati.
Akhirnya Nabi SAW pun menyuruh para sahabatnya agar mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Al-Qamah, supaya lekas mati.
Bagaimanapun juga, sebagai seorang ibu, dia tak tega putranya mengalami nasib seperti itu, lalu mencabut kutukannya.
Sedetik kemudian Al-Qamah mampu mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Lalu wafatlah dia.”
Kisah ini sangat masyhur dan laris, dipasarkan oleh para khatib di mimbar-mimbar, dan masyhur disampaikan di sekolah-sekolah terutama dalam buku-buku kurikulum atau dalam acara yang biasa disebut sebagai “Hari Ibu” yaitu pada tanggal 22 Desember.
Takhrij Kisah
Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at (3/37). Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir (3/461), Al-Khara’iti dalam Masawi’ Al-Ahlaq 120, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6/197 dari jalan Faid Abu Warqa’ dari Abdullah bin Abi Aufa.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya berjudul "Waspada Terhadap Kisah-Kisah Tak Nyata" berpendapat derajat kisah ini adalah maudhu' alias bohong.
Letak kecacatan kisah ini karena pada sandarnya terdapat rawi yang bernama Faid Abu Warqa’. Oleh karenanya, Al-Haitsami berkata “Hadis riwayat Ath-Thabrani dan Ahmad secara ringkas sekali, tetapi dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Faid Abu Warqa’, dia seorang yang matruk (ditinggalkan).”
Imam Ahmad juga berkata, “Matruk.”
Ibnu Ma’in berkata, “Lemah dan tidak dipercaya.”
Abu Hatim berkata: “Hadis-hadisnya dari Abdullah bin Abi Aufa adalah batil. Seandainya ada orang yang bersumpah bahwa seluruh hadisnya (Faid bin Abu Warqa’) palsu, tidaklah dia disebut seorang pengecut.”
Imam Bukhari berkata, “Munkarul Hadits.”
Al-Hakim berkata, “Dia meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa hadis-hadis maudhu’
Komentar Ulama
1. Ibnul Jauzi juga berkata: “Hadis ini tidak shahih dari Rasulullah SAW.” (Al-Maudhu‘at (3/87)
2. Imam Adz-Dzahabi dalam Mizanul I’tidal menyebutkan kisah ini secara ringkas dan berkata: “Termasuk musibah Dawud bin Ibrahim adalah perkataannya: “Menceritakan kami Ja’far bin Sulaiman, menceritakan kami Faid dari Ibnu Abi Aufa.” kemudian beliau (Adz-Dzahabi) menyebutkan kisah ini lalu berkata, “Faid adalah seorang yang hancur.”
3. Al-Hafizh Ibnu Hajar juga mengatakan hal serupa dalam Lisanul Mizan.
4. Al-Hafizh Al-Haitsami berkata dalam kitabnya Majma’uz Zawaid, “Hadis riwayat Ath-Thabrani dan Ahmad secara ringkas sekali, tetapi dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Faid Abu Warqa’, dia seorang yang matruk.”
Kisah ini juga dilemahkan oleh para ulama lainnya seperti al Uqaili, al-Baihaqi, al-Mundziri, adz-Dzahabi, Ibnu Arraq, asy-Syaukani dan sebagainya.
Kesimpulanya, hadis ini adalah maudhu’, tidak shahih.
Siapakah Alqomah Sebenarnya? Nama Alqomah dalam kisah ini tidak jelas dan tersembunyi. Nampaknya, nama Alqomah hanyalah dibuat-buat oleh para pemalsu hadis. Sebab, sahabat Nabi yang bernama Al-Qamah sangat jauh dari kisah batil ini.
Hal tersebut sangat jelas bagi mereka yang membaca sejarah sahabat yang bernama Al-Qamah seperti dalam kitab Al-Ishobah (4/262) no. 5654-5474 oleh Ibnu Hajar dan Usdul Ghabah (4/81) oleh Ibnu Atsir.
Oleh karena itu, ujar Abu Ubaidah, dalam kisah ini kita tidak mendapati secara jelas namanya, baik ayah, kakek, nama kabilah, kunyahnya dan lain sebagainya.
(mhy)