Bukan di Bumi, Malaikat Izrail Mencabut Nyawa Nabi Idris di Langit Keempat
loading...
A
A
A
Lalu malaikat maut pun memeriksa sisa usia Nabi Idris, kemudian ia berkata, “Anda bertanya kepadaku tentang seseorang yang usianya hanya tersisa sedikit sekali.”
Lalu malaikat itu menoleh ke sayapnya di mana Nabi Idris berada saat itu, namun ternyata Nabi Idris telah dicabut nyawanya tanpa terasa olehnya.
Ibnu Katsir mengatakan ini adalah salah satu riwayat israiliyat (palsu), dan di dalamnya juga terdapat kalimat yang tidak dikenali pada riwayat lain.
Ibnu Abi Najih juga meriwayatkan, dari Mujahid, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” 1a berkata, "Ketika diangkat ke atas langit Nabi Idris tidak dalam keadaan meninggal dunia, sebagaimana ketika diangkatnya Nabi Isa Alaihissalam?”
Apabila maksud dari riwayat ini bahwa Nabi Idris belum meninggal dunia sampai sekarang, maka tentu hal itu harus diperdebatkan. Namun jika maksudnya adalah ia diangkat ke atas langit selagi masih hidup kemudian nyawanya dicabut di sana, maka hal itu sama seperti riwayat dari Kaab Al Ahbar sebelumnya. Wallahu a'lam.
Al Aufi juga meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” ia berkata,” Nabi Idris diangkat ke langit keenam, lalu ia meninggal dunia di sana.”
Riwayat ini juga disebutkan oleh Adh Dhahhak. Namun hadits Muttafaq Alaih (yakni hadits yang disebutkan oleh Bukhari dan Muslim) yang menyatakan bahwa ia berada di langit keempat adalah riwayat yang paling benar. Dan riwayat ini juga menjadi pilihan Mujahid dan sejumlah ulama lainnya.
Hasan Basri mengatakan, ”Yang dimaksud dengan kata tinggi pada firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” adalah surga.
Beberapa ulama Ahli Kitab menyatakan bahwa diangkatnya Nabi Idris ke atas langit adalah ketika ayahnya, Yared bin Mahlaeel masih hidup. Wallahu a'lam.
Menurut Ibnu Katsir, sebagian mereka menduga bahwa Idris itu hidup di zaman Bani Israil, bukan sebelum Nabi Nuh.
Nama Lain dari Nabi Ilyas?
Imam Al Bukhari mengatakan,”Beberapa ulama menyebutkan riwayat dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas RA yang menyimpulkan, bahwa Ilyas itu adalah Idris dan Idris adalah Ilyas.
Lalu mereka memperkuat pendapat itu dengan hadis Isra Mi'raj yang diriwayatkan oleh Az Zuhri, dari Anas, Ketika Nabi SAW bertemu dengan Nabi Idris, ia berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Sapaan ini berbeda dengan sapaan Adam dan Ibrahim yang mengatakan, “Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.”
Apabila seandainya Idris termasuk dalam silsilah nasab Rasulullah maka ia akan menyapa dengan sapaan yang sama dengan Adam dan Ibrahim.
Akan tetapi, tentu itu tidak harus dan tidak mesti demikian, sebab bisa jadi perawinya yang tidak menghafal kata-kata tersebut dengan baik, atau bisa jadi Idris mengucapkan sapaan itu karena rasa hormat dan tawadhuknya terhadap Rasulullah hingga ia tidak menyebutkan posisi kebapakannya sebagaimana disebutkan oleh bapak manusia Adam dan Ibrahim yang tidak lain adalah khalilurrahman (kesayangan Allah) dan salah satu ulul ajmi yang paling agung setelah Rasulullah.
Lalu malaikat itu menoleh ke sayapnya di mana Nabi Idris berada saat itu, namun ternyata Nabi Idris telah dicabut nyawanya tanpa terasa olehnya.
Ibnu Katsir mengatakan ini adalah salah satu riwayat israiliyat (palsu), dan di dalamnya juga terdapat kalimat yang tidak dikenali pada riwayat lain.
Ibnu Abi Najih juga meriwayatkan, dari Mujahid, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” 1a berkata, "Ketika diangkat ke atas langit Nabi Idris tidak dalam keadaan meninggal dunia, sebagaimana ketika diangkatnya Nabi Isa Alaihissalam?”
Apabila maksud dari riwayat ini bahwa Nabi Idris belum meninggal dunia sampai sekarang, maka tentu hal itu harus diperdebatkan. Namun jika maksudnya adalah ia diangkat ke atas langit selagi masih hidup kemudian nyawanya dicabut di sana, maka hal itu sama seperti riwayat dari Kaab Al Ahbar sebelumnya. Wallahu a'lam.
Al Aufi juga meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” ia berkata,” Nabi Idris diangkat ke langit keenam, lalu ia meninggal dunia di sana.”
Riwayat ini juga disebutkan oleh Adh Dhahhak. Namun hadits Muttafaq Alaih (yakni hadits yang disebutkan oleh Bukhari dan Muslim) yang menyatakan bahwa ia berada di langit keempat adalah riwayat yang paling benar. Dan riwayat ini juga menjadi pilihan Mujahid dan sejumlah ulama lainnya.
Hasan Basri mengatakan, ”Yang dimaksud dengan kata tinggi pada firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” adalah surga.
Beberapa ulama Ahli Kitab menyatakan bahwa diangkatnya Nabi Idris ke atas langit adalah ketika ayahnya, Yared bin Mahlaeel masih hidup. Wallahu a'lam.
Menurut Ibnu Katsir, sebagian mereka menduga bahwa Idris itu hidup di zaman Bani Israil, bukan sebelum Nabi Nuh.
Nama Lain dari Nabi Ilyas?
Imam Al Bukhari mengatakan,”Beberapa ulama menyebutkan riwayat dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas RA yang menyimpulkan, bahwa Ilyas itu adalah Idris dan Idris adalah Ilyas.
Lalu mereka memperkuat pendapat itu dengan hadis Isra Mi'raj yang diriwayatkan oleh Az Zuhri, dari Anas, Ketika Nabi SAW bertemu dengan Nabi Idris, ia berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Sapaan ini berbeda dengan sapaan Adam dan Ibrahim yang mengatakan, “Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.”
Apabila seandainya Idris termasuk dalam silsilah nasab Rasulullah maka ia akan menyapa dengan sapaan yang sama dengan Adam dan Ibrahim.
Akan tetapi, tentu itu tidak harus dan tidak mesti demikian, sebab bisa jadi perawinya yang tidak menghafal kata-kata tersebut dengan baik, atau bisa jadi Idris mengucapkan sapaan itu karena rasa hormat dan tawadhuknya terhadap Rasulullah hingga ia tidak menyebutkan posisi kebapakannya sebagaimana disebutkan oleh bapak manusia Adam dan Ibrahim yang tidak lain adalah khalilurrahman (kesayangan Allah) dan salah satu ulul ajmi yang paling agung setelah Rasulullah.
(mhy)