Misi Besar Israel Kuasai Palestina untuk Sambut Kedatangan Dajjal

Kamis, 20 Mei 2021 - 10:26 WIB
loading...
Misi Besar Israel Kuasai...
Cita-cita terbesar Israel setelah menduduki Palestina adalah menyambut kedatangan Dajjal, yang meraka anggap sebagai Mesiah sejati. Foto/Ist
A A A
Perang terbuka Palestina-Israel yang terjadi hingga hari ini tidak lepas dari risalah Nubuwwah (kenabian). Keadaan akhir zaman telah disebutkan Nabi Muhammad shallalallahu 'alaihi wasallam 15 abad lalu bahwa umat Muslim akan berperang melawan Yahudi yang kelak dipimpin oleh Dajjal si Mesiah Palsu.

Inilah cita-cita terbesar Israel ingin menguasai Palestina semata-mata untuk menyambut kedatangan Dajjal. Mereka mendirikan negara "Israel Raya" untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Daud yang merupakan masa keemasan Bani Israel di masa lampau. Upaya pertama yang mereka lakukan adalah menduduki Al-Aqsha (Baitul Maqdis) dan menyingkirkian Palestina.



Fakta hari ini berapa banyak perusahaan di dunia dikuasai oleh Yahudi. Teknologi komunikasi, bisnis senjata, penciptaan mata uang elektronik, penundukan negara-negara Arab dan penguasaan sektor-sektor ekonomi. Yahudi menciptakan tatanan dunia baru untuk menyambut Dajjal, Messiah sejati bagi Yahudi.

Itulah sebabnya konflik Palestina-Israel sulit didamaikan. Israel punya misi besar hingga akhir zaman. Kondisi saat ini, Israel dengan sombongnya menunjukkan powernya mengagresi warga Palestina dan ingin menguasi Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha).

Sejak masa lampau kaum Yahudi memang dikenal sebagai umat pembangkang yang suka berbuat kerusakan. Belakangan tindakan semena-mena mereka mengevakuasi paksa warga Palestina dari rumah-rumah dan perkampungan mereka di Sheikh Jarrah, menyusul kekerasan kepada warga Palestina yang sedang beribadah. Bahkan tentara dan polisi Israel merusak Masjid Al-Aqsha dan memasukinya tanpa membuka alas kaki.

Menurut Pakar ilmu liguistik Arab, Ustaz DR Miftah el-Banjary, istilah Bani Israel, Ibrani, Yahudi, Israel, maupun Zionis, adalah istilah yang berbeda, namun essensinya hampir sama. Karakter dan tabiat mereka suka berbuat kerusakan di muka bumi, licik, culas, jahat, suka mengusir penduduk lain, penjajah dan perusak kemakmuran bangsa lain. Hal ini telah diabadikan di dalam Al-Qur'an dan akan tetap relevan sepanjang zaman.

Sejak masa Nabi Musa (kisaran 1700 SM), Nabi Dawud dan Sulaiman, hingga berdirinya Israel Raya di Tahun 1948 oleh kelompok Zionis, menjadikan sejarah Yahudi selalu dipenuhi oleh sejarah kelam, genosida, pembantaian dan peperangan tanpa henti.

"Mimpi membangun kembali Haikal Sulaiman yang mereka yakini sebagai arah baru kebangkitan kejayaan bangsa Yahudi menjadi ambisi Yahudi Zionis yang ingin kembali merebut tanah negeri Palestina dan mengusir penduduk bangsa Arab," terang Dai lulusan Mesir itu.

Haikal Sulaiman mereka yakini berdiri di atas Masjid Al-Aqsha itulah yang sampai detik ini membuat mereka tetap bersemangat menggali terowongan di bawah masjid yang pernah menjadi kiblat kaum muslimin.
Misi Besar Israel Kuasai Palestina untuk Sambut Kedatangan Dajjal

Sejarah Panjang Bani Israel
Sejarah panjang bangsa Israel dimulai dalam kurun waktu 4.000 tahun lalu. Hal ini disebut Nurhidayat dalam tesisnya "Kisah Nabi Isa dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Sejarah)" Program Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar 2017.

Sejarah Yahudi menggambarkan bangsa yang mengklaim akidah mereka sebagai akidah paling benar dan termulia. Atas dasar ini mereka mencela dan menyerang dengan terang-terangan bangsa lain sekaligus meremehkan kesucian agama lain.

Bani Israil adalah sebutan untuk keturunan Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub memiliki 12 putra yaitu, Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda (Yahuda), Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benyamin. Keturunan mereka kemudian menjadi 12 suku dalam Bani Israil. Keturunan Yusuf dibagi menjadi dua yaitu Suku Manasye yang merupakan keturunan putra sulung Yusuf dan suku Efraim yang merupakan keturunan putra kedua Yusuf. Istilah bahasa Indonesia "Yahudi" berasal dan merujuk pada putra Nabi Ya'kub bernama Yehuda.

Mereka tinggal menetap di sana selama 400 tahun, hingga kelahiran Nabi Musa 'alaihissalam menyelamatkan Bani Israil keluar dari Mesir seperti yang dikisahkan dalam Kitab Keluaran (Exodus).

Setelah Nabi Musa, bangsa Israel kembali berjaya tatkala dipimpin oleh Raja Talut (Kristen menyebutnya Saul) 1042-1012 SM; Nabi Daud (Kristen menyebutnya David) 1012-972 SM; dan Nabi Sulaiman (Kristen menyebutnya Solomon) 972-932 SM. Ketiga raja itu adalah tokoh sentral kerajaan Bani Israil. Untuk mengetahui kisahnya lihat QS Al-Baqarah Ayat 246-51, dan QS An-Nahl Ayat 15-44.

Nabi Daud berjasa dalam meletakkan agama sebagai dasar negara seperti yang telah dirintis oleh syariat Nabi Musa. Sedangkan Nabi Sulaiman menyempurnakan cita-cita ayahnya mendirikan masjid untuk Bangsa Israil di Baitul Maqdis, walaupun telah direncanakan pada masa Daud. Di dalamnya tersimpan 10 Amar Allah.

Sulaiman bin Daud adalah seorang Nabi sekaligus raja bagi Bangsa Israel. Beliau diganti oleh putranya Rabeam, yang melanjutkan tahta kekuasaan ayahnya selama masa fatrah (masa di antara dua orang Nabi) yang menurut para penutur cerita berkisar kurang lebih 17 tahun.

Setelah Rabeam wafat, bangsa Israel terpecah hingga mendekati kemusnahan akibat kekuatan intern dan faktor eksterm berupa penyerangan Romawi ke tanah Palestina dan daerah sekitarnya. Di antara faktor intrern adalah menjamurnya kerajaan-kerajaan kecil di kalangan Bani Israil pada masa yang bersamaan setelah mereka terpecah-pecah menjadi golongan dan suku-suku kecil.

Pada masa kelahiran Nabi Isa 'alahissalam, Romawi menguasai Israel dan tunduk di bawah kekuasaan Raja Herodes dan yang menjadi hakimnya pada masa itu adalah Pilatus al-Nabthi. Kondisi politik, sosial maupun intelektual jauh berbeda dengan kondisi pada masa Nabi Sulaiman. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh Romawi ke jantung Kota Palestina dan memberi pengaruh terhadap kehidupan bangsa Israel.

Di masa ini mereka dipaksa mengikuti hukum Romawi dengan menarik upeti dan menindas mereka di bawah kesewenangan seorang hakim. Kekacauan terjadi dimana-mana. Pada masa kegelapan inilah Nabi Isa 'alaihissalam diutus sebagai juru selamat, seorang Rasul utusan Allah Ta'ala untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kebodohan mental dan kezaliman.

Namun, bangsa Isarel bukannya menerima ajakan suci Nabi Isa. Mereka malah membangkang, durhaka dan ingin membunuh Nabi Isa. Bani Israel juga sering mengikat perjanjian dengan Tuhan, namun setiap kali berikrar mereka selalu berkhianat.

Berikut firman Allah dalam Al-Qur'an:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (QS Al-Maidah Ayat 78)
Misi Besar Israel Kuasai Palestina untuk Sambut Kedatangan Dajjal

Hubungan Yahudi dengan Dajjal
Merujuk konsep teologi Yahudi, bahwa Yahudi arus utama tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan atau seorang perantara Tuhan, ataupun bagian dari Trinitas. Mereka berkeyakinan bahwa Isa bukanlah Mesias, dengan alasan bahwa Isa tidak memenuhi nubuwat Mesianik yang tertulis di dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan juga tidak memenuhi kualifikasi personal Mesias. Namun ada sejumlah orang Yahudi yang menerima dan mereka disebut "Messianic Jews" (orang Yahudi Mesianik).

Bagi Yahudi, Nabi Isa bukanlah Mesias sejati. Al-Masih yang mereka tunggu bukanlah kedatangan Isa Al-Masih sebagaimana keyakinan Islam dan Kristen. Mereka menunggu Messiah yang lain.

Dalam Buku "The Diary of Dajjal" karya Noriagaa dan Archenarh disebutkan, kemunculan Dajjal dari dulu sudah ditunggu-tunggu kaum Yahudi. Dajjal (Al-Masih palsu) ini akan mendirikan negara Yahudi dan menjadikan umat Yahudi kembali berjaya.

(Bersambung)!

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2784 seconds (0.1#10.140)