Rasa Lapar dan Keutamaannya Menurut Imam Al-Ghazali

Selasa, 25 Mei 2021 - 14:33 WIB
loading...
Rasa Lapar dan Keutamaannya Menurut Imam Al-Ghazali
Kelaparan yang diikuti dengan kesabaran dan kesadaran atas dosa-dosa akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Lapar, dapat menjernihkan hati dan pikiran. Foto ilustrasi/freepik
A A A
Setelah melaksanakan puasa Ramadhan dan puasa sunnah Syawal, banyak hikmah tentang puasa dan pentingnya menahan syahwat perut ini. Salah satunya, tentang kelaparan dan kekenyangan . Dalam sebuah hadis Rasulullah bahkan menjelaskan tentang keutamaan lapar dan kecaman terhadap kekenyangan soal makanan ini.



Dari Ibnu Umar, dia berkata, “Seorang lelaki bersendawa di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah Shallalau alaihi wa sallam bersabda: “Tahanlah sendawamu itu di hadapan kami, sesungguhnya orang yang paling lapar di antara kalian pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak kenyang ketika di dunia.” (HR. Ibnu Majah)

Imam Al-Ghazali dalam 'Ihya Ulumuddin' menjelaskan imbauan tidak makan terlalu kenyang dalam banyak sabda Nabi, merupakan sebab sumber segala bencana terletak pada syahwat perut dan dari sanalah lalu timbul syahwat kemaluan . Dari syahwat inilah seseorang berusaha mati-matian mencari harta benda dunia dan merasa takut jika harus kehilangan dan tidak mencapainya.



Tentang keutamaan lapar, menurut Imam Ghazali, Rasulullah tetap memberi batasan-batasan yang harus kita ketahui agar tidak menganiaya diri sendiri. Untuk mengetahui batasan itu, maka kita harus mengetahui bahwasanya lapar itu ada yang terpuji dan ada yang tercela.

Ia menyebutkan, kelaparan yang diikuti dengan kesabaran dan kesadaran atas dosa-dosa. Itu akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Lapar, dapat menjernihkan hati dan pikiran. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjadikan perutnya lapar, maka pikiran dan hatinya menjadi tajam."



Tiada yang dapat menundukkan nafsu melebihi rasa lapar. Nabi bersabda, "Aku ingin sehari lapar, dan sehari kenyang. Bila aku lapar, aku menjadi sabar dan tawadhu, dan bila kenyang aku bersyukur."

Rasa lapar yang terpuji itu, papar Imam Al Ghazali, jika tidak sampai membuat lalai seorang hamba dari mengingat Allah Ta’ala, namun dengan rasa lapar tersebut bisa membantunya untuk menahan syahwat dan kerakusan pada dunia.



Jika sampai melampaui batas dalam menahan rasa lapar maka ia termasuk dalam katagori kelalaian, inilah rasa lapar yang tercela. Kecuali bagi orang-orang yang memiliki nafsu syahwat berlebih maka ia harus mengimbangi dengan rasa lapar untuk mengalahkan nafsunya. Jika ia dalam katagori yang dimaksud, maka sebaik-baiknya perkara adalah yang pertengahan.

Lawan Hawa nafsu

Imam Ghazali sendiri menyebut rasa lapar merupakan nafsu. Bagi orang-orang yang mempunyai hawa nafsu berlebih semacam ini, maka ada dua perkara yang harus diperhatikan dalam mengaturnya, yaitu:

1. Manakala ia diundang makan bersama, dimana sebisa mungkin ia bersikap bijak dan menjauhi hal-hal yang mengakibatkan dirinya jatuh dalam godaan.



2. Menjaga diri jangan sampai merasa ujub dan ingin dikenal sebagai orang yang sedikit makannya dan yang memelihara diri. Karena ini artinya, ia telah meninggalkan kebiasaan buruh yang bernilai ringan, akan tetapi melakukan keburukan yang lebih besar yaitu mencari nama dan popularitas.

Imam Ghazali mengutip Abu Sulaiman, dalam nasihat bijaknya, “Apabila timbul selera makanmu, padahal engkau sedang berusaha untuk meninggalkannya, maka ambillah sedikit saja dari makanan yang ada. Jangan terlalu perturutkan keinginan nafsumu supaya engkau tidak dikendalikan olehnya. ENgkau akan berhasil menekan selera makanmu jika engkau tidak memperturutkan keinginannya. Dengan demikian, engkau telah melawan dan berhasil menentangnya.”



Wallahu A'lam.
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2338 seconds (0.1#10.140)