Dahsyatnya Al-Qur'an: Satu-satunya Kalam yang Bersifat Abadi (3/Tamat)
loading...
A
A
A
Muhammad Ma'ruf Assyahid
Jurnalis-Sufi,
Alumnus Ponpes Baitul Mustaqim Lampung Tengah,
Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah
Menurut Maulana Khalid, kalam (ucapan, firman) tidak pernah berubah dan murni. Ia tidak ada dalam huruf atau suara. Tidak dapat dikategorikan atau diklasifikasikan sebagai perintah, larangan, narasi atau bahasa Arab, Persia, Ibrani, Turki atau Suryani.
Itu tidak mengambil bentuk seperti itu. Ia tidak bisa ditulis. Tidak memerlukan media seperti kecerdasan, telinga atau lidah. Meski begitu bisa dipahami melaluinya sebagai makhluk yang berbeda dari semua makhluk lainnya yang kita ketahui; bisa dikatakan dengan bahasa apa pun.
Jadi, jika dinyatakan dalam bahasa Arab itu disebut Al-Qur'an. Jika dinyatakan dalam bahasa Ibrani itu adalah Taurat. Jika dinyatakan dalam bahasa Suryani itu adalah injil. Ada tertulis dalam buku yang berjudul Sharh al-maqasid bahwa jika dinyatakan dalam bahasa Yunani itu adalah Injil dan jika dinyatakan dalam bahasa Suryani adalah Zabur.
Soal bahasa tanpa kata itu saya teringat kisah fantastis seorang neurolog terkenal dunia, Dr Eben Alexander III yang terkontaminasi bakteri miningitis pada 2008 dan mengalami apa yang disebut sebagai Near-death experience, atau mati suri. Selama tujuh hari koma di rumah sakit ia kemudian sadar dan menuliskan pengalamannya dalam buku best seller berjudul "Proof of Heaven". Dr Eben mengatakan bahwa arwahnya sempat bolak balik apa yang dia sebut sebagai pintu gerbang surga, dan berkomunikasi dengan pengantarnya —yang ia gambarkan seorang wanita yang sangat cantik— tanpa mengucapkan bahasa apapun, namun anehnya dia bisa memahami dan mengerti.
Pengalamannya 'masuk' surga dan bertemu bidadari itu menjadi sangat kontroversi di kalangan para neurologis dan ahli medis dunia, yang memang tidak percaya adanya hal gaib —anda perlu membaca kisah dia.
Dr Eben yang merupakan neurologis andal di AS dan setelah sembuh mampu membuktikan sendiri bahwa pada saat koma semua fungsi otaknya mati, khususnya neocortex untuk membantah para penyanggah simpulannya—dugaan para koleganya mimpi mati suri Dr Eben distimulan oleh neocortex, bagian yang akan tetap bekerja meskipun manusia tertidur.
Namun, tetap saja, kesaksiannya dibantah oleh para ilmuwan barat yang memang memandang sesuatu kebenaran dari apa yang bisa disaksikan dan amati secara inderawi.
Bagi saya, kisah ini bukannya membuktikan agama yang dianut Dr Eben benar, tetapi sebuah tanda-tanda kekuasaan Allah yang memang meliputi segala sesuatu di alam raya ini, bahwa Dia tengah membuat seorang ateis, menjadi sangat percaya dengan hal gaib.
Itu adalah tamparan keras dari Allah yang memberikan hujjah kuat kepada para ilmuwan kafir --orang yang tidak percaya pada kebenaran Allah-- di Negeri Paman Sam, sebagai rujukan ilmu pengetahuan kedokteran modern.
Menurut saya, mimpi Dr Eben itu benar, namun dia salah dalam mengidentifikasi keberadaan arwahnya saat mati suri. Dr Eben yang sampai sekarang getol mengampanyekan adanya eksistensi hidup setelah mati ini sebenarnya belum sampai di alam akhirat. Dia baru masuk ke level alam Barzakh, atau alam yang memisahkan antara alam dunia dan alam akhirat atau disebut juga alam kubur.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Dan di belakang mereka ada alam barzah (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. 23:100)
Namun, saya mengira Dr Eben belum berurusan dengan Malaikat-malaikat Munkar dan Nakir, atau justru malah sedang 'dikerjain' karena ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa setiap orang yang mati tetap ruhnya akan akan diuji. Misalnya didatangi oleh arwah ayah, ibu, atau orang terdekat yang sudah meninggal terlebih dahulu agar ia masuk Nasrani atau Yahudi.
Pada alam Barzakh ini pula menurut saya, Allah menempatkan ruh-ruh orang yang sudah mati dan tidur, sehingga jangan heran banyak cerita mimpi seseorang bisa bertemu dengan orang yang sudah mati. Ruh-ruh para Nabi dan waliyullah bisa terbang bebas dari alam ini ke alam lain. Seperti diterangkan dalam sebuah hadist ruh, mereka ada dalam burung-burung yang terbang, dan hinggap di bawah singgasana Allah— 'Arsy.
Syekh Ibnu Qayyim al Jauziy mengatakan, roh-roh berbeda tempat di alam Barzakh, sesuai dengan amalannya di dunia. Di antaranya, roh yang ada di Illiyin paling tinggi di Al Mala'ul-A'la, yaitu roh para Nabi.
Sementara ruh orang-orang yang sesat seperti dikemukakan dalam sebuah nash, tidak akan bisa menembus langit, seperti juga dikemukakan oleh Syekh Qayyim bahwa di antara arwah yang tertahan di bumi, yaitu jiwa yang memiliki sifat bumi.
Sebuah hadist shahih mengatakan, bahwa Nabi menyebut arwah nantinya akan bergerombol sesuai dengan kebiasaanya di dunia, orang alim dengan orang alim, orang jahat dengan orang jahat.
Saya beberapa kali mengalami mimpi bertemu dengan tokoh yang sudah meninggal, dan itu pengalaman yang sungguh luar biasa mengingat saya sangat jarang sekali bermimpi. Saya merekomendasikan buku berjudul Barzakh karangan Sufi Akbar, Muhyiddin Ibn Arabi untuk memahami alam diantara dua dunia itu.
Menurut Maulana Khalid, kalam ilahi (Firman Allah Ta’ala) menceritakan berbagi hal. Jika itu menceritakan kejadian yang terjadi atau yang akan terjadi, itu disebut khabar (narasi); jika tidak demikian, itu disebut insha'. Apabila itu menyatakan hal-hal yang harus dilakukan, itu disebut amr (perintah). Jika itu menyatakan larangan, Nahy (larangan). Tapi tidak ada perubahan atau penambahan di Kalam al-ilahiyya.
Setiap kitab atau setiap halaman yang diturunkan adalah selembar firman Allah Ta’ala. Artinya, mereka adalah milik kalam an-Nafsi-Nya. Bila dalam bahasa Arab itu disebut Al-Qur'an. Wahyu yang terungkap dalam puisi dan yang bisa ditulis dan dikatakan dan didengar dan diingat adalah disebut kalam al-lafzi atau Al-Qur'anul-Karim.
Jurnalis-Sufi,
Alumnus Ponpes Baitul Mustaqim Lampung Tengah,
Jamaah Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah
Menurut Maulana Khalid, kalam (ucapan, firman) tidak pernah berubah dan murni. Ia tidak ada dalam huruf atau suara. Tidak dapat dikategorikan atau diklasifikasikan sebagai perintah, larangan, narasi atau bahasa Arab, Persia, Ibrani, Turki atau Suryani.
Itu tidak mengambil bentuk seperti itu. Ia tidak bisa ditulis. Tidak memerlukan media seperti kecerdasan, telinga atau lidah. Meski begitu bisa dipahami melaluinya sebagai makhluk yang berbeda dari semua makhluk lainnya yang kita ketahui; bisa dikatakan dengan bahasa apa pun.
Jadi, jika dinyatakan dalam bahasa Arab itu disebut Al-Qur'an. Jika dinyatakan dalam bahasa Ibrani itu adalah Taurat. Jika dinyatakan dalam bahasa Suryani itu adalah injil. Ada tertulis dalam buku yang berjudul Sharh al-maqasid bahwa jika dinyatakan dalam bahasa Yunani itu adalah Injil dan jika dinyatakan dalam bahasa Suryani adalah Zabur.
Soal bahasa tanpa kata itu saya teringat kisah fantastis seorang neurolog terkenal dunia, Dr Eben Alexander III yang terkontaminasi bakteri miningitis pada 2008 dan mengalami apa yang disebut sebagai Near-death experience, atau mati suri. Selama tujuh hari koma di rumah sakit ia kemudian sadar dan menuliskan pengalamannya dalam buku best seller berjudul "Proof of Heaven". Dr Eben mengatakan bahwa arwahnya sempat bolak balik apa yang dia sebut sebagai pintu gerbang surga, dan berkomunikasi dengan pengantarnya —yang ia gambarkan seorang wanita yang sangat cantik— tanpa mengucapkan bahasa apapun, namun anehnya dia bisa memahami dan mengerti.
Pengalamannya 'masuk' surga dan bertemu bidadari itu menjadi sangat kontroversi di kalangan para neurologis dan ahli medis dunia, yang memang tidak percaya adanya hal gaib —anda perlu membaca kisah dia.
Dr Eben yang merupakan neurologis andal di AS dan setelah sembuh mampu membuktikan sendiri bahwa pada saat koma semua fungsi otaknya mati, khususnya neocortex untuk membantah para penyanggah simpulannya—dugaan para koleganya mimpi mati suri Dr Eben distimulan oleh neocortex, bagian yang akan tetap bekerja meskipun manusia tertidur.
Namun, tetap saja, kesaksiannya dibantah oleh para ilmuwan barat yang memang memandang sesuatu kebenaran dari apa yang bisa disaksikan dan amati secara inderawi.
Bagi saya, kisah ini bukannya membuktikan agama yang dianut Dr Eben benar, tetapi sebuah tanda-tanda kekuasaan Allah yang memang meliputi segala sesuatu di alam raya ini, bahwa Dia tengah membuat seorang ateis, menjadi sangat percaya dengan hal gaib.
Itu adalah tamparan keras dari Allah yang memberikan hujjah kuat kepada para ilmuwan kafir --orang yang tidak percaya pada kebenaran Allah-- di Negeri Paman Sam, sebagai rujukan ilmu pengetahuan kedokteran modern.
Menurut saya, mimpi Dr Eben itu benar, namun dia salah dalam mengidentifikasi keberadaan arwahnya saat mati suri. Dr Eben yang sampai sekarang getol mengampanyekan adanya eksistensi hidup setelah mati ini sebenarnya belum sampai di alam akhirat. Dia baru masuk ke level alam Barzakh, atau alam yang memisahkan antara alam dunia dan alam akhirat atau disebut juga alam kubur.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Dan di belakang mereka ada alam barzah (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. 23:100)
Namun, saya mengira Dr Eben belum berurusan dengan Malaikat-malaikat Munkar dan Nakir, atau justru malah sedang 'dikerjain' karena ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa setiap orang yang mati tetap ruhnya akan akan diuji. Misalnya didatangi oleh arwah ayah, ibu, atau orang terdekat yang sudah meninggal terlebih dahulu agar ia masuk Nasrani atau Yahudi.
Pada alam Barzakh ini pula menurut saya, Allah menempatkan ruh-ruh orang yang sudah mati dan tidur, sehingga jangan heran banyak cerita mimpi seseorang bisa bertemu dengan orang yang sudah mati. Ruh-ruh para Nabi dan waliyullah bisa terbang bebas dari alam ini ke alam lain. Seperti diterangkan dalam sebuah hadist ruh, mereka ada dalam burung-burung yang terbang, dan hinggap di bawah singgasana Allah— 'Arsy.
Syekh Ibnu Qayyim al Jauziy mengatakan, roh-roh berbeda tempat di alam Barzakh, sesuai dengan amalannya di dunia. Di antaranya, roh yang ada di Illiyin paling tinggi di Al Mala'ul-A'la, yaitu roh para Nabi.
Sementara ruh orang-orang yang sesat seperti dikemukakan dalam sebuah nash, tidak akan bisa menembus langit, seperti juga dikemukakan oleh Syekh Qayyim bahwa di antara arwah yang tertahan di bumi, yaitu jiwa yang memiliki sifat bumi.
Sebuah hadist shahih mengatakan, bahwa Nabi menyebut arwah nantinya akan bergerombol sesuai dengan kebiasaanya di dunia, orang alim dengan orang alim, orang jahat dengan orang jahat.
Saya beberapa kali mengalami mimpi bertemu dengan tokoh yang sudah meninggal, dan itu pengalaman yang sungguh luar biasa mengingat saya sangat jarang sekali bermimpi. Saya merekomendasikan buku berjudul Barzakh karangan Sufi Akbar, Muhyiddin Ibn Arabi untuk memahami alam diantara dua dunia itu.
Menurut Maulana Khalid, kalam ilahi (Firman Allah Ta’ala) menceritakan berbagi hal. Jika itu menceritakan kejadian yang terjadi atau yang akan terjadi, itu disebut khabar (narasi); jika tidak demikian, itu disebut insha'. Apabila itu menyatakan hal-hal yang harus dilakukan, itu disebut amr (perintah). Jika itu menyatakan larangan, Nahy (larangan). Tapi tidak ada perubahan atau penambahan di Kalam al-ilahiyya.
Setiap kitab atau setiap halaman yang diturunkan adalah selembar firman Allah Ta’ala. Artinya, mereka adalah milik kalam an-Nafsi-Nya. Bila dalam bahasa Arab itu disebut Al-Qur'an. Wahyu yang terungkap dalam puisi dan yang bisa ditulis dan dikatakan dan didengar dan diingat adalah disebut kalam al-lafzi atau Al-Qur'anul-Karim.