Gus Baha Ditanya Haji Atau Umrah Dulu? Berikut Jawaban Beliau
loading...
A
A
A
Padahal saya tidak kaya, tapi haji saya haji plus. Karena itu tadi, kangen Nabi terus saya turuti. Sebenarnya agak salah, tapi kangen itu tidak ada hukumnya.
Makanya, saya tanyai dia, kalau kamu saleh beneran, kangen Nabi tak suruh umrah sekarang. Tapi kalau kamu masih perhitungan, "Sowan Nabi atau tidak?"
Mau sowan Nabi kok begitu! Ciri utama orang senang itu tidak mikir, lha ini masih mikir umrah dulu apa haji dulu. Kalau masih mikir, salehnya pas-pasan.
Kalau awalnya dia bilang begini, "Gus, saya kangen Nabi, tapi uang saya cuma Rp25 juta bagaimana?"
Maka, saya wajibkan umrah. Saya ajarkan doa saya. Nah dia tidak seperti itu. (Hehehe)
Misalnya dia daftar haji, secara lahir umurnya tidak cukup. Kalau daftar sekarang berarti kapan bisa haji? Menunggu 25 tahun, berarti haji (sekitar) tahun 2040. Zahirnya umur 60 tahun. Kira-kira dia sudah taqabalallah?
Andaikan saya jadi orang itu, mesti daftar dua-duanya, ya daftar haji. Tapi, kalau ada orang yang mondok di Makkah, saya akan memakdubkan diri.
Dalam arti, saya akan daftar haji menunggu sesuai Pemerintah karena harus loyal negara. Tetapi, kalau saya punya uang saya takdubkan.
Kalau ada fatwa yang berbeda dengan saya itu tidak apa-apa. Hal tersebut sebagai pengingat bahwa kebaikan itu:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ
Ternyata kalau ngeramati sampai musim haji, ya haji lagi.
Kalau ada bunyi yang bilang, "Kok rugi, haji dua kali?" Pelit berarti.
Masalahnya, fatwa menghadapi orang pelit itu repot. Saya bolak-balik fatwa ketemu orang pelit. Repot! Cinta Allah kok pakai perhitungan.
Baca Juga: 10 Pesan Bijak Gus Baha Agar Hidup Bahagia
Berikut Tausiyah Gus Baha Disiarkan Channel Youtube-eL Yeka:
Makanya, saya tanyai dia, kalau kamu saleh beneran, kangen Nabi tak suruh umrah sekarang. Tapi kalau kamu masih perhitungan, "Sowan Nabi atau tidak?"
Mau sowan Nabi kok begitu! Ciri utama orang senang itu tidak mikir, lha ini masih mikir umrah dulu apa haji dulu. Kalau masih mikir, salehnya pas-pasan.
Kalau awalnya dia bilang begini, "Gus, saya kangen Nabi, tapi uang saya cuma Rp25 juta bagaimana?"
Maka, saya wajibkan umrah. Saya ajarkan doa saya. Nah dia tidak seperti itu. (Hehehe)
Misalnya dia daftar haji, secara lahir umurnya tidak cukup. Kalau daftar sekarang berarti kapan bisa haji? Menunggu 25 tahun, berarti haji (sekitar) tahun 2040. Zahirnya umur 60 tahun. Kira-kira dia sudah taqabalallah?
Andaikan saya jadi orang itu, mesti daftar dua-duanya, ya daftar haji. Tapi, kalau ada orang yang mondok di Makkah, saya akan memakdubkan diri.
Dalam arti, saya akan daftar haji menunggu sesuai Pemerintah karena harus loyal negara. Tetapi, kalau saya punya uang saya takdubkan.
Kalau ada fatwa yang berbeda dengan saya itu tidak apa-apa. Hal tersebut sebagai pengingat bahwa kebaikan itu:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ
Ternyata kalau ngeramati sampai musim haji, ya haji lagi.
Kalau ada bunyi yang bilang, "Kok rugi, haji dua kali?" Pelit berarti.
Masalahnya, fatwa menghadapi orang pelit itu repot. Saya bolak-balik fatwa ketemu orang pelit. Repot! Cinta Allah kok pakai perhitungan.
Baca Juga: 10 Pesan Bijak Gus Baha Agar Hidup Bahagia
Berikut Tausiyah Gus Baha Disiarkan Channel Youtube-eL Yeka:
(rhs)