Saran dan Tips dari Gus Baha Menghadapi Era Digital dan Zaman Modern

Senin, 15 Januari 2024 - 13:21 WIB
loading...
Saran dan Tips dari...
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau populer disapa Gus Baha. Foto istimewa
A A A
Era digital dan zaman modern , tidak hanya memberikan banyak keuntungan dan kemudahan dalam hidup, namun banyak pula dampak negatif yang ditimbulkannya. Bagaimana seorang muslim menyikapi zaman digital dan modern ini?

Berikut saran dan tips yang diberikan KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau populer disapa Gus Baha . “Saya saran, kamu ngadepi zaman modern itu harus baca Qur’an,” ungkapnya dalam salah satu kajiannya yang ditayangkan Youtube Bayt Al-Qur'an, baru-baru ini.

Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3iA Narukan di Kragan, Rembang, Jawa Tengah, memberikan alasan sekaligus landasan. Ia merujuk pada penggalan Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 66, yang terjemah lengkapnya adalah sebagai berikut:

“Sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari sebagian apa yang ada dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah (berupa) susu murni yang mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya.”

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menjelaskan, bahwa Allah dapat mengelola, yang dalam konteks ini adalah manusia yang hidup di zaman modern, seperti mengelola susu di dalam perut sapi.

“Jadi, Allah itu bisa mengelola. Sapi itu kan makanannya rumput. Di tubuh sapi itu ada darah, ada kotoran, tapi sapi bisa melahirkan susu,” jelasnya.

Menurut para ulama, sambung Gus Baha, apa pun rusaknya zaman, sebetulnya gesekan-gesekan di alam nyata ini mirip, seperti ada kotoran dan ada darah.

“Kalau kamu orang baik, pasti tetap jadi labanan khalishan (susu murni),” jelasnya.

Gus Baha juga memberikan motivasi agar tidak putus asa, tanpa memandang zaman. Baginya, umat Islam harus tetap menjadi labanan khalishan (susu murni), meskipun berada di tengah-tengah mim baini fartsiw wa dami (antara kotoran dan darah).

“Itu bukti bahwa kita ndak boleh putus asa,” tegasnya.

Kiai yang sering tampil mengenakan peci hitam dan baju putih juga mengungkapkan kekhawatiran banyak orang bahwa zaman modern ini berbeda dengan zaman dahulu, khususnya zaman Wali Songo.

Dengan penuh keterbukaan, Gus Baha merespons hal ini dengan memberikan contoh positif dari zaman ini, sambil menyelipkan seloroh khasnya. Secara santai, ia pun bercanda mengenai moderator, menyebutnya sebagai su’ul adab.

“Zaman sekarang pun di BQ (Bayt Al-Qur’an), masih ada ustadz su’ul adab. Wong yang buka pertanyaan dia, kok yang suruh jawab saya,” kelakar Gus Baha kepada moderator bercanda.

“Itu pakai fiqih apa, enggak bisa itu, enggak bisa. Itu bisanya benar kalau saya ampuni, kalau enggak, (ya) enggak,” sambungnya tertawa.

Mengakhiri guyonannya, Gus Baha yang hafal Al-Qur’an itu, tetap memakai landasan dalam berkelakar.

“Tapi karena saya ini kiai baik kan nurut, nurut sama Allah: wal-‘afina ‘anin-nas (orang-orang yang memaafkan [kesalahan] orang lain),” pungkas Gus Baha, mengutip Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134.



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2285 seconds (0.1#10.140)