Melesat dan Melejit, Dahsyatnya Sunnah Awwaabiin (1)
loading...
A
A
A
Tapi, biar gimana ada kata-kata 1000 bulan. Dan itu 83 tahun. Sudah gitu, relatif perlu kesungguhan dan perjuangan serius, ngejar malam-malam itu. Gak mudah bagi yang banyak urusannya, THR, kerjaan, lebaran, banyak pikiran.
Untungnya, Alhamdulillaah dalam Islam semua bisa jadi ibadah.
Sesungguhnya jika saja di 10 hari dan 10 malam terakhir, tetap diniatin apa aja ibadah. Maka silaturahim-silaturahim, ziarah sana sini, di akhir Ramadhan, pulang kampung, mudik, sebagaimana yang saya katakan beberapa waktu yang lalu. Maka jika diniatin ibadah dan mohon dijadikan amal saleh. Bisa juga semua ini jadi wasilah dapatnya Lailatul Qodr. Nah, apalagi kerja dan usaha, kerja dan dagang memperjuangkan nafkah orang banyak, hajat orang banyak, nasib orang banyak.
Juga buat pelajar, santri, murid, mahasiswa semua yang belajar di hari-hari 10 terakhir Ramadhan. Pagi sampai malam, semua bisa dijadikan ibadah dan amal saleh. Maka berlakulah hal yang sama. Namun sekali lagi, kalau Lailatul Qadr, misteri kapan jatuhnya, dirahasiakan. Ada ketidakpuasan batin juga kadang, bahwa dapat gak ya, malam yang disebut lebih baik dari 1000 bulan itu.
Tentu membandingkan ini bukan untuk melemahkan Lailatul Qadr. Bukan. Tidak. Sebab tetap suasana berbeda. Gak kebeli juga suasana itu. Jika ada kesempatan, kejar bareng-bareng Lailatul Qadr. Toh saya pribadi udah beri kisi-kisi bahwa bisa melakukan amal apapun di malam itu. Jadi orang baik aja. Tapi niatin segala kebaikan, buat Allah. Misal, nemenin orang tua yang lagi sakit di kampung, di 10 hari terakhir Ramadhan.
Namun, izinkan Yusuf Mansur mengatakan sebagai motivasi. Berbeda dengan Awwaabiin. Awwaabiin waktunya jelas. Ukurannya juga jelas dan mudah. Sebentar doang hanya 5-6 menit, 7-8 menit selesai. Gampang dikejar. mudah dikejar. Ringan dikejar asli jelas semuanya. Terang benderang. Pokoknya, semua yang melakukan, diganjar 12 tahun atau 50 tahun ibadah.
Lah, kalau kita "kejar" itu malam Lailatu Qadr? Udah mah masih nanti? Umur belum tentu ada ke 10 malam terakhir Ramadhan. Masih panjang pula, masih jauh. Waktu saya nulis ini masih tanggal 19 Juli, masih Dzulhijjah, masih jauh ke Ramadhan.
Padahal kita perlu booster, perlu hal-hal yang mempercepat hajat-hajat kita, hajat dunia akhirat kita, kekabul. Dengan jalan, wasilah, pintu, amal indah ini. Kita perlu juga penggugur dosa, penutup kesalahan, penyuci jiwa. Dari semua maksiat, kesalahan, keburukan, kejahatan, kelemahan, kekurangan, kelalaian, kedunguan, kebodohan, ketidakbersyukuran, kealpaan. Yang bertahun-tahun, bahkan berbelas-belas dan berpuluh-puluh tahun, kita lakukan di mana semua itu menjadi penghambat rezeki, penukar terang jadi gelap, membuat buntu jalan dan lain-lain keadaan yang kita tidak inginkan.
Nah, Sholat Sunnah Awwaabiin jadi efektif sekali. Dan bisa Maghrib hari ini juga. Gak perlu nunggu Ramadhan.
Jika Ramadhan datang, tentu berlipat-lipat ganda lagilah pahala dan kebaikan dari Awwaabiin dibanding di bulan-bulan biasa mengerjakannya.
(Bersambung)!
Untungnya, Alhamdulillaah dalam Islam semua bisa jadi ibadah.
Sesungguhnya jika saja di 10 hari dan 10 malam terakhir, tetap diniatin apa aja ibadah. Maka silaturahim-silaturahim, ziarah sana sini, di akhir Ramadhan, pulang kampung, mudik, sebagaimana yang saya katakan beberapa waktu yang lalu. Maka jika diniatin ibadah dan mohon dijadikan amal saleh. Bisa juga semua ini jadi wasilah dapatnya Lailatul Qodr. Nah, apalagi kerja dan usaha, kerja dan dagang memperjuangkan nafkah orang banyak, hajat orang banyak, nasib orang banyak.
Juga buat pelajar, santri, murid, mahasiswa semua yang belajar di hari-hari 10 terakhir Ramadhan. Pagi sampai malam, semua bisa dijadikan ibadah dan amal saleh. Maka berlakulah hal yang sama. Namun sekali lagi, kalau Lailatul Qadr, misteri kapan jatuhnya, dirahasiakan. Ada ketidakpuasan batin juga kadang, bahwa dapat gak ya, malam yang disebut lebih baik dari 1000 bulan itu.
Tentu membandingkan ini bukan untuk melemahkan Lailatul Qadr. Bukan. Tidak. Sebab tetap suasana berbeda. Gak kebeli juga suasana itu. Jika ada kesempatan, kejar bareng-bareng Lailatul Qadr. Toh saya pribadi udah beri kisi-kisi bahwa bisa melakukan amal apapun di malam itu. Jadi orang baik aja. Tapi niatin segala kebaikan, buat Allah. Misal, nemenin orang tua yang lagi sakit di kampung, di 10 hari terakhir Ramadhan.
Namun, izinkan Yusuf Mansur mengatakan sebagai motivasi. Berbeda dengan Awwaabiin. Awwaabiin waktunya jelas. Ukurannya juga jelas dan mudah. Sebentar doang hanya 5-6 menit, 7-8 menit selesai. Gampang dikejar. mudah dikejar. Ringan dikejar asli jelas semuanya. Terang benderang. Pokoknya, semua yang melakukan, diganjar 12 tahun atau 50 tahun ibadah.
Lah, kalau kita "kejar" itu malam Lailatu Qadr? Udah mah masih nanti? Umur belum tentu ada ke 10 malam terakhir Ramadhan. Masih panjang pula, masih jauh. Waktu saya nulis ini masih tanggal 19 Juli, masih Dzulhijjah, masih jauh ke Ramadhan.
Padahal kita perlu booster, perlu hal-hal yang mempercepat hajat-hajat kita, hajat dunia akhirat kita, kekabul. Dengan jalan, wasilah, pintu, amal indah ini. Kita perlu juga penggugur dosa, penutup kesalahan, penyuci jiwa. Dari semua maksiat, kesalahan, keburukan, kejahatan, kelemahan, kekurangan, kelalaian, kedunguan, kebodohan, ketidakbersyukuran, kealpaan. Yang bertahun-tahun, bahkan berbelas-belas dan berpuluh-puluh tahun, kita lakukan di mana semua itu menjadi penghambat rezeki, penukar terang jadi gelap, membuat buntu jalan dan lain-lain keadaan yang kita tidak inginkan.
Nah, Sholat Sunnah Awwaabiin jadi efektif sekali. Dan bisa Maghrib hari ini juga. Gak perlu nunggu Ramadhan.
Jika Ramadhan datang, tentu berlipat-lipat ganda lagilah pahala dan kebaikan dari Awwaabiin dibanding di bulan-bulan biasa mengerjakannya.
(Bersambung)!
(rhs)