Utbah bin Dhazwan: Memilih Diwafatkan Ketimbang Jadi Gubernur

Jum'at, 10 September 2021 - 18:18 WIB
loading...
Utbah bin Dhazwan: Memilih Diwafatkan Ketimbang Jadi Gubernur
Utbah bin Dhazwan di saat dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya. (Ilustrasi/Ist)
A A A
Utbah bin Dhazwan adalah sahabat Nabi SAW . Utbah bin Dhazwan tercatat sebagai pendiri Kota Basrah pasca pembebasan Ubullah dari pendudukan tentara Persia. Ketika Khalifah Umar bin Khattab menunjuk dirinya untuk menjadi gubernur di Basrah, Utbah bin Dhazwan justru berdoa kepada Allah SWT agar menggagalkan keinginan khalifah itu. Doanya terkabul, Allah memanggilnya pada saat ia bersiap menuju Basrah dari Madinah.



Utbah bin Dhazwan tercatat sebagai pemula masuk Islam, di antara muhajirin pertama yang hijrah ke Habsyi, kemudian ke Madinah. Selain itu, Utbah bin Dhazwan adalah di antara pemanah pilihan yang tak banyak jumlahnya yang telah berjasa besar di jalan Allah.

Utbah bin Dhazwan berperawakan tinggi. Wajahnya bercahaya namun rendah hati. Utbah bin Dhazwan merupakan orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang bai’at berjanji setia, dengan menjabat tangan kanan Rasulullah SAW dengan tangan kanan mereka, bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti nafsu angkara.

Ahli Panah dan Tombak
Sewaktu Rasulullah SAW menyuruh sahabat -sahabatnya berhijrah ke Habsyi, termasuklah Utbah bin Dhazwan di antara orang muhajirin itu. Tetapi kerinduannya kepada Nabi SAW tidak membiarkannya menetap di sana. Segeralah ia menjelajah
daratan dan mengarungi lautan kembali ke Mekkah. Tatkala ada perintah hijrah ke Madinah, Utbah bin Dhazwan bersama kaum muslimin lainnya berpindah ke Madinah.

Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguan dan melancarkan peperangan, Utbah bin Dhazwan selalu membawa panah dan tombaknya. Utbah bin Dhazwan memang ahli memainkan tombak dan panahnya.

Pada waktu Rasulullah SAW wafat, Utbah bin Dhazwan sibuk berperang. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persi, Utbah bin Dhazwan melakukan perjuangan yang tak ada taranya.

Amirul Mu'minin Umar bin Khattab mengirim Utbah bin Dhazwan ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu. Utbah bin Dhazwan bertugas membersihkan daerah tersebut dari orang-orang Persi yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam.

Dan berkatalah Umar kepadanya sewaktu melepaskan bersama tentaranya: "Berjalanlah Anda bersama anak buah Anda, hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan batas terdekat negeri Persi!

Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya. Serulah ke jalan Allah siapa yang mau dan bersedia. Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak. Dan bagi setiap penantang, maka pedang bagiannya, tanpa pilih bulu. Tabahlah menghadapi musuh serta takwalah kepada Allah Tuhanmu !"



Membebaskan Ubullah
Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar itu hingga sampai ke Ubullah. Di sisi lain, orang-orang Persi telah menyiapkan balatentara mereka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak di tangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya.

la berseru di tengah-tengah tentaranya: "Allahu Akbar, shadaqa wa'dah’: artinya "Allah Maha Besar… la menepati janjiNya".

Dan seolah-olah Utbah bin Dhazwan dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah terjadi pertempuran kecil-kecilan, Ubullah pun menyerahlah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persi. Penduduknya terbebas dari kekejaman selama ini, yang mereka rasakan tak ubah dengan mereka. Dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya.

Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun kota Basrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah mesjid besar.

Pada suatu ketika, Utbah bin Dhazwan bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan, 'tapi Amirul Mu'minin Umar bin Khattab keberatan dan menyuruhnya tetap di sana.

Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat, memberi pengertian dalam soal Agama, menegakkan hukum dengan adil, serta memberi contoh teladan yang sangat mengagumkan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan.

Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat dayanya, sehingga menjengkelkan mereka yang dipengaruhi oleh nikmat kesenangan dan hawa nafsu.

Pada suatu hari Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, katanya: "Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah SAW sebagai salah seorang kelompok tujuh, yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka!

Di suatu hari aku beroleh rizeki sehelai baju burdah, lalu kubelah dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa'ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku ... !"

Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak agamanya. Dan dia menakuti hal yang serupa terhadap Kaum Muslimin.

Karena itu ia selalu membimbing mereka atas kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak mengubah pendiriannya dan membangkitkan dalam jiwanya kesadaran sebagai penguasa, serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri- negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan. Terhadap hal-hal ini Utbah bin Dhazwan menjawabnya dengan katanya: "Aku melindungkan diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku karena kemewahan dunia, tetapi kecil pada sisi Allah."

Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, berkatalah ia kepada mereka: "Besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang orang lain menggantikan daku!"

Dan datanglah musim haji, diwakiikannya pemerintahan Basrah kepada salah seorang temannya, dan ia pun pergilah menunaikan ibadah haji. Sewaktu ia teiah selesai menunaikan ibadahnya berangkatlah ia ke Madinah. Di sana ia memohon kepada Amirul Mu'minin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan.

Tetapi Umar tiada hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan dan menjadi incaran orang-orang lain. Pernah beliau berkata kepada mereka: "Apakah kalian hendak menaruh amanat di atas pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak, demi Allah tidak kuizinkan untuk selama-lamanya "

Dan demikianlah pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan. Dan karenanya mau tak mau Utbah bin Dhazwan harus patuh dan taat, maka ia pergi menuju kendaraannya, hendak menungganginya kembali ke Basrah.

Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arab kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Allah SWT, agar ia tidak dikembalikan-Nya ke Basrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.

Dan do'anya pun diperkenankan Tuhannya. Selagi Utbah bin Dhazwan dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya, maut datang menjemputnya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1695 seconds (0.1#10.140)