Fakhitah bin Abu Thalib, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad

Selasa, 02 Juni 2020 - 05:00 WIB
loading...
Fakhitah bin Abu Thalib, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad
Bagi Ummu Hani, menjadi kerabat Rasulullah sudah cukup memberikannya keutamaan yang agung. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
SEBELUM menikah dengan Sayyidah Khadijah , Muhammad jatuh hati dengan Fakhitah. Sayang, cinta ini kandas di tengah jalan. Lamaran pria berjuluk Al-Amin ini ditolak dengan halus oleh Abu Thalib, ayahanda Fakhitah.

Cinta pertama memang selalu berkesan. Sayang pula, ketika ada kesempatan kedua, lamaran Rasulullah kembali ditolak. “Wahai Rasulullah, saya mencintaimu melebihi mata dan telingaku. Akan tetapi, bukankah hak seorang suami itu besar? Saya khawatir jika saya menerima engkau sebagai suami, perhatian saya terhadap diri saya dan anak-anak akan terabaikan. Namun apabila saya lebih mementingkan anak-anak saya, saya khawatir tidak bisa memenuhi hak-hak Baginda Rasul sebagai suami,“ begitu jawaban diplomatis Fakhitah ketika menolak lamaran kedua Rasulullah.

Peristiwa penolakan kedua itu terjadi pada saat peristiwa Fathul Makkah (pembebasan kota Makkah). Suami Fakhitah, Hubaira, melarikan diri dan bertahan dengan kekafirannya. Di sisi lain, Fakhitah sudah menjadi muslimah. Itu sebabnya, maka hukum pernikahan mereka rusak dan bercerailah kedua pasangan ini. Fakhitah menjadi janda dengan 4 orang anak.

Lalu siapa sejatinya wanita yang membuat Rasulullah begitu mencintainya itu?

Dialah Fakhitah binti Abu Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim. Dia merupakan seorang perempuan keturunan Bani Hasyim, putri paman Rasulullah SAW. Dia adalah kakak dari Ali bin Abi Thalib RA . Ayahnya bernama Abu Thalib, sedangkan ibunya Fatimah binti Asad.

Menurut Ali Audah dalam bukunya, Ali bin Abi Talib: Sampai kepada Hasan dan Husain, salah seorang putri paman Rasulullah SAW itu akrab disapa Ummu Hani. Dia dipanggil demikian karena anak pertamanya bernama Hani.

Lamaran Muhammad pertama terjadi pada saat beliau belum menjadi rasul. Abu Thalib sudah punya rencana lain untuk putrinya itu, demikian ungkap Ali Audah.

Hubairah dari kabilah Bani Makhzum sudah lebih dahulu melamar Ummu Hani. Pria itu masih berkerabat dengan Abu Thalib dari garis ibu. Dia juga dikenal karena kekayaannya dan kepandaian bersyair.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat, sedangkan Bani Hasyim, yakni kabilah Abu Thalib dan Muhammad SAW, cenderung berkurang peranannya.

Seperti diketahui, masyarakat Arab sangat memandang penting kabilah yang besar dengan jumlah anak laki-laki. Sebab, dari sanalah dapat diukur seberapa besar peranan suatu kabilah.

Abu Thalib beralasan kepada kemenakannya itu bahwa dahulu Bani Makhzum telah mengawinkan gadis-gadisnya kepada Bani Hasyim. "Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa," kata Abu Thalib.

Muhammad SAW pun mengartikan kata-kata sang paman sebagai sopan santun bahwa dirinya dinilai belum waktunya menikah. Bagaimanapun, beliau menerima keputusan pamannya itu.

Dari hasil pernikahannya dengan Hubairah bin Amr al-Makhzumi al-Quraisyi, Fakhitah memiliki empat orang anak, di antaranya Amr, Ja’dah, Hani, dan Yusuf.



Hubungan Rasulullah SAW dengan Abu Thalib masih sangat erat. Sejak kecil, Muhammad SAW yatim piatu. Ayah Abu Thalib, Abdul-Muttalib, kemudian mengasuh Muhammad SAW hingga wafatnya. Abdul-Muttalib sempat berwasiat kepada Abu Thalib agar merawat cucunya itu sepeninggalan dirinya.

Selanjutnya, Abu Thalib mengasuh Muhammad SAW, meskipun dalam keadaan miskin dan banyak anak. Kasih sayang dan perlindungan Abu Thalib tidak berkurang sedikit pun kepada Muhammad SAW, bahkan sampai risalah kenabian datang.



Karena Ummu Hani’ bukan jodoh yang ditakdirkan oleh Allah SWT untuknya, Muhammad SAW pun akhirnya menemukan sosok perempuan yang menjadi cinta sejatinya, bahkan menjadi istri pertamanya dan mendampingi dakwah beliau.

Dia adalah Siti Khadijah, seorang wanita cantik yang terhormat, sekaligus kaya raya. Siti Khadijah adalah jodoh yang ditakdirkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, setelah ditakdirkan tidak berjodoh dengan Ummu Hani’.

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Ishobah, setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah SAW, dan terjadi peristiwa Fathu Makkah, banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam. Suami Ummu Hani’ tidak mau ikut masuk Islam, tidak mau bersyahadat, bahkan Hubayroh melarikan diri keluar dari Makkah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3393 seconds (0.1#10.140)