Kisah Ibrahim bin Adham Didatangi Nabi Khidir Saat Duduk di Singgasana

Kamis, 30 September 2021 - 14:23 WIB
loading...
Kisah Ibrahim bin Adham Didatangi Nabi Khidir  Saat Duduk di Singgasana
Lukisan tentang Nabi Khidir, peninggalan dari Dinasti Mughal pada abad ke-17. (Ilustrasi/Ist)
A A A
Fariduddin Attar (wafat 1220 M) dalam kitabnya berjudul Tadhkirat al-Awliya mengisahkan pertobatan Ibrahim bin Adham , Raja Balkh, dan seluruh dunia berada di bawah perintahnya.



Suatu malam dia tertidur di ranjang istananya. Pada tengah malam atap bangunannya bederak, seolah-olah seseorang sedang berjalan di atas atap.

“Siapa di sana?” dia berteriak.

“Seorang sahabat,” jawabnya. “Aku kehilangan seekor unta, dan sedang mencarinya di atas atap ini.”

“Bodoh, bagaimana engkau mencari unta di atas atap?” teriak Ibrahim.

“Orang yang lalai,” jawab suara itu, “Apakah engkau mencari Allah dengan pakaian yang terbuat dari sutra, tertidur di atas ranjang emas?”

Kata-kata ini memenuhi hatinya, terus terngiang-ngiang. Api berkobar dalam dirinya, dan dia tidak bisa tidur lagi.



Ketika siang tiba dia kembali ke mimbar dan duduk di singgasananya, tenggelam dalam perenungan, bingung dan banyak pikiran. Para menteri kenegaraan masing-masing berdiri di tempatnya; para budaknya diposisikan dalam barisan yang berdempetan. Protokoler istana diserukan.

Tiba-tiba seorang pria dengan wajah yang penuh kekaguman memasuki aula, begitu mengherankan untuk dilihat sehingga tidak ada rombongan dan pelayan kerajaan yang sempat untuk menanyakan namanya; lidah semua orang tercekat sampai ke tenggorokan mereka. Dia jalan ke depan dengan keanggunan sampai dia berdiri di depan singgasana.

“Apa yang engkau inginkan?” tanya Ibrahim.

“Aku baru saja tiba di karvansaray (bahasa Persia, artinya adalah: penginapan untuk para musafir atau pedagang) ini,” kata orang itu.

“Ini bukan karvansaray. Ini istanaku. Engkau gila!” seru Ibrahim.

“Siapa yang memiliki istana ini sebelum engkau?” tanya orang itu.

“Ayahku,” jawab Ibrahim.

“Dan sebelum dia?”

“Kakekku.”

“Dan sebelum dia?”

“Si fulan dan si fulan dan seterusnya.”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2307 seconds (0.1#10.140)