Akhir Hindun binti Utbah, Si Pemakan Hati Hamzah Bin Abdul Muthalib
loading...
A
A
A
Hindun binti Utbah adalah arsitek pembunuh paman Nabi SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib . Ia menugaskan Wahsyi bin Harb untuk membunuh Hamzah dalam perang Uhud. Misi ini sukses. Jasad paman Nabi SAW itu dimutilasi. Dan sejak peristiwa Perang Uhud , Hindun berjuluk "Si Pemakan Hati". Kendati demikian, di akhir hayatnya dia menjadi muslimah yang salehah.
dan para wanita yang bersamanya berhenti untuk memutilasi jenazah para sahabat Nabi. Dia memotong dan mengeluarkan hati Hamzah dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya dan membuangnya.
Perang Uhud akhirnya selesai, dan kedua belah pihak pun berpisah. Pada perang kali ini kerugian kaum Muslim tiga kali lebih besar ketimbang Quraisy. Ini adalah satu-satunya perang di antara Muslim Madinah dan Quraisy Makkah di mana Muslim tidak memenanginya.
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi menyebutkan korban dari pihak Muslim sebanyak 70 orang, yang kebanyakan berasal dari kaum Ansar. Rinciannya adalah kaum Ansar sebanyak 65 orang, Muhajirin 4 orang, dan Yahudi 1 orang.
Mengenai orang Yahudi ini, dia bernama Mukhairiq, dia satu-satunya orang Yahudi yang mau ikut dalam perang Uhud. Sementara korban dari pihak Quraisy, menurut Ibnu Ishaq jumlahnya hanya 20 orang.
Sebelum pulang ke Mekkah, para wanita Quraisy menyempatkan diri untuk mencari-cari jenazah para syuhada Muslim yang terbunuh. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Salih bin Kaisan:
Hindun binti Utbah dan para wanita yang bersamanya berhenti untuk memutilasi jenazah para sahabat Nabi. Mereka memotong telinga dan hidung mereka, dan Hindun membuatnya menjadi gelang kaki dan kalung, dan memberikan gelang kaki dan kalung serta liontinnya (yaitu perhiasan-perhiasan yang sebelumnya telah dia janjikan) kepada Wahsyi (pembunuh Hamzah), budak Jubair bin Mutham.
Ibnu Ishaq mendiskripsikan tentang kekejaman Hindun. Dia memotong dan mengeluarkan hati Hamzah dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya dan membuangnya.
Berita ini kemudian disampaikan pada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersabda, "Kalau saja dia menelannya, tentu dia tidak akan tersentuh api neraka, karena Allah mengharamkan bagi neraka untuk menyentuh bagian daging Hamzah sedikit pun."
Syair Hindun
Hindun yang jago beryair itu, menaiki batu yang tinggi dan berteriak sekeras mungkin:
Kami telah membayarmu kembali atas (kekalahan pada Perang) Badar
Dan perang yang mendatangkan perang selalu disertai kekerasan.
Aku tidak tahan kehilangan Utbah (ayah Hindun)
Juga saudara laki-lakiku dan pamannya, dan anak sulungku.
Aku telah melaksanakan pembalasanku dan memenuhi sumpahku.
Engkau, wahai Wahsyi, telah meredakan rasa terbakar di dadaku.
Aku akan berterima kasih kepada Wahsyi sepanjang hidupku
Sampai tulangku membusuk di kuburan.
Hindun binti Uthatha bin Abbad bin al-Muthalib membalasnya:
Engkau dipermalukan di Badar dan setelah Badar,
Wahai putri seorang laki-laki tercela, yang hebat hanya dalam kekafiran.
Allah membawamu pada dini hari
Seorang lelaki tinggi dan berkulit putih dari (Bani) Hasyim,
Semua orang menebas dengan pedang tajamnya:
Hamzah singaku dan Ali elangku.
Saat Syaibah (paman Hindun) dan ayahmu berencana menyerangku
Mereka membuat merah dada mereka dengan darah (maksudnya Ali dan Hamzah telah membunuh ayah dan paman Hindun pada perang Badar).
Sumpah jahatmu adalah sumpah yang terburuk.
Hindun binti Utbah juga berkata:
Aku melaksanakan pembalasanku kepada Hamzah di Uhud.
Aku membelah perutnya untuk mendapatkan hatinya.
(Perbuatan) ini mengangkat dariku (penderitaan) apa yang telah aku rasakan
Tentang kesedihan yang membakar dan rasa sakit yang luar biasa.
Perang akan menghantammu dengan sangat keras
Datang kepadamu sebagaimana singa menyerang.
Al-Hulais bin Zabban, yang saat itu adalah komandan tentara kulit hitam, melewati Abu Sufyan sambil menusuk bagian pinggir mulut Hamzah dengan ujung tombaknya, berkata, “Rasakan itu, engkau pemberontak!”
Hulais berseru, “Wahai Bani Kinanah! Apakah ini pemimpin Quraisy yang bertindak seperti itu, kepada sepupunya yang sudah meninggal seperti yang kalian lihat?”
dan para wanita yang bersamanya berhenti untuk memutilasi jenazah para sahabat Nabi. Dia memotong dan mengeluarkan hati Hamzah dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya dan membuangnya.
Perang Uhud akhirnya selesai, dan kedua belah pihak pun berpisah. Pada perang kali ini kerugian kaum Muslim tiga kali lebih besar ketimbang Quraisy. Ini adalah satu-satunya perang di antara Muslim Madinah dan Quraisy Makkah di mana Muslim tidak memenanginya.
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi menyebutkan korban dari pihak Muslim sebanyak 70 orang, yang kebanyakan berasal dari kaum Ansar. Rinciannya adalah kaum Ansar sebanyak 65 orang, Muhajirin 4 orang, dan Yahudi 1 orang.
Mengenai orang Yahudi ini, dia bernama Mukhairiq, dia satu-satunya orang Yahudi yang mau ikut dalam perang Uhud. Sementara korban dari pihak Quraisy, menurut Ibnu Ishaq jumlahnya hanya 20 orang.
Sebelum pulang ke Mekkah, para wanita Quraisy menyempatkan diri untuk mencari-cari jenazah para syuhada Muslim yang terbunuh. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Salih bin Kaisan:
Hindun binti Utbah dan para wanita yang bersamanya berhenti untuk memutilasi jenazah para sahabat Nabi. Mereka memotong telinga dan hidung mereka, dan Hindun membuatnya menjadi gelang kaki dan kalung, dan memberikan gelang kaki dan kalung serta liontinnya (yaitu perhiasan-perhiasan yang sebelumnya telah dia janjikan) kepada Wahsyi (pembunuh Hamzah), budak Jubair bin Mutham.
Ibnu Ishaq mendiskripsikan tentang kekejaman Hindun. Dia memotong dan mengeluarkan hati Hamzah dan mengunyahnya, tetapi dia tidak mampu menelannya dan membuangnya.
Berita ini kemudian disampaikan pada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersabda, "Kalau saja dia menelannya, tentu dia tidak akan tersentuh api neraka, karena Allah mengharamkan bagi neraka untuk menyentuh bagian daging Hamzah sedikit pun."
Syair Hindun
Hindun yang jago beryair itu, menaiki batu yang tinggi dan berteriak sekeras mungkin:
Kami telah membayarmu kembali atas (kekalahan pada Perang) Badar
Dan perang yang mendatangkan perang selalu disertai kekerasan.
Aku tidak tahan kehilangan Utbah (ayah Hindun)
Juga saudara laki-lakiku dan pamannya, dan anak sulungku.
Aku telah melaksanakan pembalasanku dan memenuhi sumpahku.
Engkau, wahai Wahsyi, telah meredakan rasa terbakar di dadaku.
Aku akan berterima kasih kepada Wahsyi sepanjang hidupku
Sampai tulangku membusuk di kuburan.
Hindun binti Uthatha bin Abbad bin al-Muthalib membalasnya:
Engkau dipermalukan di Badar dan setelah Badar,
Wahai putri seorang laki-laki tercela, yang hebat hanya dalam kekafiran.
Allah membawamu pada dini hari
Seorang lelaki tinggi dan berkulit putih dari (Bani) Hasyim,
Semua orang menebas dengan pedang tajamnya:
Hamzah singaku dan Ali elangku.
Saat Syaibah (paman Hindun) dan ayahmu berencana menyerangku
Mereka membuat merah dada mereka dengan darah (maksudnya Ali dan Hamzah telah membunuh ayah dan paman Hindun pada perang Badar).
Sumpah jahatmu adalah sumpah yang terburuk.
Hindun binti Utbah juga berkata:
Aku melaksanakan pembalasanku kepada Hamzah di Uhud.
Aku membelah perutnya untuk mendapatkan hatinya.
(Perbuatan) ini mengangkat dariku (penderitaan) apa yang telah aku rasakan
Tentang kesedihan yang membakar dan rasa sakit yang luar biasa.
Perang akan menghantammu dengan sangat keras
Datang kepadamu sebagaimana singa menyerang.
Al-Hulais bin Zabban, yang saat itu adalah komandan tentara kulit hitam, melewati Abu Sufyan sambil menusuk bagian pinggir mulut Hamzah dengan ujung tombaknya, berkata, “Rasakan itu, engkau pemberontak!”
Hulais berseru, “Wahai Bani Kinanah! Apakah ini pemimpin Quraisy yang bertindak seperti itu, kepada sepupunya yang sudah meninggal seperti yang kalian lihat?”