Hamzah bin Abdul Muthalib: Ketika Singa Allah Ditikam Lembing Wahsyi bin Harb

Jum'at, 08 Oktober 2021 - 17:41 WIB
loading...
Hamzah bin Abdul Muthalib: Ketika Singa Allah Ditikam Lembing Wahsyi bin Harb
Selain Hamzah bin Abdul Muthalib, dalam Perang Uhud korban dari pihak Muslim sebanyak 70 orang, yang kebanyakan berasal dari kaum Ansar. (Ilustrasi: Ist)
A A A
PerangUhud pecah 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Pertempuran terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi. Dalam perang inilah Hamzah bin Abdul Muthalib syahid.



Dalam perang ini tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan.

Ibnu Ishaq dalam bukunya berjudul Sirat Rasul Allah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh A Guillaume menjadi The Life of Muhammad mengisahkan pada hari itu Wahsyi bin Harb ikut berangkat bersama pasukan Quraisy Makkah.

Manakala Hindun binti Utbah berpapasan dengan Wahsyi atau dia melewatinya, dia (Hindun) akan berkata, “Ayolah, ayah kegelapan, puaskan pembalasan dendammu dan kami.” Wahsyi memiliki kunya (nama panggilan) Abu Dasma.

Sementara itu kepada pasukan pembawa bendera, Hindun bangkit dengan para wanita yang bersamanya dan mengambil genderang yang mana mereka tabuh di belakang para lelaki untuk membangkitkan semangat mereka, sementara Hindun menyanyikan syair:

Kepada kalian Bani Abdid-Dar,
Kepada pelindung barisan belakang kita,
Bunuhlah dengan setiap tombak yang terasah!
Jika kalian maju kami peluk kalian,
Menghamparkan permadani lembut di bawah kalian;
Jika kalian mundur, kami tinggalkan kalian,
Meninggalkan dan tidak lagi mencintai kalian.



Al-Waqidi dalam Kitab al-Tarikh wa al-Maghazi menjelaskan di pihak pasukan Muslim Madinah, atas saran dari tokoh munafik Abdullah bin Ubay, tadinya mereka akan bertahan di dalam kota Madinah, namun Hamzah bin Abdul Muthalib menolaknya, dia berkata, “Demi Allah yang mewahyukan Al-Qur'an, aku tidak akan makan hari ini hingga aku bertempur dengan musuh di luar kota.” Rasulullah SAW menyetujui usulan Hamzah.

Para pembawa bendera perang Quraisy dari Bani Abdid-Dar kebanyakan dibunuh oleh Hamzah dan Ali bin Abi Thalib, sehingga tidak ada lagi seorang pun yang mau memegang bendera itu.

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah menyampaikan setelahnya Hamzah masuk ke tengah medan pertempuran. Dia memakai pakaian perang dan di dadanya terpasang bulu burung unta, sebuah penanda yang biasa dia gunakan ketika berperang. Hamzah menyerang ke kiri dan ke kanan, dan setiap kepala yang disasarnya pastilah terpenggal oleh pedangnya.

Serangannya terhadap pasukan Quraisy tidak putus-putus, seolah-olah maut menyerahkan diri ke dalam tangannya, siapapun yang berani beradu pedang dengannya akan tewas sesuai dengan kehendaknya.



Berebut Pampasan Perang
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury,Sirah Nabawiyah, terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi mengisahkan seluruh pasukan Muslim kemudian maju dan menyerbu ke depan, hingga kemenangan telah hampir berada di tangan.

Pasukan Quraisy kocar-kacir melarikan diri. Abdullah bin az-Zubair meriwayatkan dari ayahnya, “Demi Allah, sampai-sampai aku bisa melihat betis Hindun binti Utbah yang tersingkap karena harus melarikan diri bersama teman-temannya.”

Pasukan pemanah yang diposkan di atas bukit, yang bertugas melindungi sayap kiri pasukan Muslim, melihat peristiwa ini. Melihat pasukan Muslim unggul, mereka berkata, “Harta rampasan, harta rampasan! Sahabat-sahabat kalian sudah menang, apa lagi yang kalian tunggu?”

Empat puluh orang pemanah kemudian lari meninggalkan pos mereka untuk berebut harta rampasan perang, padahal sebelumnya Rasulullah saw telah memberi perintah, bahwa apapun yang terjadi, kalah atau menang, jangan pernah meninggalkan pos pemanah.

Khalid bin al-Walid yang menjadi komandan pasukan berkuda kafir Quraisy melihat kejadian ini, kemudian dengan cepat dia mengambil jalan memutar dan menyerang pasukan Muslim dari arah belakang yang sudah tidak terlindungi pasukan pemanah.

Seketika keadaan berbalik, semangat pasukan Quraisy kembali bangkit. Pasukan Muslim menjadi kebingungan dengan situasi ini, dan bahkan banyak juga di antara mereka yang melarikan diri. Pasukan Quraisy terus mendesak sehingga peperangan terjadi di sekitar Rasulullah saw.[6]

Hamzah yang berada di barisan depan melihat apa yang sedang terjadi, maka baik semangat, tenaga, maupun perjuangannya menjadi berlipat ganda. Dia menerjang ke kiri dan ke kanan, ke muka dan ke belakang.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1501 seconds (0.1#10.140)