Menakjubkan! Ibadah Seluruh Jamaah Haji Diterima Berkat Orang Ini

Senin, 11 Oktober 2021 - 08:05 WIB
loading...
Menakjubkan! Ibadah Seluruh Jamaah Haji Diterima Berkat Orang Ini
Haji Mabrur adalah dambaan semua muslim karena tidak ada balasan yang pantas baginya selain Surga. Foto suasana wukuf di Padang Arafah saat pelaksanaan Ibadah Haji Tahun 2021. Foto/dok Reuters
A A A
Ibadah Haji adalah salah satu rukun Islam yang semua umat muslim ingin menunaikannya. Selain mendapatkan fadhilah surga, Haji mabrur dan diterima Allah merupakan dambaan para jamaah Haji.

Ada satu kisah menakjubkan dan menggugah hati dimana seluruh jamaah Haji diterima Allah berkat orang ini. Kisah ini bersumber dari Kitab Irsyadul Ibad ila Sabiila Rasyad karya Syekh Zainuddin bin Bbdul Aziz.



Dilansir dari Dakwah Islamiyyah, Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi, seorang ulama terkenal di Makkah menceritakan kisah ini. Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual Haji, beliau beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya Beliau bermimpi melihat dua Malaikat turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka (Malaikat): "Berapa banyak yang datang tahun ini?" tanya Malaikat kepada Malaikat lainnya.

"Tujuh ratus ribu," jawab Malaikat lainnya.

"Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?" Malikat yang lain menjawab: "Tidak satupun."

Mendengar percakapan ini, Abdullah Bin Mubarak gemetar. Beliau menangis dalam mimpinya.

"Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?"

Sambil gemetar, Beliau melanjutkan mendengar cerita kedua Malaikat itu. "Tetapi ada seseorang yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah Haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah. Kok bisa?

"Itu Kehendak Allah." "Siapa orang tersebut?"

"Sa'id bin Muhafah rahimahullah‎, tukang sol sepatu di Kota Damsyiq (Damaskus sekarang)."

Mendengar ucapan itu, Abdullah Bin Mubarak langsung terbangun. Sepulang haji, Beliau tidak langsung pulang ke rumah, tapi langsung menuju Kota Damaskus, Suriah.

Setibanya di sana Abdullah Bin Mubarak langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apakah ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah.

"Ada, di tepi kota," jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai di sana, ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh. "Benarkah Anda bernama Sa'id Bin Muhafah?" tanya Ulama itu.

"Betul, siapa Tuan?"

"Aku Abdullah Bin Mubarak."

Sa'id pun terharu. "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa gerangan mendatangi saya?"

Abdullah Bin Mubarak pun kebingungan, dari mana Beliau memulai pertanyaannya, akhirnya Beliau pun menceritakan perihal mimpinya.

"Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah Anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala Haji Mabrur?"

"Wah, saya sendiri tidak tahu Tuan!"

"Coba ceritakan bagaimana kehidupan Anda selama ini".

Maka Sa'id bin Muhafah bercerita. "Setiap tahun, setiap musim Haji, aku selalu mendengar: 'Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. Laa syarika laka".

(Ya Allah, aku datang karena panggilan Mu.Tiada sekutu bagi Mu. Segala nikmat dan puji adalah kepunyan Mu dan kekuasaan Mu. Tiada sekutu bagi Mu).

Setiap kali aku mendengar kalimat itu, aku selalu menangis. "Ya Allah, aku rindu Makkah. Ya Allah aku rindu melihat Ka'bah. Ijinkan aku datang, ijinkan aku datang ya Allah."

Sejak puluhan tahun lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 Dirham, cukup bekal untuk saya berhaji. "Saya sudah siap berhaji."

"Tapi anda batal berangkat haji?" tanya Abdullah Bin Mubarak. "Benar"

"Apa yang terjadi?" "Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat."

"Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini? "Iya sayang."

"Cobalah engkau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku."

"Saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir roboh. Di situ ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit."

Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya. Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan: "Tidak boleh tuan. Dijual berapapun akan saya beli!"

"Makanan itu tidak dijual, tuan," katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa? Sambil menangis, janda itu berkata: "Daging ini halal untuk kami dan haram untuk Tuan," kata janda itu.

Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi: "Kenapa?"

Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Di rumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

"Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan itu, spontan Sa'id si tukang sol sepatu menangis, lalu pulang ke rumahnya dan menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Istrinya pun ikut menangis.

Akhirnya mereka memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu. "Ini makanan untukmu."

Uang untuk bekal Haji 350 Dirham pun saya berikan kepada mereka. "Pakailah uang ini untukmu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi.

Mendengar cerita tersebut, Abdullah Bin Mubarak tak kuasa menahan air mata. "Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya."

Dalam Hadis Nabi disebutkan: "Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, maka ia tidak boleh menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolongnya untuk memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan suatu kesusahan dari seorang muslim (saudaranya), maka Allah akan menghilangkan kesusahannya dari bermacam-macam kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi kekurangan seorang muslim (saudaranya), maka Allah akan menutup kekurangannya pada hari Kiamat." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Catatan:
Dalam versi lain, ulama itu adalah Hasan Al-Bashri.Namun ijma' lebih mempercayai ulama ini bernama Abdullah bin Mubarak karena riwayatnya yang lebih jelas. Beliau lahir pada Tahun 118 H/736 M.

Beliau adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka juga ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Beliau seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Beliau wafat di Kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H atau 797 Masehi.

Dalam riwayat lain tukang sepatu ini bernama Ali Bin Mowaffaq. Ada yang berpendapat namanya Ibnu Muhafah. Wallahu A'lam.

Sumber:
Kitab Irsyadul Ibad ila Sabiila Rasyad karya Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2102 seconds (0.1#10.140)