Suku Indian Islam (2): Penjelajah Muslim Telah Membangun Peradaban di Amerika
loading...
A
A
A
Penduduk asli Amerika, Suku Indian ternyata telah mengenal Islam sebelum Christopher Columbus datang pada Tahun 1492. Jauh sebelum penjelajah Eropa itu menemukan benua itu, penjelajah Muslim telah membangun peradaban di Amerika.
Sederet ahli sejarah menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di Amerika lebih dari setengah milenium sebelum Columbus tiba. Orang-orang Indian pada masa lampau, terutama suku Cherokee telah mendapat sentuhan nilai-nilai Islami.
Cara berpakaian Islami Suku cherokee dapat ditemukan dalam foto atau lukisan yang diambil gambarnya sebelum Tahun 1832. Bahkan, beberapa kepala Suku Indian juga mengenakan tutup kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Penjelajah Muslim
Dilansir dari islamedia.co, para ilmuwan Muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika di antaranya Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (wafat tahun 957); Al Idrisi (wafat tahun 1166); Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384); dan Ibnu Battuta (wafat tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi Muslim Al-Masudi (871-957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, 'Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar' (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Setelah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku 'Akhbar Az Zaman' yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (929-961) dari Dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibnu Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Pelayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307) raja keenam dalam Dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada Tahun 1291. Menurut Dr Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam. Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika.
Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re'isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
(Bersambung)!
Lihat Juga: Tak Bisa Dibantah Barat, Ini Bukti Ilmuwan Islam Lebih Awal Hadirkan Teknologi Antariksa
Sederet ahli sejarah menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di Amerika lebih dari setengah milenium sebelum Columbus tiba. Orang-orang Indian pada masa lampau, terutama suku Cherokee telah mendapat sentuhan nilai-nilai Islami.
Cara berpakaian Islami Suku cherokee dapat ditemukan dalam foto atau lukisan yang diambil gambarnya sebelum Tahun 1832. Bahkan, beberapa kepala Suku Indian juga mengenakan tutup kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Penjelajah Muslim
Dilansir dari islamedia.co, para ilmuwan Muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika di antaranya Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (wafat tahun 957); Al Idrisi (wafat tahun 1166); Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384); dan Ibnu Battuta (wafat tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi Muslim Al-Masudi (871-957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, 'Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar' (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Setelah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku 'Akhbar Az Zaman' yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (929-961) dari Dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibnu Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Pelayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307) raja keenam dalam Dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada Tahun 1291. Menurut Dr Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam. Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika.
Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300-1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re'isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
(Bersambung)!
Lihat Juga: Tak Bisa Dibantah Barat, Ini Bukti Ilmuwan Islam Lebih Awal Hadirkan Teknologi Antariksa
(rhs)