Begini Dialog Antara Nabi Musa AS dan Fir'aun Tentang Ketuhanan

Kamis, 04 Juni 2020 - 15:16 WIB
loading...
A A A
﴿ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَنَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡ وَإِنَّا فَوۡقَهُمۡ قَٰهِرُونَ ١٢٧ ﴾ [الأعراف: 127 ]

"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka". (QS al-A'raaf: 127).



Bila ada yang menyoal bagaimana bisa kaumnya Fir'aun menjadi musyrikin, sedangkan Allah ta'ala mengabarkan tentang Fir'aun kalau dirinya mengingkari adanya pencipta, seperti Allah rekam secara jelas melalui beberapa firmanNya, yaitu:

﴿ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ ﴾ [ الشعراء: 23 ]

"Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?". (QS asy-Syu'araa': 23).

Dia juga mengatakan:

﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ٣٨ ﴾ [ القصص: 38 ]

"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku". (QS al-Qashash: 38).

Begitu juga dirinya mengklaim dengan pernyataannya:

﴿ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٢٤ ﴾ [ النازعات: 23-24 ]

"(Fir'aun) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (QS an-Nazi'aat: 23).

Allah ta'ala juga menjelaskan tentang kaumnya:

﴿ فَلَمَّا جَآءَتۡهُمۡ ءَايَٰتُنَا مُبۡصِرَةٗ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ١٣ وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمٗا وَعُلُوّٗاۚ فَٱنظُرۡ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ١٤ ﴾ [النمل: 13-14]

"Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) Padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan". (QS an-Naml: 13-14).



Sebab, kesyirikan tidak mungkin terjadi melainkan dari orang yang telah menetapkan keberaadaan Allah, jika tidak menyakini hal tersebut maka orang yang mengingkari tidak bisa dikatakan sebagai musyrik.

Sanggahan; Allah ta'ala sama sekali tidak menjelaskan tentang pengingkaran adanya pencipta melainkan dari Fir'aun kepada nabi Musa 'alaihi sallam. Wallahu'alam. (Baca juga: Sebelum Kenabian, Sepupu Umar bin Khattab Sudah Berakidah Tauhid)
(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1712 seconds (0.1#10.140)