Surat Yasin Ayat 7-8: Nasib Abu Jahal dan Mereka yang Terbelenggu dalam Kekafiran
loading...
A
A
A
Surat Yasin ayat 7-8 menyampaikan tentang orang-orang yang sudah dicap kafir oleh Allah SWT dan perumpamaan bagi mereka yang terbelenggu oleh kekafirannya tersebut. Ini juga terkait dengan nasib Abu Jahal dan orang-orang yang berniat mencelakai Nabi Muhammad SAW .
Pada ayat ketujuh, Allah SWT memastikan bahwa kebanyakan dari orang-orang kafir tersebut tidak akan beriman selamanya. Allah SWT berfirman:
“Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.” (QS Yasin : 7)
Benar bahwa orang-orang yang sudah dicap kafir pada akhirnya meninggal dunia dalam keadaan kafir.
Nawawi al-Bantani dalam Marah Labid menyebut bahwa mereka terbunuh dalam Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah masuk dalam kategori ini.
Pertanyaannya, apakah dengan begitu keimanan dan kekafiran sepenuhnya ditentukan Allah?
Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menyatakan bertumpu pada kata al-qaul yang bermakna ketetapan Allah, bahwa terjadinya ketetapan tersebut akibat dari perilaku mereka sendiri.
Mereka secara kontinyu mengikuti bisikan iblis dan perilaku tersebut pada akhirnya memantapkan jiwa mereka serta menutup hati mereka dari kebenaran.
Salah satu contoh bisikan iblis ini adalah ketekunan mereka dalam mencari kenikmatan dunia dan meninggalkan akhirat dengan ingkar kepada Nabi Muhammad SAW.
Sumpah Abu Jahal
Hal ini yang menjadikan mereka dicap dengan kekafiran oleh Allah SWT hingga ajal menjemput. Tidak ada ampunan lagi bagi mereka atas apa yang mereka perbuat sewaktu hidupnya, yakni dengan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Keingkaran mereka itu tidak hanya terbesit dalam hati namun juga tampak dalam perbuatan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Jahal yang ingin melukai Nabi Muhammad SAW.
Al-Shawi dalam Hasyiah al-Shawi menyatakan bahwa Abu Jahal bersumpah kepada kaumnya bahwa ia akan mencelakai Nabi Muhammad SAW dengan cara menjatuhkan batu saat Nabi sedang sholat.
Ketika Abu Jahal melihat Nabi sedang melakukan sholat di masjid, ia lantas bergegas untuk memenuhi niatnya. Nahas ketika batu sudah di tangan dan siap dijatuhkan tiba-tiba tangannya refleks melepaskan batu tersebut dan ia gagal melakukan aksinya. Lalu ia kembali kepada kaumnya dan menceritakan kejadian aneh yang baru saja menimpanya.
Ada dua orang yang tertantang untuk melakukan hal serupa setelah mendengar cerita dari Abu Jahal. Namun hasilnya tetap nihil. Bahkan dua orang tersebut mengalami hal yang lebih mengerikan.
Satu orang ditimpa kebutaan dan seorang yang lain mengalami trauma akibat halusinasinya yang akan diterkam binatang buas. Kejadian ini sekaligus menjadi sebab nuzul dari surat yasin ayat 8:
“Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS Yasin : 8)
Wahbah Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir menyatakan bahwa ayat ini merupakan perumpamaan bagi orang-orang yang sudah dicap kafir oleh Allah SWT. Keadaan itu membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa memandang ke muka maupun ke bekalang. Juga tidak bisa menoleh ke kanan maupun kiri. Menunduk pun tidak bisa.
Al-Bantani memaknai perumpamaan ini dengan orang yang sedang dicegah kedua tangannya untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Hal ini terjadi karena mereka sudah memantapkan jiwanya untuk mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW sehingga tidak akan terbersit sedikitpun dalam jiwa mereka untuk menolong Nabi Muhammad SAW.
Pada ayat ketujuh, Allah SWT memastikan bahwa kebanyakan dari orang-orang kafir tersebut tidak akan beriman selamanya. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.” (QS Yasin : 7)
Benar bahwa orang-orang yang sudah dicap kafir pada akhirnya meninggal dunia dalam keadaan kafir.
Nawawi al-Bantani dalam Marah Labid menyebut bahwa mereka terbunuh dalam Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah masuk dalam kategori ini.
Pertanyaannya, apakah dengan begitu keimanan dan kekafiran sepenuhnya ditentukan Allah?
Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menyatakan bertumpu pada kata al-qaul yang bermakna ketetapan Allah, bahwa terjadinya ketetapan tersebut akibat dari perilaku mereka sendiri.
Mereka secara kontinyu mengikuti bisikan iblis dan perilaku tersebut pada akhirnya memantapkan jiwa mereka serta menutup hati mereka dari kebenaran.
Salah satu contoh bisikan iblis ini adalah ketekunan mereka dalam mencari kenikmatan dunia dan meninggalkan akhirat dengan ingkar kepada Nabi Muhammad SAW.
Sumpah Abu Jahal
Hal ini yang menjadikan mereka dicap dengan kekafiran oleh Allah SWT hingga ajal menjemput. Tidak ada ampunan lagi bagi mereka atas apa yang mereka perbuat sewaktu hidupnya, yakni dengan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Keingkaran mereka itu tidak hanya terbesit dalam hati namun juga tampak dalam perbuatan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Jahal yang ingin melukai Nabi Muhammad SAW.
Al-Shawi dalam Hasyiah al-Shawi menyatakan bahwa Abu Jahal bersumpah kepada kaumnya bahwa ia akan mencelakai Nabi Muhammad SAW dengan cara menjatuhkan batu saat Nabi sedang sholat.
Ketika Abu Jahal melihat Nabi sedang melakukan sholat di masjid, ia lantas bergegas untuk memenuhi niatnya. Nahas ketika batu sudah di tangan dan siap dijatuhkan tiba-tiba tangannya refleks melepaskan batu tersebut dan ia gagal melakukan aksinya. Lalu ia kembali kepada kaumnya dan menceritakan kejadian aneh yang baru saja menimpanya.
Ada dua orang yang tertantang untuk melakukan hal serupa setelah mendengar cerita dari Abu Jahal. Namun hasilnya tetap nihil. Bahkan dua orang tersebut mengalami hal yang lebih mengerikan.
Satu orang ditimpa kebutaan dan seorang yang lain mengalami trauma akibat halusinasinya yang akan diterkam binatang buas. Kejadian ini sekaligus menjadi sebab nuzul dari surat yasin ayat 8:
اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
“Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS Yasin : 8)
Wahbah Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir menyatakan bahwa ayat ini merupakan perumpamaan bagi orang-orang yang sudah dicap kafir oleh Allah SWT. Keadaan itu membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa memandang ke muka maupun ke bekalang. Juga tidak bisa menoleh ke kanan maupun kiri. Menunduk pun tidak bisa.
Al-Bantani memaknai perumpamaan ini dengan orang yang sedang dicegah kedua tangannya untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Hal ini terjadi karena mereka sudah memantapkan jiwanya untuk mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW sehingga tidak akan terbersit sedikitpun dalam jiwa mereka untuk menolong Nabi Muhammad SAW.
(mhy)