Adam dan Hawa Tak Lakukan Hubungan Intim Selama di Surga
loading...
A
A
A
Nabi Adam dan Siti Hawa tidak pernah melakukan hubungan intim selama di surga. Begitu bunyi sebuah hadis yang dikutip Ibnu Katsir menerangkan. Hanya saja, sejarawan Mesir Muhammad bin Iyas mengungkap hal yang berbeda. Menurut dia, Adam menggauli Hawa di tempat khusus yang ada di surga Firdaus .
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul Al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan bahwa selama berada di surga, Adam sama sekali belum pernah menggauli Hawa. Hal ini bisa disimpulkan dari riwayat yang dituturkan oleh Anas ra bahwa Rasulullah bersabda:
"Adam dan Hawa turun dari surga ke bumi dalam keadaan telanjang dan keduanya hanya mengenakan beberapa helai daun (dari) surga untuk menutup auratnya."
"Kemudian Adam merasa panas hingga ia duduk menangis sembari berkata kepada istrinya: 'Wahai Hawa, sungguh hawa panas ini telah membuatku sakit'."
"Maka datanglah Jibril kepadanya (Adam) dengan membawa kapas dan memerintahkan kepada Hawa untuk memintalnya setelah mengajarkan cara memintal padanya, setelah itu Jibril memerintahkan kepada Adam untuk menenum dan mengajarkan padanya cara menenun."
Ia juga menambahkan, "Adam belum pernah menggauli istrinya selama di surga hingga keduanya turun dari surga dikarenakan kesalahan mereka memakan buah pohon khuldi."
Disebutkan juga, "Dan keduanya tidur sendiri-sendiri; salah seorang dari keduanya tidur di satu sisi, sedang yang lainnya tidur di sisi yang lain, hingga Jibril mendatangi Adam dan memerintahkannya untuk mendatangi istrinya."
Ditambahkan, "Dan Jibril juga mengajarkan kepadanya bagaimana 'mendatangi' istrinya. Setelah Adam 'mendatangi' istrinya, Jibril menjumpainya lagi dan bertanya kepadanya: "Bagaimana dengan istrimu?"
Adam menjawab, "Ia orang baik."
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam karyanya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menuturkan tatkala Adam dan Hawa diantar Malaikat sampai ke surga Firdaus, mereka berdua melihat ranjang dari permata yang mempunyai 700 kaki dari yakut merah dan di atasnya ada kasur dari sutera hijau.
Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bersama Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.
Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. "Apabila Adam ingin bersenggama dengan Hawa, maka dia masuk ke dalam kubah yang terbuat dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang terbuat dari sutera. Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya," tulis Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas.
Muhammad ibn Iyas (1448-1522) adalah salah satu sejarawan terpenting dalam sejarah Mesir modern. Dia adalah saksi mata invasi Utsmaniyah ke Mesir.
Pernikahan Adam dan Hawa
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menuturkan setelah Adam turun dari mimbar, dia duduk di antara para malaikat. Kemudian Allah menjadikan dia tertidur karena di dalam tidur itu ada ketenangan bagi badan. Ketika tidur, dia melihat Hawa di dalam mimpinya, padahal Hawa belum diciptakan.
Dia tertarik kepadanya ketika melihatnya. Kemudian Allah keluarkan dari tulang rusuknya yang sebelah kiri. Dari tulang rusuk itu diciptakanlah Hawa sama seperti bentuk Adam. Allah menciptakan Hawa dengan seindah-indahnya dan memberikannya seribu keindahan bidadari. Maka, jadilah Hawa wanita tercantik di antara sekian wanita yang kemudian menjadi anak-anaknya hingga Hari Kiamat.
Dia memiliki 700 kepangan rambut. Tingginya sebanding dengan Adam. Dia diberikan pakaian dan perhiasan dari surga sehingga dia sangat bersinar lebih terang daripada matahari.
Karena mimpi itu, Adam terbangun dari tidurnya dan ternyata dia mendapatkan Hawa telah berada di sampingnya dan membuatnya takjub.
Adam terasuki syahwat kepadanya. Maka, dikatakan kepada Adam, “Janganlah engkau lakukan (mengumpulinya) sampai engkau membayar maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah menjawab, “Aku melarangmu mendekati pohon hinthah (gandum). Engkau jangan memakan buahnya. Itulah maskawinnya.”
Menurut sebuah riwayat, Allah berfirman, “Berikanlah dahulu maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah berfirman, “Maskawinnya adalah selawat kepada nabi-Ku dan kekasih-Ku, yaitu Muhammad.”
Adam bertanya, “Siapa gerangan Muhammad itu?”
Allah berfirman, “Dia adalah salah satu dari anakmu. Dia adalah nabi terakhir. Seandainya tidak ada dia, tentu Aku tidak akan menciptakan makhluk.”
Selanjutnya, Allah mengusap punggung Adam. Dari Adam, Dia mengeluarkan keturunannya yang banyak sekali seperti debu. Ada yang putih, yang hitam; ada laki-laki dan ada juga wanita. Dia mengalirkan cahaya kepada mereka dari cahaya-Nya.
Barangsiapa menangkap cahaya itu, maka dia menjadi orang yang beriman; dan orang yang tidak mengambilnya, akan menjadi kafir. Di antara mereka ada orang-orang yang mendapatkan cahaya yang berkilau. Adam bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah mereka itu?”
Allah menjawab, “Mereka adalah para nabi dari keturunanmu, wahai Adam.”
Kemudian Allah mengawinkan Adam dengan Hawa. Itu terjadi pada hari Jumat menjelang sore hari. Oleh karena itu, disunnahkan akad nikah dilaksanakan di hari Jumat.
Menurut sebuah riwayat, Adam itu lebih menawan daripada Hawa, tetapi Hawa lebih lembut. Kemudian Allah memerintahkan malaikat Ridwan, juru kunci surga, untuk mendekorasi gedung dan mendandani wildan (anak-anak yang ada di surga) dan para bidadari.
Adam diberi kuda yang diciptakan dari minyak kesturi yang sangat harum baunya, yang diberi nama Maimun, yang larinya cepat bagaikan kilat yang menyambar.
Ketika kuda itu sudah ada di hadapan Adam, maka Adam menungganginya.
Hawa diberi unta dari surga yang di atasnya ada haudah dari permata. Hawa naik ke haudah yang ada di atas unta itu. Selanjutnya, Jibril as memegang kendali kuda. Mikail berjalan di sebelah kanannya dan Israfil di sebelah kirinya. Mereka membawanya jalan-jalan ke semua pelosok langit.
Setiap kali melewati malaikat, Adam memberikan salam kepada mereka. Para malaikat berkata, “Betapa mulianya makhluk Allah ini.”
Hawa ikut bersamanya, tetapi dia menunggangi unta. Para malaikat membawa mereka berkeliling sampai akhirnya mereka datang ke pintu surga. Mereka berhenti sejenak di depan pintu surga.
Allah mewahyukan kepada Adam, “Inilah surga-Ku dan rumah kemuliaan-Ku, masuklah kalian berdua ke dalamnya, dan makanlah kalian berdua makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kalian berdua sukai, dan janganlah kalian berdua dekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang zalim.” ( QS Al-Baqarah : 35 ).
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul Al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan bahwa selama berada di surga, Adam sama sekali belum pernah menggauli Hawa. Hal ini bisa disimpulkan dari riwayat yang dituturkan oleh Anas ra bahwa Rasulullah bersabda:
"Adam dan Hawa turun dari surga ke bumi dalam keadaan telanjang dan keduanya hanya mengenakan beberapa helai daun (dari) surga untuk menutup auratnya."
"Kemudian Adam merasa panas hingga ia duduk menangis sembari berkata kepada istrinya: 'Wahai Hawa, sungguh hawa panas ini telah membuatku sakit'."
"Maka datanglah Jibril kepadanya (Adam) dengan membawa kapas dan memerintahkan kepada Hawa untuk memintalnya setelah mengajarkan cara memintal padanya, setelah itu Jibril memerintahkan kepada Adam untuk menenum dan mengajarkan padanya cara menenun."
Ia juga menambahkan, "Adam belum pernah menggauli istrinya selama di surga hingga keduanya turun dari surga dikarenakan kesalahan mereka memakan buah pohon khuldi."
Disebutkan juga, "Dan keduanya tidur sendiri-sendiri; salah seorang dari keduanya tidur di satu sisi, sedang yang lainnya tidur di sisi yang lain, hingga Jibril mendatangi Adam dan memerintahkannya untuk mendatangi istrinya."
Ditambahkan, "Dan Jibril juga mengajarkan kepadanya bagaimana 'mendatangi' istrinya. Setelah Adam 'mendatangi' istrinya, Jibril menjumpainya lagi dan bertanya kepadanya: "Bagaimana dengan istrimu?"
Adam menjawab, "Ia orang baik."
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam karyanya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menuturkan tatkala Adam dan Hawa diantar Malaikat sampai ke surga Firdaus, mereka berdua melihat ranjang dari permata yang mempunyai 700 kaki dari yakut merah dan di atasnya ada kasur dari sutera hijau.
Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bersama Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.
Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. "Apabila Adam ingin bersenggama dengan Hawa, maka dia masuk ke dalam kubah yang terbuat dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang terbuat dari sutera. Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya," tulis Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas.
Muhammad ibn Iyas (1448-1522) adalah salah satu sejarawan terpenting dalam sejarah Mesir modern. Dia adalah saksi mata invasi Utsmaniyah ke Mesir.
Pernikahan Adam dan Hawa
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menuturkan setelah Adam turun dari mimbar, dia duduk di antara para malaikat. Kemudian Allah menjadikan dia tertidur karena di dalam tidur itu ada ketenangan bagi badan. Ketika tidur, dia melihat Hawa di dalam mimpinya, padahal Hawa belum diciptakan.
Dia tertarik kepadanya ketika melihatnya. Kemudian Allah keluarkan dari tulang rusuknya yang sebelah kiri. Dari tulang rusuk itu diciptakanlah Hawa sama seperti bentuk Adam. Allah menciptakan Hawa dengan seindah-indahnya dan memberikannya seribu keindahan bidadari. Maka, jadilah Hawa wanita tercantik di antara sekian wanita yang kemudian menjadi anak-anaknya hingga Hari Kiamat.
Dia memiliki 700 kepangan rambut. Tingginya sebanding dengan Adam. Dia diberikan pakaian dan perhiasan dari surga sehingga dia sangat bersinar lebih terang daripada matahari.
Karena mimpi itu, Adam terbangun dari tidurnya dan ternyata dia mendapatkan Hawa telah berada di sampingnya dan membuatnya takjub.
Adam terasuki syahwat kepadanya. Maka, dikatakan kepada Adam, “Janganlah engkau lakukan (mengumpulinya) sampai engkau membayar maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah menjawab, “Aku melarangmu mendekati pohon hinthah (gandum). Engkau jangan memakan buahnya. Itulah maskawinnya.”
Menurut sebuah riwayat, Allah berfirman, “Berikanlah dahulu maskawinnya.”
Adam bertanya, “Maskawinnya apa?”
Allah berfirman, “Maskawinnya adalah selawat kepada nabi-Ku dan kekasih-Ku, yaitu Muhammad.”
Adam bertanya, “Siapa gerangan Muhammad itu?”
Allah berfirman, “Dia adalah salah satu dari anakmu. Dia adalah nabi terakhir. Seandainya tidak ada dia, tentu Aku tidak akan menciptakan makhluk.”
Selanjutnya, Allah mengusap punggung Adam. Dari Adam, Dia mengeluarkan keturunannya yang banyak sekali seperti debu. Ada yang putih, yang hitam; ada laki-laki dan ada juga wanita. Dia mengalirkan cahaya kepada mereka dari cahaya-Nya.
Barangsiapa menangkap cahaya itu, maka dia menjadi orang yang beriman; dan orang yang tidak mengambilnya, akan menjadi kafir. Di antara mereka ada orang-orang yang mendapatkan cahaya yang berkilau. Adam bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah mereka itu?”
Allah menjawab, “Mereka adalah para nabi dari keturunanmu, wahai Adam.”
Kemudian Allah mengawinkan Adam dengan Hawa. Itu terjadi pada hari Jumat menjelang sore hari. Oleh karena itu, disunnahkan akad nikah dilaksanakan di hari Jumat.
Menurut sebuah riwayat, Adam itu lebih menawan daripada Hawa, tetapi Hawa lebih lembut. Kemudian Allah memerintahkan malaikat Ridwan, juru kunci surga, untuk mendekorasi gedung dan mendandani wildan (anak-anak yang ada di surga) dan para bidadari.
Adam diberi kuda yang diciptakan dari minyak kesturi yang sangat harum baunya, yang diberi nama Maimun, yang larinya cepat bagaikan kilat yang menyambar.
Ketika kuda itu sudah ada di hadapan Adam, maka Adam menungganginya.
Hawa diberi unta dari surga yang di atasnya ada haudah dari permata. Hawa naik ke haudah yang ada di atas unta itu. Selanjutnya, Jibril as memegang kendali kuda. Mikail berjalan di sebelah kanannya dan Israfil di sebelah kirinya. Mereka membawanya jalan-jalan ke semua pelosok langit.
Setiap kali melewati malaikat, Adam memberikan salam kepada mereka. Para malaikat berkata, “Betapa mulianya makhluk Allah ini.”
Hawa ikut bersamanya, tetapi dia menunggangi unta. Para malaikat membawa mereka berkeliling sampai akhirnya mereka datang ke pintu surga. Mereka berhenti sejenak di depan pintu surga.
Allah mewahyukan kepada Adam, “Inilah surga-Ku dan rumah kemuliaan-Ku, masuklah kalian berdua ke dalamnya, dan makanlah kalian berdua makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kalian berdua sukai, dan janganlah kalian berdua dekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang zalim.” ( QS Al-Baqarah : 35 ).
(mhy)