8 Keburukan dan Bahaya Tertawa Terbahak-bahak

Rabu, 01 Desember 2021 - 21:22 WIB
loading...
8 Keburukan dan Bahaya...
Rasulullah melarang umatnya tertawa terbahak-bahak karena dapat mematikan hati. Foto/dok darunnajah.com
A A A
Tertawa bukanlah hal terlarang, namun jika berlebihan atau sering tertawa terbahak-bahak maka dapat mendatangkan mudarat dan penyesalan di Hari Kiamat. Ada 8 keburukan dan bahaya yang disebabkan tertawa terbahak-bahak.

Islam mengajarkan senyum sebagai ciri kelembutan hati, bukan dengan tertawa berlebihan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mengingatkan manusia agar tidak banyak tertawa sebagaimana sabda Beliau:

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

"Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati." (HR at-Tirmidzi)

Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) dalam Kitab Tanbihul Ghafilin menerangkan 8 bahaya tertawa terbahak-bahak. Di antaranya:

1. Tercela oleh ulama.
2. Membuat orang bodoh lantang (berani) kepadanya
3. Jika engkau bodoh niscaya bertambah kebodohanmu dan bila engkau alim berkurang ilmumu sebab ada riwayat: "Seorang Alim jika tertawa berarti telah memuntahkan ilmunya".
4. Dapat melupakan dosa-dosa yang lampau
5. Memberanikan berbuat dosa di masa mendatang sebab bila tertawa terbahak-bahak akan membekukan hati.
6. Melupakan mati dan Akhirat.
7. Engkau menanggung dosa orang yang tertawa karena tertawamu
8. Menyebabkan banyak menangis di Akhirat.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

فَلۡيَـضۡحَكُوۡا قَلِيۡلاً وَّلۡيَبۡكُوۡا كَثِيۡرًا‌ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ

"Maka biarkanlah mereka tertawa sedikit dan menangis yang banyak, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat." (QS. At-Taubah Ayat 82)

Abu Dzar menafsirkan ayat di atas: "Hendaklah mereka ketawa sedikit, sebab di dunia ini sedikit dan mereka akan menangis banyak. Karena akhirat itu abadi sebagai pembalasan terhadap apa yang mereka perbuat."

Dikisahkan oleh Abu Laits bahwa Imam Abu Hanifah pernah berkata: "Saya pernah tertawa satu kali dan saya sangat menyesal atas kejadian itu, ketika saya berdebat dengan Amr bin Ubaid Alqadari (orang yang bermazhab Qodariyah yang tidak percaya pada takdir Allah yang sudah selesai). Ketika saya merasa menang lalu tertawa, maka ia berkata: "Engkau bicara tentang ilmu dan tertawa, maka saya tidak akan berkata-kata kepadamu untuk selamanya."

"Maka saya sangat menyesal, sebab andaikan saya tidak tertawa niscaya akan dapat menundukkannya kefahamanku sehingga menjadi kebaikan bagi ilmu."

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2406 seconds (0.1#10.140)