8 Cara Syirik, Penyihir Berkolaborasi dengan Jin

Jum'at, 03 Desember 2021 - 17:07 WIB
loading...
A A A
Menurut Wahid bin Abdissalam Baali, tukang sihir yang menggunakan cara sulfiyah ini, disyaratkan harus melakukan sejumlah perbuatan dosa besar misalnya, menyetubuhi wanita yang bukan istrinya, melakukan hubungan sesama jenis, melakukan perzinahan, atau mencela agama. "Semuanya itu dimaksudkan untuk mencari keridhaan setan," ujarnya.

Keempat, cara najasah (menulis ayat-ayat Al-Qur'an dengan benda najis). Wahid bin Abdissalam Baali mengatakan seorang penyihir akan menulis salah satu surat dalam Al-Qur'an dengan menggunakan darah haid atau benda-benda najis lainnya, dan setelah itu membaca mantra, hingga jin muncul, untuk selanjutnya ia perintahkan apa saja yang ia kehendaki.

"Kekufuran dengan cara ini sudah sangat jelas dan tidak tersembunyi lagi, karena penghinaan dan pencemoohan terhadap salah satu surat atau bahkan satu ayat Al-Qur’an al-Karim merupakan bentuk kekufuran kepada Allah yang Maha Agung," ujarnya.

Kelima, cara tankis (menulis ayat-ayat Al-Quaran secara terbalik). Tukang sihir menulis salah satu surat al-Quran dengan huruf-huruf terpisah dan terbalik, yaitu ditulis bagian akhirnya dulu baru kemudian bagian awalnya.

Setelah itu dia membaca mantra yang berbau syirik, sehingga jin pun datang, lalu dia menyuruhnya melakukan apa yang dia inginkan. "Cara ini pun jelas haram, karena didalamnya mengandung unsur kesyirikan dan kekufuran," jelas Wahid bin Abdissalam Baali.



Keenam, cara tanjim (menyembah bintang). Cara ini disebut juga ar-rashd, karena dengan cara ini seorang tukang sihir akan memantau munculnya bintang tertentu, kemudian berbicara dengan bintang tersebut dengan membaca mantra-mantra sihir, selanjutnya membacakan mantra lain yang mengandung kesyirikan dan kekufuran kepada Allah.

Setelah itu, dia melakukan beberapa gerakan laiknya bentuk penyembahan terhadap bintang tersebut.

Pada saat itu, setan akan menyambut dan menjalankan semua perintah tukang sihir itu.

Para tukang sihir mengungkap bahwa sihir itu tidak akan bisa diobati kecuali jika bintang itu muncul, lagi pada waktu yang lain.

Menurut Wahid bin Abdissalam Baali, di sana terdapat beberapa bintang yang tidak muncul, kecuali sekali dalam setahun, sehingga mereka harus menunggu kemunculannya, dan setelah muncul baru mereka akan membaca mantra-mantra yang meminta pertolongan kepada bintang untuk menghilangkan sihir tersebut.

Ketujuh, cara al-kaff (melihat melalui telapak tangan). Wahid bin Abdissalam Baali menjelaskan, dalam cara ini, tukang sihir akan menghadirkan seorang anak kecil yang belum baligh dengan syarat anak itu tidak dalam keadaan berwudhu. Kemudian dia akan melihat telapak tangan kiri anak tersebut, lalu menggambarkan garis persegi empat.
"Di sekitar garis ini akan dituliskan beberapa mantra sihir, yang sudah pasti mengandung unsur kesyirikan," katanya.

Mantra-mantra tersebut ditulis di semua sisi garis dari persegi empat itu. Kemudian diletakkan di telapak tangan anak tersebut, tepat di tengah empat persegi itu “minyak dan bunga berwarna biru” atau “minyak dan tinta berwarna biru”.

Selanjutnya, dia tuliskan mantra lain dengan huruf terpisah di atas kertas persegi panjang. Kemudian meletakan kertas tersebut seperti payung di atas wajah si anak tersebut dan memakaikan topi di atasnya agar tidak lepas.

Selanjutnya, anak itu ditutup seluruh badannya dengan kain yang berat. Dalam kondisi seperti ini, anak kecil tersebut bisa melihat telapak tangannya (karena pengaruh sihir), yang tentunya dia tidak akan dapat melihatnya karena gelap.

Kemudian tukang sihir itu akan mulai membaca mantra. Tiba-tiba anak itu akan merasa seakan-akan menjadi terang benderang dan melihat gambar yang bergerak di telapak tangannya.

Lalu si penyihir itu akan bertanya kepada anak itu, “Apa yang kamu lihat?”

“Aku melihat gambar seorang laki-laki di hadapanku,” jawab anak itu.

“Katakan kepada orang itu, tuanmu berkata kepadamu dengan memerintahkan ini dan itu,” papar si penyihir itu.

"Maka gambar itu pun bergerak sesuai perintah. Seringkali cara ini dipergunakan untuk mencari sesuatu yang hilang. Tidak tertutup lagi bahwa dalam cara ini mengandung kemusyrikan dan kekufuran serta mantra-mantra yang tidak dapat dipahami," ujar Wahid bin Abdissalam Baali..
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2596 seconds (0.1#10.140)