Pujian Imam Malik kepada Imam Syafi'i, Berikut Kisahnya (3/Tamat)
loading...
A
A
A
Imam Syafi'i (wafat 204 H) adalah salah satu murid terbaik Imam Malik, ulama pendiri Mazhab Maliki (wafat 179 H). Kedua ulama besar ini punya kisah-kisah menarik yang dapat dijadikan hikmah dan pelajaran.
Dalam satu paparannya, Ustaz Ubaidillah Arsyad menceritakan pujian Imam Malik kepada Imam Asy-Syafi'i yang menukil beberapa kitab. Dikisahkan, suatu hari Imam Malik pergi secara sembunyi-sembunyi ke belakang salah satu tiang masjid untuk mendengarkan sang murid Syafi'i (yang sedang mengajar).
Imam Malik sembunyi agar tidak menimbulkan rasa sungkan bagi Imam Syafi'i terhadap gurunya itu. Setelah Imam Malik duduk memberikan nasehat kepada orang-orang, beliau menulis di tiang masjid:
من أراد العلم التفيس، فعليه بمحمد بن ادريس
"Barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu yang berharga, hendaklah dia belajar dengan Muhammad bin Idris yaitu Imam syafi'i."
Tatkala Imam Syafi'i membaca tulisan tersebut, beliau pun berkata: "Aku yakin bahwasanya perkataan (yang tertulis di tiang masjid) itu adalah perkataan guru kita, Imam Malik".
Maka beliau pun menulis di bawah tulisan itu dengan tulisan:
كيف (لايكون) ذلك؟! وهو تلميذك يا مالك
"Bagaimana tidak seperti itu?, dia (Imam Syafi'i) adalah muridmu wahai Malik". (Anisul Mukminin: 81)
Dalam Al-Manhaj as-Sawiy: 451 disebutkan, Imam Syafi'i membagi malam harinya menjadi tiga bagian: 1/3 malam untuk sholat, 1/3 malam untuk belajar, dan 1/3 malam untuk tidur. Keterangan senada juga ditulis di Nurul Abshar: 234.
Imam Syafi'i adalah orang yang punya hafalan kuat dan punya kecepatan dalam menghafal. Sehingga beliau meletakkan lengan bajunya di halaman buku sebelah kirinya supaya hafalan halaman sebelah kiri itu tidak mendahului hafalan halaman sebelah kanan. (Nafahatun Nasim al-Hajiri: 195)
Seandainya 100 bait syair dibacakan pada Imam Syafi'i, niscaya beliau akan menghafal 100 bait syair tersebut seketika. Begitulah kehebatan Imam Syafi'i dalam menghafal.
Tak heran ketika berusia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an. Tak hanya sekadar hafal, namun juga menguasai ilmu tafsirnya, ulumul Qur'an dan segala macam ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Saat berusia 10 tahun, Imam Syafi'i sudah menghafal Kitab Al-Muwatta' (kumpulan hadis) karya Imam Malik.
Dalam satu paparannya, Ustaz Ubaidillah Arsyad menceritakan pujian Imam Malik kepada Imam Asy-Syafi'i yang menukil beberapa kitab. Dikisahkan, suatu hari Imam Malik pergi secara sembunyi-sembunyi ke belakang salah satu tiang masjid untuk mendengarkan sang murid Syafi'i (yang sedang mengajar).
Imam Malik sembunyi agar tidak menimbulkan rasa sungkan bagi Imam Syafi'i terhadap gurunya itu. Setelah Imam Malik duduk memberikan nasehat kepada orang-orang, beliau menulis di tiang masjid:
من أراد العلم التفيس، فعليه بمحمد بن ادريس
"Barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu yang berharga, hendaklah dia belajar dengan Muhammad bin Idris yaitu Imam syafi'i."
Tatkala Imam Syafi'i membaca tulisan tersebut, beliau pun berkata: "Aku yakin bahwasanya perkataan (yang tertulis di tiang masjid) itu adalah perkataan guru kita, Imam Malik".
Maka beliau pun menulis di bawah tulisan itu dengan tulisan:
كيف (لايكون) ذلك؟! وهو تلميذك يا مالك
"Bagaimana tidak seperti itu?, dia (Imam Syafi'i) adalah muridmu wahai Malik". (Anisul Mukminin: 81)
Dalam Al-Manhaj as-Sawiy: 451 disebutkan, Imam Syafi'i membagi malam harinya menjadi tiga bagian: 1/3 malam untuk sholat, 1/3 malam untuk belajar, dan 1/3 malam untuk tidur. Keterangan senada juga ditulis di Nurul Abshar: 234.
Imam Syafi'i adalah orang yang punya hafalan kuat dan punya kecepatan dalam menghafal. Sehingga beliau meletakkan lengan bajunya di halaman buku sebelah kirinya supaya hafalan halaman sebelah kiri itu tidak mendahului hafalan halaman sebelah kanan. (Nafahatun Nasim al-Hajiri: 195)
Seandainya 100 bait syair dibacakan pada Imam Syafi'i, niscaya beliau akan menghafal 100 bait syair tersebut seketika. Begitulah kehebatan Imam Syafi'i dalam menghafal.
Tak heran ketika berusia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an. Tak hanya sekadar hafal, namun juga menguasai ilmu tafsirnya, ulumul Qur'an dan segala macam ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Saat berusia 10 tahun, Imam Syafi'i sudah menghafal Kitab Al-Muwatta' (kumpulan hadis) karya Imam Malik.
(rhs)