Dosa Nabi Musa: Tak Sengaja Membunuh sampai Membuang Taurat

Senin, 27 Desember 2021 - 12:01 WIB
loading...
Dosa Nabi Musa: Tak Sengaja Membunuh sampai Membuang Taurat
Nabi dan rasul tidak lepas dari dosa. Nabi Musa AS, misalnya, juga melakukan dosa di dalam hidupnya. (Foto/Ilustrasi : Ist)
A A A
Nabi dan rasul tidak lepas dari dosa. Nabi Musa AS , misalnya, juga melakukan dosa di dalam hidupnya. Allah SWT menurunkan Taurat kepadanya, menjadikannya sebagai salah satu ulul 'azmi dari sekian rasul, serta membekalinya dengan sembilan ayat-ayat penjelas. Hanya saja, beliau tak lepas dari dosa. Lantaran dosa-dosa itu, beliau menyesal dan bertobat kepada Allah SWT.

Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "at Taubat Ila Allah" menjelaskan Al-Quran telah menceritakan kepada kita tentang tobat Musa yang dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan menerima kalam-Nya.

Nabi Musa telah melakukan dosa sebelum mendapatkan risalah. "Yaitu karena menuruti permintaan seseorang dari kaumnya yang sedang bertengkar dengan kaum Fir'aun untuk membantunya, maka kemudian Musa memukulnya sehingga orang itupun tewas seketika," tutur al-Qardhawi.

Ketika itu Nabi Musa berusia 30-40 tahun. Pada satu waktu beliau keluar dari lingkungan istana Firaun dan masuk ke dalam kota Memphis dengan sembunyi-sembunyi. Ini dilakukan agar tidak dilihat pasukan Firaun bahwa dirinya keluar dari istana.

Nabi Musa masuk ke kota itu pada siang hari, ketika kondisi sepi karena waktu istirahat bagi masyarakat Mesir. Alasan Nabi Musa keluar dari Istana karena sejatinya Nabi Musa telah lama menahan keresahan hatinya disebabkan melihat ketidakadilan dan kekejaman yang dipertontonkan Firaun.

Sebagaimana keterangan surat Al Qasas ayat 15 , ketika memasuki kota Memphis, Nabi Musa mendapati dua orang lelaki yang sedang berkelahi yaitu seorang dari golongan Bani Israel dan seorang lainnya adalah dari suku Qibthi.

Kala itu, lelaki dari Bani Israil tersebut meminta tolong kepada Nabi Musa. Lelaki itu meminta agar Nabi Musa mengalahkan orang Qibthi itu. Nabi Musa pun membantunya. Ia pun mendorongnya, lalu memukulnya sehingga membuat orang Qibthi itu terjatuh dan mati seketika.

Melihat lelaki Qibthi itu mati, Nabi Musa pun merasa menyesal. Hingga kemudian dia memanjatkan doa sebagaimana dapat ditemukan pada surat Al Qasas ayat 16.

Nabi Musa sampai tiga kali memohon ampunan Allah. Dan Allah pun mengampuni Nabi Musa. Dan diterangkan pada ayat 17, Nabi Musa berjanji tidak akan menjadi penolong orang-orang yang berdosa.

وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَٰذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَٰذَا مِنْ عَدُوِّهِ ۖ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ


Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan setan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). ( QS al Qashash : 15)

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS al Qashash : 16)

قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ


Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa". ( QS al Qashash : 17)

Setelah Menerima Risalah
Beliau juga telah melakukan kesalahan setelah menerima risalah. Ini terekam dalam Al-Quran Surat al A'raaf ayat 143

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ


Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau".

Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".

Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". ( QS al A'raaf : 143)

Di sini, Allah SWT berfirman:

قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ


"Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu. Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." ( QS al A'raaf : 144)

Ketika Musa kembali kepada kaumnya setelah beliau melakukan munajat kepada Rabbnya selama empat puluh malam, dan mendapati kaumnya telah menyembah anak sapi yang dibuat oleh Samiri, dan menjadikan anak sapi itu sebagai tuhan yang disembah, maka amarah beliaupun segera meledak.

Dan bersabda: "Alangkah buruknya perlakuan kalian sepeninggalku".

Kemudian beliau melemparkan lembaran-lembaran yang terdapat di dalamnya Taurat kalam Allah. Beliau melemparkan lembaran itu ke tanah, padahal di dalamnya terdapat firman-firman Allah.

Kemudian menarik kepala saudaranya, Harun, kepadanya, padahal ia juga adalah rasul sepertinya jua. Dan saudaranya itu berkata kepadanya: "Wahai saudara seibuku, mengapa engkau tarik jenggot dan kepalaku, karena kaum kita itu menganggap aku lemah, dan mereka hampir membunuhku, maka janganlah engkau jadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah jadikan aku dari kelompok orang yang zalim."

Syaikh Al-Qardhawi mengatakan di sini Musa menyadari kemarahannya itu, meskipun marahnya itu karena Allah SWT.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ ۖ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ


Musa berdo'a: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." ( QS al A'raaf : 151)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1949 seconds (0.1#10.140)