Segera Jauhi, Dampak Buruk Maksiat Sangat Merugikan Diri

Sabtu, 01 Januari 2022 - 15:45 WIB
loading...
Segera Jauhi, Dampak Buruk Maksiat Sangat Merugikan Diri
Bagi seorang hamba yang perilakunya penuh dengan maksiat akan bisa menyesakkan hatinya, membuatnya gelisah, dan gundah. Foto ilustrasi/ist
A A A
Perbuatan maksiat memiliki banyak sekali dampak buruk, namun kebanyakan orang tidak memahaminya karena tidak langsung dirasakan. Padahal efeknya akan terasa beberapa waktu kemudian. Di antara dampak buruk maksiat itu, yakni akan terhalang dari mendapatkan ilmu, malas beribadah, hatinya suram dan sempit serta masih banyak lagi.

Bagi seorang hamba yang perilakunya penuh dengan maksiat akan bisa menyesakkan hatinya, membuatnya gelisah, dan gundah. Sebaliknya, dengan meninggalkan maksiat, maka kita akan meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

“Kebajikan itu adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tenteram kepadanya, sedangkan dosa adalah apa saja yang mengganjal dihatimu dan membuatmu ragu meskipun manusia memberi penjelasan kepadamu.” (HR. ad-Darimi 2588)


Muslimah, sebagai muslim kita perlu tahu bahwa dosa dan maksiat sangat berbahaya bagi hati, seperti bahayanya racun apabila masuk ke dalam tubuh. Seluruh keburukan dan bencana yang menimpa tidak lain dikarenakan dosa dan maksiat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير

”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. Asy Syuara : 30)

Salah satu bentuk kemaksiatan yang sering dianggap remeh muslimah adalah enggan menutup aurat. Padahal, menutup aurat atau berhijab bagi muslimah adalah perintah langsung dari Allah.

Seperti firman-Nya :
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: Ayat 59)

Tidak menutup aurat juga menjadi salah satu sumber perzinahan. Al-Hafidz Ibn al-Jauzi, mengatakan bahwa andai saja orang yang melakukan maksiat menyadari, betapa kenikmatan maksiat itu hanya sesaat, kemudian setelah itu dia merasakan akibat kemaksiatannya, yaitu kemurkaan Allah, dosa dan siksa-Nya, maka orang itu tidak akan sanggup melakukan maksiat.

Yang ironi, ada orang yang melakukan maksiat, berzina dan berzina, mencuri dan mencuri, makan riba dan makan riba, anehnya tetap merasa tidak ada masalah. Baginya, kemaksiatannya itu tidak ada dampaknya secara nyata dalam hidupnya. Dia pun enjoy menikmati hidup bergelimang maksiat. Apa yang sesungguhnya terjadi pada orang seperti ini?

Ibn al-Jauzi memberikan jawaban, “Kemaksiatan itu diganjar dengan kemaksiatan.” maksudnya, ketika orang melakukan satu maksiat, lalu diikuti maksiat berikutnya, maka kemaksiatan berikutnya itu sesungguhnya adalah siksa Allah, tetapi dia tidak merasa, bahwa dia sedang disiksa oleh Allah.

Sebaliknya, “Kebaikan setelah kebaikan adalah pahala bagi kebaikan itu.” Orang yang melakukan maksiat, terkadang tidak merasa dirinya melakukan maksiat. Padahal, dampak maksiatnya itu membuat hatinya tidak lagi merasakan nikmatnya ketaatan. Dia shalat dan berdoa pun tidak bisa khusyu’. Shalat dan doanya pun kehilangan ruhnya, akibatnya shalat dan berdoa, tetapi tidak ada pengaruhnya. Maksiat juga bisa melemahkan indahnya taat kepada Allah Ta'ala.

Jika kita sudah mulai dihinggapi tanda-tanda tadi, maka waspadalah. Segeralah kembali, sebelum jauh meninggalkan jalan Allah Ta'ala. Maksiat akan mengantarkan manusia ke neraka. Sedangkan amal yang baik akan mengantarkan ke surga. Karena itu, agar jauh dari maksiat maka muslimah harus memperbaiki amalnya. Tingkatkan ahsanul amal atau amal atau perbuatan yang baik.

Makanya, segera tinggalkan semua hal yang bisa mendatangkan dosa. Meninggalkan maksiat akan bisa membahagiakan hati, melapangkan dada, dan membersihkan jiwa. Orang yang meninggalkan dosa, dadanya akan lapang dan hatinya bahagia. Orang yang benci pada maksiat juga akan mendapatkan jalan keluar dalam setiap permasalahan dimana permasalahan inilah yang menyesakkan hati orang-orang fasik dan pelaku maksiat.

Manfaat Meninggalkan Maksiat

Meninggalkan maksiat juga menyebabkan dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan Lalu akan merasakan manisnya iman dan manisnya ketaatan kepada Allah. Bersyukurlah bagi seorang hamba yang di berikan taufiq oleh Allah untuk benar-benar dapat mengenal agama ini, tidak ada kenikmatan yang lebih indah dari pada seorang yang telah dapat merasakan manisnya iman, lezatnya melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Manfaat lain meninggalkan maksiat adalah mudah memperoleh rezeki melalui jalan yang tidak disangka-sangka, doanya cepat dikabulkan, diberi kemudahan dalam memperoleh ilmu, dan akan mudah meraih cinta Allah Azza wa Jalla.

Seorang ulama mengatakan: “Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barang siapa yang tidak memasukinya maka ia tidak akan masuk surga akhirat”. Dikatakan bahwa surga tersebut adalah ma’rifatullah (mengenal Allah dengan sebaik-baiknya). Dan meninggalkan maksiat adalah salah satu jalan menuju ma'rifatullah.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1719 seconds (0.1#10.140)