Arab Pra-Islam: Sudah Ada yang Mempraktikkan Ibadah Mirip Muslim

Rabu, 05 Januari 2022 - 12:35 WIB
loading...
A A A
- Meyakini adanya hari akhir dan hari penghitungan amal (hisab), menjalankan puasa, menjamu kaum miskin selama bulan Ramadan, serta melaksanakan “kalimat Ibrahim”.

- Kebiasaan yang terakhir ini meliputi berkumur-kumur dengan air, menghirup air (membersihkan) ke hidung lalu mengeluarkannya kembali.

- Menggunting kumis dan membelah rambut (menjadi dua belahan) dan bersiwak (membersihkan mulut dengan kayu siwak).

- Istinja, membersihkan kotoran setelah buang air besar dan kecil, memotong kuku, mencabuti bulu ketiak, mencukur rambut di bagian bawah perut, serta berkhitan.

Di antara nama-nama kaum Hunafa adalah Qus bin Saidah al-Iyadi, As'ad Abu Karib al-Himyari, Abu Qays Shurmah bin Abi Anas al-Najjari, Wagi' bin Zuhair al-Iyadi, Utaibah bin Rabiah al-Tsaqafi, Umair bin Jundub al-Juhni, Adi bin Zaid al-Ibadi, Ilaf bin Syihab al-Tamimi, alMultamis bin Umayyah al-Kinani, Ubaid bin al-Abrash al-Asadi, Abd al-Thabikhah bin Tsa'lab al-Qudha'i, serta Kaab bin Luay bin Ghalib al-Qurasyi, salah seorang kakak Nabi Muhammad.



Menolak Yahudi dan Nasrani
Menurut riwayat, orang Quraisy selalu mendatangi Kaab bin Luay dan berkumpul tiap hari Jumat. Kepada mereka Kaab lalu memberi berbagai nasihat, menyuruh mereka berpikir mengenai penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam serta merenungkan perubahan yang dialami orang-orang terdahulu, menyuruh silaturahmi, mengucap salam, memenuhi janji, memelihara hak-hak kerabat dan bersedekah kepada fakir-miskin.

Menurut Abdul Aziz, di antara para Hunafa' terdapat pula mereka yang menolak Islam dan memusuhi Nabi Muhammad. Tokoh kalangan ini yaitu Umayyah bin Abi Shalth al-Tsaqafi dari Bani Tsaqif di Thaif dan Amr bin Shaifi al-Ausi di Yatsrib. Ketika Nabi hijrah ke Madinah, Amr justru bergabung dengan orang Quraisy di Mekkah.

Para Hunafa' Arab umumnya dapat membaca dan menulis, serta banyak di antara mereka memiliki kitab suci Ahlu al-Kitab. Mereka adalah para ahli pikir tentang alam raya dan kehidupan di dalamnya. Tetapi mereka umumnya tidak menganut agama Yahudi atau Nasrani, karena dalam kedua agama itu mereka belum menemukan sesuatu yang melegakan dan membantu meringankan beban pikiran mereka tentang berbagai pertanyaan menyangkut fenomena alam.

Banyak di antara mereka terbiasa berdiskusi dengan para penganut Yahudi dan Nasrani, membicarakan bersama hal-hal yang terkait dengan pemikiran atau pandangan keagamaan, baik di Semenanjung Arabia, di Irak maupun di Syam (Syria).

Seorang di antara mereka, bernama Jundub bin Amir bin Hamamah, diriwayatkan pernah berkata: “Sesungguhnya bagi setiap makhluk pasti ada penciptanya yang saya tidak tahu apa itu”. Ketika Islam diwartakan, ia datang kepada Rasulullah SAW dan kemudian memeluk Islam.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2241 seconds (0.1#10.140)