Kisah Adik Bertaubat dan Kakak yang Ingkar di Zaman Malik Bin Dinar

Sabtu, 29 Januari 2022 - 17:27 WIB
loading...
Kisah Adik Bertaubat dan Kakak yang Ingkar di Zaman Malik Bin Dinar
Kisah adik yang memilih bertobat dari menyembah api mendapat karunia rezeki tak disangka-sangka. Foto ilustrasi/Ist
A A A
Dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah, Syekh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan kisah dua bersaudara yang menganut kepercayaan Majusi pada zaman Malik bin Dinar, ulama abad ke-2 Hijriyah kelahiran Bashrah Irak (wafat di Kerala, India).

Kedua adik kakak ini telah menyembah api cukup lama, namun sang adik memilih bertaubat dan memeluk Islam sementara sang kakak tetap kepada kepercayaannya.

Berikut Kisahnya:

Si kakak telah menyembah api selama 73 tahun sedangkan si adik menyembahnya selama 35 tahun. Si adik berkata: "Kakak! Kemarilah! Mari kita coba apakah api yang kita sembah itu akan memuliakan kita atau membakar kita sebagaimana api membakar benda-benda lain yang tidak menyembahnya. Kalau api memuliakan kita maka kita tetap akan menyembahnya. Tetapi apabila api membakar kita, maka kita tidak akan menyembahnya lagi."

Si kakak menjawab: "Baiklah. Aku setuju." Kemudian si kakak dan si adik menyalakan api. "Kakak! Kamu dulu yang meletakkan tangan di atas api atau aku dulu?" tanya si adik. "Kamu dulu saja!" jawab si kakak.

Kemudian si adik pun meletakkan tangannya di atas api dan ternyata api membakar jari-jarinya. "Aaah," teriak si adik kesakitan sambil segera menjauhkan tangannya dari atas api. "Hai api! Aku telah menyembahmu selama 35 tahun dan kamu telah membuatku sakit terbakar!" seru si adik. Dia melanjutkan: "Wahai kakakku! Mari kita menyembah Tuhan Yang Esa yang apabila kita berbuat dosa dan meninggalkan perintah-Nya selama misalnya 500 tahun maka Dia akan mengampuni dan memaafkan kita dengan kita melakukan ketaatan sebentar saja dan meminta ampun sekali saja." Kemudian si kakak setuju dengan ajakan si adik.

Si adik berkata: "Kakak! Mari kita pergi menemui seseorang yang bisa memberikan petunjuk kepada kita pada jalan yang lurus dan mengajari kita agama Islam." Setelah itu, mereka bersama-sama sepakat untuk menemui Malik bin Dinar yang dikenal sangat alim agar menuntun mereka masuk Islam.

Kemudian mereka pergi kepda Malik bin Dinar dan menemuinya. Setelah sampai di tempat Malik bin Dinar berada, mereka mendapatinya tengah berada di daerah datar Bashrah sedang berada di perkumpulan orang- orang sambil memberikan nasehat kepada mereka. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul di majelis ilmunya.

Ketika si kakak dan si adik melihat Malik bin Dinar, si kakak berkata kepada si adik: "Aku telah berubah pikiran. Aku tidak akan masuk Islam karena sebagian besar usiaku telah aku habiskan untuk menyembah api. Andai aku masuk Islam dan masuk ke dalam agama Muhammad, maka para keluarga dan para tetanggaku akan mencelaku. Menyembah api lebih baik bagiku daripada menerima celaan mereka."

"Jangan kakak! Celaan mereka bisa hilang tetapi menyembah api tidak bisa hilang," pinta si adik. Tetapi si kakak tetep saja tidak memperdulikan omongan si adik. "Ya sudah! Kembali sana dengan kepercayaanmu menyembah api. Kamu adalah orang yang celaka dan anak dari orang celaka pula. Sungguh orang yang celaka di dunia dan akhirat!" kata si adik kepada si kakak.

Kemudian si kakak tidak jadi menemui Malik bin Dinar dan enggan masuk Islam. Sementara itu, si adik bersama istri dan anak-anaknya mendatangi Malik bin Dinar. Mereka ikut berkumpul bersama orang-orang. Mereka duduk hingga Malik bin Dinar selesai dari pengajiannya. Kemudian si adik itu berdiri dan menceritakan kisahnya. Ia meminta Malik bin Dinar menuntun dirinya dan keluarganya untuk masuk Islam.

Mendengar permintaannya, Malik bin Dinar pun menuntunnya dan keluarganya masuk Islam. Akhirnya mereka semua masuk Islam. Orang-orang pun menangis karena sangat senang dan terharu. Beberapa saat kemudian, si adik hendak pulang. Tetapi Malik bin Dinar berkata: "Duduklah sebentar! Aku hendak mengumpulkan harta bersama murid-muridku untukmu."

"Aku tidak ingin menjual agamaku dengan harta dunia," jawab si adik.

Rezeki Tak Terduga
Kemudian si adik dan keluarganya kembali dan memasuki bangunan-bangunan sepi. Di sana mereka menemukan sebuah rumah kosong. Mereka menempatinya. Pagi hari kemudian, si istri berkata kepadanya: "Pergilah ke pasar! Carilah pekerjaan! Belilah makanan dengan upah kerjamu!"

Kemudian si adik bergegas dan pergi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi tak ada lowongan kerja sama sekali. "Baiklah kalau tidak ada kerjaan yang aku dapati, aku akan bekerja kepada Allah," kata si adik dalam hatinya.

Kemudian si adik masuk ke masjid yang sudah tidak terpakai dan sholat di sana karena Allah sampai malam. Kemudian ia kembali ke keluarga dengan tangan kosong. "Apakah hari ini kamu tidak mendapati sesuatu yang bisa dimakan?" tanya istri.

"Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan menggajiku besok," jelas si adik. (Kata Malik yang dimaksud oleh si adik adalah Allah Yang Maha Merajai. Sedangkan si istri memahami kata malik sebagai orang yang mempekerjakan
buruh).

Akhirnya mereka semalaman istirahat dengan kondisi lapar. Pada pagi hari berikutnya, si adik keluar menuju pasar dan mencari pekerjaan. Tetapi ia lagi lagi tidak mendapati pekerjaan seperti hari sebelumnya.

Kemudian ia memutuskan untuk sholat lagi di masjid yang sama sampai malam. Kemudian ia kembali ke keluarga dengan tangan kosong. "Apakah hari ini kamu juga tidak mendapati sesuatu yang bisa di makan?" tanya istri. "Wahai Istriku! Aku sudah bekerja kepada Malik yang sama seperti kemarin dan ia belum menggajiku. Barangkali ia akan menggajiku besok," jelas sang adikk tersebut.

Hari besoknya adalah hari Jumat. Akhirnya mereka istirahat dengan kondisi lapar. Pada hari berikutnya, yaitu hari Jumat, si adik pergi lagi ke pasar mencari pekerjaan. Tetapi seperti hari-hari sebelumnya, ia lagi-lagi tidak mendapati pekerjaan. Akhirnya ia pergi ke masjid yang sama dan melaksanakan sholat dua rakaat.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4826 seconds (0.1#10.140)