Haruskah Gamang dan Ragu Soal Rezeki? Ini Nasihat Syekh Abdul Qadir AL-Jailani
loading...
A
A
A
Keraguan dan ambisi perihal rezeki atau harta kerap menjerumuskan orang ke dalam keburukan. Padahal, keraguan dan kegamangan perihal rezeki merupakan sesuatu yang tidak perlu karena Allah telah mengatur rezeki masing-masing orang.
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Al-Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani, saat ini banyak orang menjadi tamak dan jauh dari kebaikan karena memiliki ambisi dan hasrat gila perihal rezeki . Hal ini merupakan efek samping dari keraguan pada pembagian Allah yang membuat jiwa gelisah.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
Artinya, "Rezeki sudah dibagi (diatur pembagiannya), tidak lebih, tidak kurang, tidak maju, dan tidak mundur. Sementara kamu ragu dengan jaminan Allah dan berambisi untuk menuntut rezeki yang bukan bagianmu? Padahal ambisi atau hasrat itu yang mencegahmu untuk berdekatan dengan ulama dan forum-forum kebaikan karena khawatir keuntungan dan dan pelangganmu berkurang?" (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani).
Sebuah hadis menerangkan bahwa Allah telah mengatur rezeki dan ajal masing-masing orang. Keduanya akan mendatangi masing-masing orang sesuai ketentuan Allah untuknya.
Artinya, "Rasulullah SAW bersabda, ‘Rezeki sudah dibagi (diatur pembagiannya). Sebagaimana rezeki, ajal pun mengejar manusia,'" (HR Al-Ajaluni fi Kasyfil Khafa).
Seperti dilansir NU Online, kepada orang yang cemas, ragu, gamang, gelisah, dan khawatir perihal rezeki, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selanjutnya mengingatkan mereka pada kuasa Allah. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajak mereka untuk mengingat kembali pemberian rezeki selama ini.
"Pada saat kamu di dalam kandungan ibumu, siapa yang memberikanmu asupan makanan? Apakah kamu bergantung pada dayamu, dinar-dirhammu, laba penjualanmu, atau penguasa di negerimu?" kata Syekh Abdul Qadir.
Semua pihak yang kamu jadikan sandaran, kata Syekh Abdul Qadir, adalah tuhanmu. Semua pihak yang kamu takuti dan harapkan adalah tuhanmu. Semua pihak yang kamu anggap dapat memberikan manfaat dan mudharat juga adalah tuhanmu.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menganjurkan mereka untuk bertobat dari kemusyrikan seperti ini sebelum Allah menutup pintu semua makhluk-Nya untuk mereka. "Kemusyrikan seperti ini yang kusaksikan hinggap pada banyak orang, paling umum menghinggapi mereka yang bermaksiat."
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mendoakan mereka yang bertobat dari kemusyrikan sejenis agar Allah menerima tobat mereka, memandang mereka dengan rahmat, dan memperlakukan mereka dengan lemah lembut Adapun yang perlu diingat bahwa nasihat ini bukan berarti menafikan upaya dan ikhtiar manusiawi untuk membuka pintu rezeki Allah.
Nasihat ini mendorong kita untuk tetap bersikap tenang dan tenterang di tengah upaya dan ikhtiar dalam menerima rezeki Allah. Nasihat ini dimaksudkan untuk meluruskan pikiran kita bahwa kadar dan waktu rezeki Allah telah diatur untuk masing-masing orang. Nasihat ini juga mengingatkan kita akan kuasa Allah sebagai pemberi dan pengatur rezeki.
Wallahu A'lam
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Al-Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani, saat ini banyak orang menjadi tamak dan jauh dari kebaikan karena memiliki ambisi dan hasrat gila perihal rezeki . Hal ini merupakan efek samping dari keraguan pada pembagian Allah yang membuat jiwa gelisah.
Baca Juga
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
الرِّزْقُ مَقْسُومٌ لايزيد لا ينقص ولا يتقدم ولا يتأخر أنت شاك في ضمان الحق عز وجل، حريص على طلب ما لم يقسم لك، حرصك قد منعك عن الحضور عند العلماء ومشاهد الخير أن تنقص أرباحك وأن يقل زبونك
Artinya, "Rezeki sudah dibagi (diatur pembagiannya), tidak lebih, tidak kurang, tidak maju, dan tidak mundur. Sementara kamu ragu dengan jaminan Allah dan berambisi untuk menuntut rezeki yang bukan bagianmu? Padahal ambisi atau hasrat itu yang mencegahmu untuk berdekatan dengan ulama dan forum-forum kebaikan karena khawatir keuntungan dan dan pelangganmu berkurang?" (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani).
Sebuah hadis menerangkan bahwa Allah telah mengatur rezeki dan ajal masing-masing orang. Keduanya akan mendatangi masing-masing orang sesuai ketentuan Allah untuknya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرِّزْقُ مَقْسُومٌ وكذا الرزق يطلب العبد كما يطلبه أجله
Artinya, "Rasulullah SAW bersabda, ‘Rezeki sudah dibagi (diatur pembagiannya). Sebagaimana rezeki, ajal pun mengejar manusia,'" (HR Al-Ajaluni fi Kasyfil Khafa).
Seperti dilansir NU Online, kepada orang yang cemas, ragu, gamang, gelisah, dan khawatir perihal rezeki, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selanjutnya mengingatkan mereka pada kuasa Allah. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajak mereka untuk mengingat kembali pemberian rezeki selama ini.
"Pada saat kamu di dalam kandungan ibumu, siapa yang memberikanmu asupan makanan? Apakah kamu bergantung pada dayamu, dinar-dirhammu, laba penjualanmu, atau penguasa di negerimu?" kata Syekh Abdul Qadir.
Semua pihak yang kamu jadikan sandaran, kata Syekh Abdul Qadir, adalah tuhanmu. Semua pihak yang kamu takuti dan harapkan adalah tuhanmu. Semua pihak yang kamu anggap dapat memberikan manfaat dan mudharat juga adalah tuhanmu.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menganjurkan mereka untuk bertobat dari kemusyrikan seperti ini sebelum Allah menutup pintu semua makhluk-Nya untuk mereka. "Kemusyrikan seperti ini yang kusaksikan hinggap pada banyak orang, paling umum menghinggapi mereka yang bermaksiat."
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mendoakan mereka yang bertobat dari kemusyrikan sejenis agar Allah menerima tobat mereka, memandang mereka dengan rahmat, dan memperlakukan mereka dengan lemah lembut Adapun yang perlu diingat bahwa nasihat ini bukan berarti menafikan upaya dan ikhtiar manusiawi untuk membuka pintu rezeki Allah.
Nasihat ini mendorong kita untuk tetap bersikap tenang dan tenterang di tengah upaya dan ikhtiar dalam menerima rezeki Allah. Nasihat ini dimaksudkan untuk meluruskan pikiran kita bahwa kadar dan waktu rezeki Allah telah diatur untuk masing-masing orang. Nasihat ini juga mengingatkan kita akan kuasa Allah sebagai pemberi dan pengatur rezeki.
Wallahu A'lam
(wid)