Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad dan Alasan Diperjalankan Saat Malam

Jum'at, 25 Februari 2022 - 19:43 WIB
loading...
Peristiwa Isra Miraj...
Salah satu alasan mengapa Nabi Muhammad diperjalankan pada malam hari saat Isra, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran Allah. Foto/Ist
A A A
Sudah menjadi tradisi setiap tanggal 27 Rajab umat Islam memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW). Peristiwa agung ini diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Rasulullah SAW diperjalankan pada malam hari ternyata punya alasan sendiri. Di saat Rasulullah mengalami kesulitan menghadapi orang-orang kafir Makkah yang menolak dakwah beliau, Allah menyenangkan hati Nabi dengan memperjalankannya dari Masjid Al-Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina.

Berikut firman-Nya dalam Al-Qur'an :

سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ

Artinya: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra Ayat 1)

Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isra' yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pada waktu malam. Sedangkan peristiwa Mi'raj yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surat An-Najm .

Allah mengawali firman-Nya dalam ayat ini dengan "Subhana" dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya.

Dari kata Asradapat dipahami bahwa Isra Nabi Muhammad terjadi pada waktu malam. Karena kata Asra dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari. Penyebutan Lailan dengan bentuk Isim Nakirah, yang berarti "malam hari" adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa Isra itu benar-benar terjadi di malam hari.

Allah meng-isra'-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan waktu paling baik untuk beribadah kepada-Nya.

Perkataan 'Abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad yang terpilih sebagai Nabi terakhir. Beliau mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya.

Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Beliau kembali ke tempat tinggalnya di Makkah. Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra' Nabi dimulai dari Masjidil Haram, yaitu masjid yang terkenal karena Kabah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Makdis. Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti "terjauh", karena letaknya jauh dari Kota Mekah yaitu di Palestina.

Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya. Tanda-tanda itu disaksikan oleh Nabi dalam perjalanannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman berharga.

Betapa luasnya jagat raya dan agungnya Allah Maha Pencipta. Pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya.

Dalam ayat ini Allah hanya menyebutkan peristiwa Isra saja. Sedangkan peristiwa Miraj yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surah an-Najm.

Hampir seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Peristiwanya terjadi satu tahun sebelum Hijrah. Demikian menurut Imam az-Zuhri, Ibnu Sa'ad, dan lain-lainnya. Imam Nawawi pun memastikan demikian.

Bahkan menurut Ibnu Hazm, peristiwa Isra itu terjadi di bulan Rajab Tahun ke-12 setelah pengangkatan Beliau menjadi Nabi. Sedangkan Al-Hafizh 'Abdul Gani al-Maqdisi memilih pendapat mengatakan bahwa Isra' dan Mi'raj tersebut terjadi pada 27 Rajab, dengan alasan pada waktu itulah masyarakat melaksanakannya.

Referensi:
Tafsir Kemenag

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2444 seconds (0.1#10.140)