Kesultanan Mughal, Negeri Islam yang Didirikan Keturunan Jengis Khan

Senin, 07 Maret 2022 - 05:15 WIB
loading...
Kesultanan Mughal, Negeri...
Mogul Agung Dan Istananya: Kembali Dari Masjid Agung Di Delhi Seni Cat Air Miniatur India.lukisan karya AK Mundra. (pixels.com)
A A A
Kesultanan Mughal pada masa jayanya memerintah Afganistan , Balochistan, dan sebagian besar anak benua India antara tahun 1526 dan 1857. Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol, karena leluhurnya merupakan Dinasti Timuriyah yang berasal dari Asia Tengah



Kesultanan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Barbur (1482-1530), pemimpin Mongol pada 1526, setelah mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir dalam Pertempuran Panipat I. Selain itu, menurut John F. Richards dalam bukunya berjudul "The Mughal Empire", para sultannya diklaim sebagai keturunan Timur Lenk dan Jengis Khan dari Mongol, melalui putranya Chagatai Khan.

Badri Yatim dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II" memaparkan ekspansi awal Sultan Babur dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan kesultanan ini dimulai dari wilayah Samarkand di Asia Tengah. Sesudah itu, ekpansi dilanjutkan ke wilayah India.

Pada 1525, Sultan Babur berhasil menguasai Punjab yang beribu kota Lahore. Kelak, wilayah ini menjadi bagian dari Pakistan modern. Selanjutnya, Sultan Babur memimpin pasukan militernya menuju Delhi dan melakukan Pertempuran Panipat melawan Ibrahim Lodi pada 21 April 1526 dan memenangkannya.

Singkat cerita, maka Sultan Zahiruddin Barbur memasuki Delhi, India, dan menegakkan Kesultanan Mughal di sini.

Wilayah kekuasaan Kesultanan Mughal meliputi wilayah modern Afganistan, Pakistan, India, dan Bangladesh. Lahore, sebuah kota penting di era Pakistan modern, pernah menjadi ibu kota kesultanan ini pada 1585-1598.

Di luar kurun itu, menurut John F. Richards, Kesultanan Mughal beribu kota di beberapa daerah yang kini termasuk ke dalam wilayah India modern seperti Agra, Fatehpur Sikri, dan Shahjahanabad (Delhi). Islam bukan hanya menjadi agama Barbur, tetapi juga agama mayoritas penduduk kesultanan ini.

Bahasa yang digunakan pada masa kesultanan ini – termasuk di Pakistan – diantaranya bahasa Persia (dalam pengadilan dan bahasa resmi kesultanan), bahasa Turki Chagatai, dan – pada periode akhir kesultanan ini – bahasa Urdu.



Pada abad ke-18, kekuasaan kesultanan ini tampak meredup sampai akhirnya runtuh pada abad ke-19 seiring dilengserkannya sultan terakhir pada 1857 dan berdirinya Imperium Inggris.

Secara kronologis, para pemimpin Kesultanan Mughal tersebut adalah Babur, Humayun, Akbar the Great, Jahangir, Shah Jahan, Aurangzeb, Bahadur Shah I, Jahandar Shah, Farruksiyar, Rafi ud-Darajat, Shah Jahan II, Muhammad Shah, Ahmad Shah Bahadur, Alamgir II, Shah Alam III, Akbar Shah II, dan Bahadur Shah Zafar.

Hampir 200 tahun sampai 1856 (keruntuhannya), para sultan ini berkediaman utama di Benteng Merah (Red Fort), Delhi, pasca ibu kota kesultanan dipindahkan dari Agra.

Sebagian besar wilayah kesultanan ini ditaklukkan oleh Sher Shah pada masa Humayun. Namun, di bawah kepemimpinan Akbar the Great, kesultanan ini tumbuh pesat dan terus berkembang sampai akhir pemerintahan Aurangzeb. Jahangir, putra Akbar the Great, memerintah kesultanan ini pada kurun 1605-1627. Pada Oktober 1627, Shah Jahan, putra Jahangir, mewariskan tahta dan kesultanan yang luas dan kaya di India.

Pada abad ke-17, tampaknya Kesultanan Mughal menjadi kerajaan terbesar di dunia. Selain itu, terjadi proses pembangunan yang monumental dalam sejarah, sebab pada waktu itu, Sultan Mughal Shah Jahan memerintahkan pembangunan Taj Mahal, sebuah monumen untuk Arjumand Banu Begum alias Mumtaz Mahal, istri Shah Jahan asal Persia.

Pembangunan Taj Mahal berlangsung pada 1630-1653 di Agra, India. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Taj Mahal adalah adi karya dari arsitektur Mughal.

Pembangunan Taj Mahal disebabkan dua hal. Kesatu, Sultan Shah Jahan memiliki kekayaan yang besar dalam masa kepemimpinannya. Kedua, pada 1631, istri ketiganya yaitu Mumtaz Mahal sekaligus istri yang paling dicintainya meninggal dunia sewaktu melahirkan Gauhara Begum, anak mereka yang ke-14.

Dengan kata lain, Taj Mahal bukan hanya untuk mengenang kematian Mumtaz Mahal, melainkan juga melambangkan besarnya cinta Shah Jahan kepada Mumtaz Mahal.

Akhirnya, sesudah kematian Aurangzeb pada 1707, Kesultanan Mughal mulai mengalami kemunduran meski dapat mempertahankan keberadaannya selama 150 tahun.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3170 seconds (0.1#10.140)