Waktunya Memperbanyak Baca Al-Qur'an, Jangan Lupa Perhatikan Adab-adabnya

Rabu, 16 Maret 2022 - 17:01 WIB
loading...
Waktunya Memperbanyak Baca Al-Quran, Jangan Lupa Perhatikan Adab-adabnya
Kettika akan membaca Al-Quran jangan lupa memperhatikan adab-adab ketika membaca Kitabullah tersebut. Foto istimewa
A A A
Salah satu amalan di bulan Syaban ini, adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an . Namun, ketika mengamalkannya jangan lupa memperhatikan adab-adab ketika membaca Kitabullah tersebut. Mengapa harus memperhatikan adab ketika sedang membaca Al-Qur'an? Karena, Al-Qur'an tidaklah memberi manfaat dan mendatangkan rida Allah kecuali jika seorang muslim dalam membaca atau mendengar bacaan Al-Qur'an memperhatikan adab-adabnya.

Membaca Al-Qur'an sendiri memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah Allah subhanahu wata’ala mengganjar seseorang yang membaca Al-Qur'an setiap huruf yang ia baca dengan pahala yang besar.


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ


“Barang siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Qur'an, maka baginya satu kebaikan. Tiap satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alim lam mim’ satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi No. 2910. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih gharib)

Seperti dilansir laman dakwah.id, adab-adab dalam membaca Al-Qur'an dibagi dua; adab-adab yang berkaitan dengan hati dan adab-adab yang berkaitan dengan anggota badan. Berikut penjelasnnya:

A. Adab Membaca Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Hati

1. Ikhlas karena Allah semata

Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk ibadah. Sedangkan ibadah tidak akan diterima, kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas. Ikhlas adalah fondasinya suatu ibadah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ


“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Orang yang ikhlas hanya menjadikan rida Allah sebagai satu-satunya tujuan ia beramal. Bukan karena tujuan yang bersifat duniawi semisal mendapat pujian dan penilaian baik manusia. Jika dalam hati terbesit rasa ujub, riya’, atau sum’ah dalam membaca al-Qur'an, maka bersegeralah memperbaiki niat dan tobat kepada-Nya.

2. Mengagungkan setiap ayat yang dibaca

Ketika membaca maupun mendengar bacaan Al-Qur'an, renungkanlah bagaimana dahulu Malaikat Jibril alaihissalam menyampaikan wahyu dari Allah tersebut kepada sebaik-baik manusia, yaitu baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian bagaimana Nabi dahulu membacakan ayat-ayat yang kita baca ini kepada para shahabatnya.

Jika kita dalam membaca Al-Qur'an merenungkan perihal di atas maka khusyuklah hati, tenanglah anggota badan, serta bertambahlah rasa cinta dan takut kita kepada-Nya karena kita tahu dan sadar bahwa yang kita baca adalah firman Allah yang agung.

Sudah sepantasnya seseorang mengagungkan setiap ayat al-Qur'an yang ia baca maupun yang ia dengar. Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata,

فَمَنْ ‌قُرِئَ ‌عَلَيْهِ ‌القُرْآنُ فَلْيُقَدِّرْ نَفْسَهُ كَأَنَّمَا يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ يُخَاطِبُهُ بِهِ


“Barang siapa yang mendengar bacaan al-Quran, maka berusahalah seakan-akan ia mendengar bacaan al-Quran dari Allah yang sedang mengajak bicara kepadanya.” (Madariju as-Saliki, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2/166)

3. Menghadirkan hati

Janganlah seseorang yang sedang membaca Al-Qur'an sibuk memikirkan hal-hal lainnya yang tidak memiliki kaitan dengan al-Quran. Sehingga ia lalai bahwa dirinya sedang membaca kalam Allah yang mulia, dan ia tidak sadar bahwa dirinya sedang bersimpuh di hadapan Zat yang mana ayat-ayat yang sedang ia baca ini berasal.

Seorang hamba hendaklah menghadirkan hatinya ketika sedang membaca al-Qur'an, karena amalannya tersebut tak ubahnya adalah jalan terbaik yang ia miliki untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang mana jalan ini hanya dapat ia lalui jika ia mampu menghadirkan hatinya ketika membaca kitab-Nya.

Menghadirkan hati ketika membaca Al-Qur'an, akan menghantarkan seorang hamba menuju kekhusyukan dan memudahkannya dalam mentadaburi ayat-ayat Allah yang sedang ia baca.

4. Mentadaburi ayat-ayat yang dibaca

Sunah hukumnya membaca al-Quran dengan tadabur dan menghayati maknanya, sebab itulah tujuan terbesar dan terpenting dalam membaca al-Quran.

Alah subhanahu wata’ala berfirman,

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ


“Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS. Shād: 29)

Bagaimana cara mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an? Caranya adalah dengan mengonsentrasikan hati dan pikiran untuk mendalami setiap kata yang dilantunkan sehingga bisa memahami makna dari setiap ayat, dan memperhatikan setiap perintah dan larangan, lalu menerimanya dengan tulus.

Jika merasa bahwa perintah atau larangan tersebut pernah dilalaikan pada masa lalu, mintalah ampunan. Jika membaca ayat tentang rahmat, bergembiralah dan mintalah agar dikaruniai.

Jika membaca ayat tentang azab, takutlah dan mohonlah perlindungan. Jika membaca ayat yang menyucikan Allah, sucikan dan agungkanlah. Dan jika membaca ayat tentang doa, merendah dan tuluskan doa hingga Allah mengijabah.



5. Mengaplikasikan ayat yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari

Setiap ayat dalam al-Quran yang Allah turunkan memiliki hikmah yang berkaitan dengan kehidupan yang makhluk jalani sehari-hari. Carilah hikmah tersebut dan aplikasikanlah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, dengan mengaplikasikan ayat-ayat kisah umat para nabi terdahulu. Renungkan, apa balasan berupa keselamatan baik di dunia dan akhirat bagi para pengikut nabi yang bertakwa, dan apa balasan berupa kebinasaan bagi para musuh nabi yang durhaka.

Sehingga kita belajar, setiap orang yang bermaksiat kepada Allah dan mendustakan risalah yang dibawa oleh para rasul adalah orang-orang yang mendapatkan kehancuran, baik di dunia dan terlebih di akhirat.

B. Adab Membaca Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Anggota Badan

1. Membaca Al-Qur'an dalam keadaan suci

Seseorang yang berhadas makruh hukumnya menyentuh Al-Qur'an. Orang yang hendak membaca Al-Qur'an disunahkan berwudhu terlebih dahulu, dalam keadaan suci, karena membaca al-Qur'an merupakan amalan dzikir yang paling utama.

2. Orang yang junub dan wanita yang sedang haid
Orang yang junub dan wanita yang sedang haid diharamkan membaca al-Quran, tetapi boleh melihat mushaf dan membacanya di dalam hati. Sedangkan orang yang mulutnya najis, makruh hukumnya membaca al-Quran. Ada juga yang berpendapat hukumnya haram, seperti haramnya tangan yang terkena najis menyentuh mushaf. (Al-Itqan, Jalaluddin as-Suyuti, 1/363)

3. Memilih tempat dan mengenakan pakaian yang bersih

Sunah hukumnya memilih tempat yang bersih ketika membaca Al-Qur'an. Dan yang paling utama adalah di masjid. Bisa juga dengan mengkhususkan ruangan tertentu dalam rumah untuk membaca Al-Qur'an dan shalat yang selalu kita jaga kebersihannya, sehingga ruangan tersebut dapat kita pastikan kebersihannya dan bebas dari najis.

Kebersihan tempat juga harus dibarengi dengan kebersihan pakaian yang kita kenakan. Selain itu, pakaian yang kita kenakan harus sopan dan menutup aurat, bagi wanita muslimah haruslah mengenakan jilbab.

4. Menghadap kiblat

Apakah membaca Al Qur'an harus menghadap ke kiblat? Sunah hukumnya ketika duduk membaca Al-Qur'an menghadap ke arah kiblat, dengan khusyuk, tenang, tidak tergesa-gesa, dan menundukkan kepala. Menghadap ke arah kiblat juga merupakan hal yang utama ketika seseorang membaca kitab ataupun murajaah hafalan.

5. Bersiwak sebelum membaca al-Qur'an
Sunah hukumnya bersiwak sebelum membaca al-Quran. Sebagai bentuk penghormatan menjaga kesucian.

6. Membaca ta‘awudh sebelum membaca al-Qur'an

Sunah hukumnya membaca ta‘awudh sebelum membaca al-Qur'an, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ


“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca al-Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

Orang yang sedang membaca al-Quran jika mengucapkan sepatah kata kepada orang lain, menjawab salam misalnya, maka ia mengulang kembali bacaan ta‘awudhnya sebelum melanjutkan kembali membaca al-Quran. Membaca ta‘awudh juga dengan suara yang nyaring dan tartil, sebagaimana membaca ayat-ayat al-Qur'an.

7. Membaca al-Qur'an dengan tartil dan memperhatikan tajwid

Sunah hukumnya membaca al-Quran dengan tartil, yakni perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ


“Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil: 4)

Janganlah membaca al-Quran dengan tergesa-gesa. Bacalah dengan perlahan sambil menghayati maknanya.

Selain membaca dengan tartil, adab membaca al-Quran lainnya ialah memberikan hak-hak setiap huruf yang dibaca sesuai dengan kaidah dalam ilmu tajwid, dan juga membaguskan suara bacaan al-Quran.

8. Diperbolehkan mengulang-ulang satu ayat tertentu

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkisah bahwa ketika Nabi shalat pada suatu malam, beliau mengulang-ulang satu ayat hingga tiba waktu pagi. Ayat tersebut ialah,

اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚوَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ


“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Mā`idah: 118)

9. Menangis ketika membaca Al-Qur'an

Adab membaca al-Qur'an yang terakhir adalah menangis ketika membaca al-Qur'an atau memaksakan diri untuk menangis bagi orang yang tidak bisa menangis. Hal ini hukumnya sunah.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1418 seconds (0.1#10.140)