Kisah Abu Ayyub dan Istrinya Tinggal di Lantai 2 Sedangkan Rasulullah SAW di Bawahnya
loading...
A
A
A
Akhirnya Abu Ayyub mengikuti kemauan Rasulullah. Pada suatu malam yang dingin, bejana pecah di tingkat atas, sehingga airnya tumpah. Kain lap hanya ada sehelai, terpaksalah air dikeringkan baju. “Kami sangat khawatir kalau air mengalir ke tempat Rasulullah. Saya dan istri bekerja keras mengeringkan air sampai habis,” tutur Abu Ayyub berkisah.
Setelah hari subuh, ia pergi menemui Rasulullah. “Sungguh mati, saya segan bertempat tinggal di atas, sedangkan Rasulullah tinggal di bawah,” ujarnya kepada Rasulullah.
Kemudian Abu Ayyub menceritakan kepada beliau perihal bejana yang pecah itu. Mendengar cerita itu, akhirnya Rasulullah memperkenankan pasangan suami istri ini pindah ke bawah dan beliau pindah ke atas.
Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub kurang lebih tujuh bulan. Setelah masjid Rasulullah selesai dibangun, beliau pindah ke kamar-kamar yang dibuatkan untuk beliau dan para isteri beliau di sekitar masjid.
Sejak pindah, Rasulullah menjadi tetangga dekat bagi Abu Ayyub. Rasulullah sangat menghargai suami isteri ini sebagai tetangga yang baik. Abu Ayyub mencintai Rasulullah sepenuh hati. Sebaliknya beliau mencintainya pula, sehingga mereka saling membantu setiap kesusahan masing-masing.
Mencari Makanan
Rasulullah memandang rumah Abu Ayyub seperti rumah sendiri. Pada suatu hari di tengah hari yang amat panas, Abu Bakar pergi ke masjid, lalu bertemu dengan ‘ Umar bin Khattab . “Hai, Abu Bakar! Mengapa Anda keluar di saat panas begini?” tanya Umar.
“Saya lapar!” jawab Abu Bakar.
“Demi Allah! Saya juga lapar,” sambut Umar pula.
Ketika mereka sedang berbincang begitu, tiba-tiba Rasulullah muncul. “Hendak ke mana kalian di saat panas begini?” tanya Rasulullah.
“Demi Allah! Kami mencari makanan karena lapar,” jawab mereka.
“Demi Allah yang jiwaku di tangan Nya! Saya juga lapar. Nah! Marilah ikut saya,” ujar Rasulullah kemudian.
Mereka bertiga berjalan bersama-sama ke rumah Abu Ayyub Al-Anshary. Biasanya Abu Ayyub selalu menyediakan makanan setiap hari untuk Rasulullah. Bila beliau terlambat atau tidak datang, makanan itu dihabiskan oleh keluarga Abu Ayyub.
Setelah mereka tiba di pintu, Ibu Ayyub keluar menyongsong mereka. “Selamat datang, ya Rasulullah dan kawan-kawan!” sambutnya.
“Ke mana Abu Ayyub?” tanya Rasulullah. Ketika itu Abu Ayyub sedang bekerja di kebun kurma dekat rumah. Mendengar suara Rasulullah, dia bergegas menemui beliau. “Selamat datang, ya Nabiyallah dan kawan-kawan!” kata Abu Ayyub.
Abu Ayyub langsung menyambung bicaranya, “Ya, Nabiyallah! Tidak biasanya Anda datang pada waktu seperti sekarang.
“Betul, hai Abu Ayyub!” jawab Rasulullah.
Abu Ayyub kembali pergi ke kebun, lalu dipotongnya setandan kurma. Dalam setandan itu terdapat kurma yang sudah kering, yang basah, dan yang setengah masak. Kata Rasulullah, “Saya tidak menghendaki engkau memotong kurma setandan begini. Alangkah baiknya jika engkau petik saja yang sudah kering.”
“Ya, Rasulullah! Saya senang jika Anda suka mencicipi buah kering, yang basah, dan yang setengah masak. Sementara itu saya sembelih kambing untuk Anda bertiga,” jawab Abu Ayyub,