Kisah Abu Ayyub dan Istrinya Tinggal di Lantai 2 Sedangkan Rasulullah SAW di Bawahnya
loading...
A
A
A
“Jika engkau menyembelih, jangan disembelih kambing yang sedang menyusui,” nasihat Rasulullah.
Abu Ayyub lalu menangkap seekor kambing, lalu disembelihnya. Dia meminta kepada istrinya untuk membuat adonan roti. “Engkau lebih pintar membuat roti,” katanya.
Abu Ayyub membagi dua sembelihannya. Separuh digulainya dan separuh lagi dipanggangnya. Setelah masak, maka dihidangkannya ke hadapan Rasulullah dan sahabat beliau.
Rasulullah mengambil sepotong gulai kambing, kemudian diletakkannya di atas sebuah roti yang belum dipotong. Kata beliau, “Hai Abu Ayyub! Tolong antarkan ini kepada Fatimah. Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat makanan seperti ini.”
Selesai makan, dengan air mata beliau yang mengalir ke pipi. “Roti, daging, kurma kering, kurma basah, dan kurma setengah masak,” ujar Rasulullah. “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya! Sesungguhnya beginilah nikmat yang kalian minta nanti di hari kiamat. Maka apabila kalian memperoleh yang seperti in bacalah ‘basmalah’ lebih dahulu sebelum kalian makan. Bila sudah kenyang, baca tahmid, ‘segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan kami dan memberi kami nikmat’.”
Kemudian Rasulullah SAW bangkit hendak pulang. Beliau berkata kepada Abu Ayyub, ‘Datanglah besok ke rumah kami!”
Sudah menjadi kebiasaan bagi Rasulullah, apabila seseorang berbuat baik kepadanya, beliau segera membalas dengan yang lebih baik. Tetapi Abu Ayyub tidak mendengar perkataan Rasulullah kepadanya.
Lalu Umar menjelaskan, “Rasulullah menyuruh Anda datang besok ke rumahnya.”
“Ya, saya patuhi setiap perintah Rasulullah,” jawab Abu Ayyub.
Keesokan harinya Abu Ayyub datang ke rumah Rasulullah. Beliau memberi Abu Ayyub seorang gadis kecil untuk pembantu rumah tangga. “Perlakukanlah anak ini dengan baik, hai Abu Ayyub! Selama dia di tangan kami, saya lihat anak ini baik,” ujar Kata Rasulullah.
Abu Ayyub pulang ke rumahnya membawa seorang gadis kecil. “Untuk siapa ini?” tanya istrinya.
“Untuk kita. Anak kita diberikan Rasulullah kepada kita,” jawab Abu Ayyub.
“Hargailah pemberian Rasulullah. Perlakukan anak ini lebih daripada sekadar suatu pemberian,“ kata sang istri.
“Memang! Rasulullah berpesan supaya kita bersikap baik terhadap anak ini,” kata Abu Ayyub.
“Bagaimana selayaknya sikap kita terhadap anak ini, supaya pesan beliau terlaksana?” tanya istrinya.
“Demi Allah! Saya tidak melihat sikap yang lebih baik, melainkan memerdekakannya,” jawab Abu Ayyub.
Sang istri pun memuji suaminya. “Engkau benar-benar mendapat hidayah Allah,” ujarnya. Mereka pun merdekakan gadis kecil itu.
Abu Ayyub lalu menangkap seekor kambing, lalu disembelihnya. Dia meminta kepada istrinya untuk membuat adonan roti. “Engkau lebih pintar membuat roti,” katanya.
Abu Ayyub membagi dua sembelihannya. Separuh digulainya dan separuh lagi dipanggangnya. Setelah masak, maka dihidangkannya ke hadapan Rasulullah dan sahabat beliau.
Rasulullah mengambil sepotong gulai kambing, kemudian diletakkannya di atas sebuah roti yang belum dipotong. Kata beliau, “Hai Abu Ayyub! Tolong antarkan ini kepada Fatimah. Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat makanan seperti ini.”
Selesai makan, dengan air mata beliau yang mengalir ke pipi. “Roti, daging, kurma kering, kurma basah, dan kurma setengah masak,” ujar Rasulullah. “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya! Sesungguhnya beginilah nikmat yang kalian minta nanti di hari kiamat. Maka apabila kalian memperoleh yang seperti in bacalah ‘basmalah’ lebih dahulu sebelum kalian makan. Bila sudah kenyang, baca tahmid, ‘segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan kami dan memberi kami nikmat’.”
Kemudian Rasulullah SAW bangkit hendak pulang. Beliau berkata kepada Abu Ayyub, ‘Datanglah besok ke rumah kami!”
Sudah menjadi kebiasaan bagi Rasulullah, apabila seseorang berbuat baik kepadanya, beliau segera membalas dengan yang lebih baik. Tetapi Abu Ayyub tidak mendengar perkataan Rasulullah kepadanya.
Lalu Umar menjelaskan, “Rasulullah menyuruh Anda datang besok ke rumahnya.”
“Ya, saya patuhi setiap perintah Rasulullah,” jawab Abu Ayyub.
Keesokan harinya Abu Ayyub datang ke rumah Rasulullah. Beliau memberi Abu Ayyub seorang gadis kecil untuk pembantu rumah tangga. “Perlakukanlah anak ini dengan baik, hai Abu Ayyub! Selama dia di tangan kami, saya lihat anak ini baik,” ujar Kata Rasulullah.
Abu Ayyub pulang ke rumahnya membawa seorang gadis kecil. “Untuk siapa ini?” tanya istrinya.
“Untuk kita. Anak kita diberikan Rasulullah kepada kita,” jawab Abu Ayyub.
“Hargailah pemberian Rasulullah. Perlakukan anak ini lebih daripada sekadar suatu pemberian,“ kata sang istri.
“Memang! Rasulullah berpesan supaya kita bersikap baik terhadap anak ini,” kata Abu Ayyub.
“Bagaimana selayaknya sikap kita terhadap anak ini, supaya pesan beliau terlaksana?” tanya istrinya.
“Demi Allah! Saya tidak melihat sikap yang lebih baik, melainkan memerdekakannya,” jawab Abu Ayyub.
Sang istri pun memuji suaminya. “Engkau benar-benar mendapat hidayah Allah,” ujarnya. Mereka pun merdekakan gadis kecil itu.