Nurcholish Madjid: Puasa Ramadhan Ibadah Wajib yang Paling Mendalam

Minggu, 10 April 2022 - 19:05 WIB
loading...
Nurcholish Madjid: Puasa Ramadhan Ibadah Wajib yang Paling Mendalam
Dari berbagai ibadah dalam Islam, puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang Muslim. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Prof Dr Nurcholish Madjid MA (17 Maret 1939 – 29 Agustus 2005) atau populer dipanggil Cak Nur mengatakan dari berbagai ibadah dalam Islam, puasa di bulan Ramadhan barangkali merupakan ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang Muslim.

"Pengalaman selama sebulan dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih dan makan sahur senantiasa membentuk unsur kenangan yang mendalam akan masa kanak-kanak di hati seorang Muslim," tuturnya dalam bukunya yang berjudul "Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah".



Menurut dia, ibadah puasa merupakan bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seorang Muslim, dan menjadi sarana pendidikannya di waktu kecil dan seumur hidup.

Semua bangsa Muslim menampilkan corak kerohanian yang sama selama berlangsungnya puasa, dengan beberapa variasi tertentu dari satu ke lainnya. "Maka kekhasan bangsa kita dalam menyambut dan menjalani ibadah puasa Ramadhan telah pula menjadi perhatian orang Muslim Arab di akhir abad yang lalu," lanjutnya.

Menurut dia, seorang sarjana bernama Prof Riyadl menyebutkan bahwa di Jawa (yang dicampuradukkan olehnya sebagai bagian dari India) para pemeluk Islam mempunyai cara yang khas dalam menyambut dan menjalani ibadah puasa.



Mereka itu, kata Prof Riyadl sebagaimana dikutip Syeikh 'Ali Ahmad al-Jurjawi dalam Hikmat al-Tasyri' wa Falsafatuhu, pergi ke masjid beramai-ramai di saat tenggelam matahari untuk sholat Maghrib dan berbuka puasa, kemudian melakukan sholat 'isya dan tarawih diteruskan dengan membaca al-Qur'an (tadarrus) setiap malam satu juz' sehingga mereka dapat menghatamkan Kitab Suci itu pada suatu malam di bulan suci. Dan dalam berbuka puasa mereka makan bersama suatu jenis makanan nasional yang menyerupai tha'miyyah (sejenis kue) pada kita, tetapi terbuat dari kacang polong dan bukannya dari kacang buncis.

"Dari penuturan sederhana itu maka tidak terlalu salah jika kita kaum Muslim Indonesia mempunyai kesan yang amat khas tentang bulan Ramadhan, agaknya lebih dari kaum Muslim di negeri-negeri lain," kata Cak Nur.

Bulan Ramadhan merupakan bulan keagamaan dengan intensitas yang tinggi, yang bakal meninggalkan kesan mendalam pada mereka yang terlibat. Kekhasan suasana Ramadhan pada bangsa kita tercermin juga dalam suasana Hari Raya Lebaran atau 'Idul-Fitri yang khas Indonesia. "Maka sudah tentu akan baik sekali jika kita memahami berbagai hikmah ibadah puasa yang kita jalankan selama bulan itu," demikian Prof Dr Nurcholish Madjid MA.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1465 seconds (0.1#10.140)