Kisah Asyats bin Qais, Suami Saudara Khalifah Abu Bakar yang Sempat Murtad

Sabtu, 23 April 2022 - 14:08 WIB
loading...
Kisah Asyats bin Qais, Suami Saudara Khalifah Abu Bakar yang Sempat Murtad
Asyats bin Qais adalah suami saudara Khalifah Abu Bakar. Dia sempat murtad ketika Rasulullah SAW wafat. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, terjadi pemurtadan di kalangan orang-orang Arab di Yaman. Di antara mereka yang murtad itu adalah Asy'ats bin Qais , pemimpin Banu Kindah.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Abu Bakr Ash-Shiddiq" menyebut Asy'ats adalah pemimpin yang berwibawa, dicintai dan disegani masyarakatnya.

Pada Tahun Perutusan ('Amul Wujud) ia datang ke Madinah menemui Rasulullah SAW dengan memimpin delapan puluh orang dari Kindah. Mereka semua mengenakan pakaian sutra. Ia menyatakan masuk Islam dan melamar saudara perempuan Abu Bakar Umm Farwah. Akad nikah dilakukan oleh Abu Bakar sendiri. Tetapi untuk menentramkan perasaan keluarga pengantin laki-laki dengan perpisahan itu, pelaksanaannya kemudian ditunda.



Versi lain menceritakan bahwa sebenarnya nama Al Asy’ats adalah Ma’dikarib, tetapi karena rambutnya yang selalu kusut maka dia dijuluki Al Asy’ats.

Diriwayatkan dari Abu Wa‘iul, bahwa Al Asy’ats berkata, “Ketika firman Allah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat,” ( QS Ali ‘Imran [3] : 77) turun, aku sempat berperkara dengan seorang pria, maka aku menemui Rasulullah SAW.

Beliau lalu bertanya, “Apakah engkau mempunyai bukti?”

Aku menjawab, “Tidak.”

Beliau bertanya lagi, “Apakah dia harus bersumpah?”

Aku menjawab, “Ya, dia harus bersumpah.”

Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan sumpah palsu untuk mengambil harta (orang lain) , maka dia akan bertemu Allah sedang Allah murka kepadanya.”



Dikepung
Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’i, dia berkata, “Al Asy’ats murtad bersama orang-orang Kindah, lalu dia dikepung dan keamanannya terancam. Mereka lalu diberi jaminan keamanan bersyarat.

Ketujuh puluh orang yang murtad tersebut menerima jaminan keamanan, akan tetapi dia sendiri tidak mengambilnya. Kemudian dia didatangi oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau berkata, “Sungguh, kami akan menyerangmu dan tidak ada keamanan lagi bagimu.”

Mendengar itu, Al Asy’ats berkata, “Berikan keamanan kepadaku maka aku akan memeluk Islam.” Setelah itu dia melakukannya, lalu Abu Bakar menikahkan Al Asy’ats dengan saudara perempuannya.

Diriwayatkan dari Qais, dia berkata, “Ketika Al Asy’ats menjadi tawanan Abu Bakar, beliau memutuskan untuk membebaskannya dan menikahkannya dengan saudara perempuannya. Kemudian Al Asy’ats mengeluarkan pedangnya dan masuk ke dalam pasar unta. Setiap kali melihat unta jantan atau betina di pasar itu, dia memotongnya, maka orang-orang berteriak, “Al Asy’ats telah kafir!”

Al Asy’ats lalu membuang pedangnya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak kafir, akan tetapi lelaki ini telah menikahkanku dengan saudara perempuanya. Seandainya ini terjadi di negeri kami, tentu pestanya tidak hanya seperti ini. Wahai penduduk Madinah, sembelihlah binatang dan makanlah! Wahai pemilik unta, lestarikan tradisi ini.”



Dilumpuhkan
Lain lagi cerita Haekal. Menurutnya, pada saat memerangi kaum yang murtad Muhajir berangkat dari San'a dan Ikrimah dari Yaman dan Aden, dan mereka bertemu di Ma'rib, lalu bersama-sama melintasi gurun Saihad. Muhajir menyadari apa yang telah menimpa Ziyad, pimpinan pasukan muslim, saat menghadapi Asy'ats.

Pimpinan militer diserahkannya kepada Ikrimah dan dengan sepasukan gerak cepat ia segera berangkat. Begitu bergabung dengan pasukan Ziyad ia langsung menyerang Asy'ats hingga lawannya itu dapat dilumpuhkan. Tidak sedikit anak buahnya yang mati.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2313 seconds (0.1#10.140)