Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Bersahabat dengan Nabi Khidir, Hanya Mitos?

Minggu, 29 Mei 2022 - 18:56 WIB
loading...
A A A
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ ٱلْخُلْدَ ۖ أَفَإِي۟ن مِّتَّ فَهُمُ ٱلْخَٰلِدُونَ

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?" ( QS Al-Anbiyaa' : 34).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang hal itu, maka beliau menjawab, "Andaikata Al-Khidir masih hidup, tentulah ia wajib mendatangi Nabi SAW dan berjihad bersamanya, serta belajar darinya." Nabi SAW telah bersabda ketika perang Badar, "Ya Allah, jika pasukan ini binasa, niscaya Engkau tidak disembah di bumi."

Pada waktu itu mereka berjumlah 313 orang laki-laki yang dikenal dengan nama-nama mereka, nama-nama dari bapak-bapak mereka dan suku-suku mereka. Maka, di manakah Al-Khidir pada waktu itu?



Al-Qur'an dan Sunnah serta pembicaraan para peneliti ummat menyangkal masih adanya kehidupan Al-Khidir seperti anggapan mereka. Sebagaimana firman Allah Taala di atas.

Jika Al-Khidir itu manusia, maka ia tidak akan kekal, karena hal itu ditolak Al-Qur'anul Karim dan Sunnah yang suci. Seandainya ia masih hidup, tentulah ia datang kepada Nabi SAW.

Nabi SAW telah bersabda, "Demi Allah, andaikata Musa masih hidup, tentu ia akan mengikuti aku." (HR Ahmad, dari Jabir bin Abdullah) .

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi berpendapat jika Al-Khidir seorang Nabi, maka ia tidak lebih utama daripada Musa as, dan jika seorang wali, tidaklah ia lebih utama daripada Abu Bakar ra. Lalu, mungkinkan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani bersahabat dengan Nabi Khidir? Wallahu'alam.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2467 seconds (0.1#10.140)